Sosok Tri Cahya Buruh di Boyolali Peraih Skor Tertinggi SKD Gagal CPNS, Tinggi Badan Kurang 0,5 Cm

TRIBUNTRENDS.COM - Sosok Tri Cahyaningsih harus menahan rasa kecewa setelah gagal lolos dalam seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kemenkumham Jawa Tengah lantaran tinggi badannya kurang 0,5 cm.

Padahal, Tri Cahyaningsih yang setiap hari bekerja sebagai buruk pabrik di Boyolali ini mendapatkan skor tertinggi Seleksi Kompetensi Dasar atau SKD CPNS Kemenkumham Jawa Tengah (Jateng).

Kisah Tri Cahyaningsih, seorang buruh pabrik asal Boyolali, menyentuh hati banyak orang setelah ia gagal dalam tes seleksi CPNS meski telah berhasil meraih skor tertinggi dalam ujian Kompetensi Dasar (SKD).

Tri yang dikenal dengan kerja keras dan semangat tinggi, menjadi contoh nyata bahwa dalam hidup, terkadang harus menghadapi kenyataan pahit meskipun sudah berusaha sekuat tenaga.

Tri mencatatkan skor SKD yang sangat membanggakan, yaitu 476, yang menempatkannya di posisi teratas dalam tes CPNS Kemenkumham Jawa Tengah.

Hal tersebut tentunya adalah pencapaian yang luar biasa, mengingat persaingan dalam seleksi CPNS selalu sangat ketat. 

Namun, meskipun sukses dalam ujian, Tri harus menerima kenyataan bahwa dirinya tidak dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya hanya karena faktor fisik yang sangat kecil, tinggi badan yang kurang 0,5 cm dari standar minimum yang ditetapkan, yakni 158 cm.

Tri hanya memiliki tinggi badan 157,5 cm.

Penyebab kegagalannya yang begitu sepele ini jelas menjadi kekecewaan besar bagi Tri.

Betapa tidak, ia sudah berjuang keras, mempersiapkan diri untuk seleksi, dan berhasil meraih skor tertinggi dalam SKD, tetapi hanya karena kekurangan sedikit dalam aspek fisik, ia terpaksa gagal melangkah lebih jauh.

“Minimal tinggi (tinggi badan minimal) 158 sentimeter. Nah pas di sana (seleksi kesehatan) cuma 157,5 aja,” kata Tri dengan nada sedikit kecewa saat diwawancarai, Rabu (19/2/2025), seperti yang dikutip dari Tribun Solo.

Namun, meski merasa kecewa dengan hasil tersebut, Tri tidak membiarkan perasaan tersebut menguasai dirinya. Ia memilih untuk menerima kenyataan ini dengan lapang dada dan menganggapnya sebagai bagian dari takdir.

"Gelo (kecewa) pastine mas, kurang 0,5 cm aja lho. Tapi ndak apa-apa memang belum rejekine," ujar Tri dengan senyum, menunjukkan sikap ikhlas meskipun berat.

Baginya, kegagalannya bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah pelajaran untuk terus mencoba dan berusaha lebih baik lagi di masa depan.

Tri menyadari bahwa hidup penuh dengan tantangan, dan meskipun kali ini keberuntungan belum berpihak padanya, ia tetap memiliki tekad untuk mencoba lagi di kesempatan berikutnya.