Breaking News:

Berita Viral

Kisah Mbah Semi, Lansia Sebatang Kara Tak Dapat Bansos, Mensos Risma Nangis di DPR: Ya Allah

Kisah lansia bernama Mbah Semi yang hidup sebatang kara namun tidak mendapatkan bantuan sosial (bansos). Menteri Sosial Tri Rismaharini menangis.

Editor: jonisetiawan
Kompas.com
Menteri Sosial Tri Rismaharini menangis ketika mendengar kisah Mbah Semi saat rapat kerja, Selasa (19/3/2024). 

TRIBUNTRENDS.COM - Kisah seorang lansia yang hidup sebatang kara namun tidak mendapatkan bantuan sosial (bansos).

Adapun lansia tersebut diketahui bernama Mbah Semi.

Sehari-hari Mbah Semi menyambung hidupnya dengan bekerja menjadi pembuat kerupuk lempeng khas Magetan.

Kisah Bu Semi bikin Menteri Sosial Tri Rismaharini menangis ketika mendengar kisah sang lansia dari Anggota Komisi VIII DPR RI Muhammad Ali Ridha saat rapat kerja, Selasa (19/3/2024).

Ridha mengisahkan, dirinya pernah menyambangi rumah warga Magetan bernama Bu Semi yang berusia 90 tahun namun hidup sebatang kara.

Baca juga: Lansia 76 Tahun Jalan Kaki 20 KM Demi Bayar Denda ke Kantor Polisi, Reaksi Petugas Buat Haru

"Bu Semi hidup sebatang kara dan dia harus menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja membuat kerupuk lempeng dengan bayaran Rp 5.000 dan itu tentu tidak cukup untuk menghidupi dirinya," ujarnya saat rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI, Jakarta, Selasa (19/3/2024).

Ridha bilang, penghasilan tersebut tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hal ini terbukti dari ketika Ridha mendatangi rumah Mbah Semi, dia melihat Mbah Semi hanya memasak tahu dan kacang panjang rebus.

"Orang ini memang sebatang kara dan kebetulan dia memasak. 

Mohon maaf bu karena tidak ada beras, dia harus memakan tahu dan kacang panjang yang direbus tanpa menu apapun," ucapnya dengan suara bergetar.

Menteri Sosial Tri Rismaharini menangis ketika mendengar kisah mbah Semi
Menteri Sosial Tri Rismaharini menangis ketika mendengar kisah Mbah Semi dari Anggota Komisi VIII DPR RI Muhammad Ali Ridha saat rapat kerja siang ini, Selasa (19/3/2024).

Sementara itu, tangis Risma pun pecah mendengar kisah Mbah Semi. Dia mengusap air matanya dengan tisu.

Dengan kondisi tersebut, dia mengungkapkan, Bu Semi rupanya tidak terdata di dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM) bantuan sosial.

"Yang kasihan itu dia seringkali melihat tetangganya menerima beberapa kali bantuan, ya mungkin tetangganya juga layak dibantu, tetapi dirinya tidak menerima bantuan," ungkapnya.

Dari temuan itu, dia pun menyoroti mengenai masyarakat kurang mampu yang seharusnya terdata menjadi KPM bansos namun namanya tidak terdaftar di DTKS.

Baca juga: Nasib! Pakai Bantuan Kursi saat Tarawih, Lansia Jatuh Telentang Gegara Kursi Diambil Anak Kecil

Sementara di sisi lain, banyak masyarakat yang keadaan ekonominya lebih layak justru menjadi KPM bansos lantaran nama yang sudah terdata di DTKS sulit untuk dihapus.

Oleh karenanya, dia meminta agar Risma selaku Mensos dapat membenahi sistem ini agar program bansos dapat lebih tepat sasaran.

"Ketika saya datang ke sana wajah Bu Menteri yang saya lihat karena begitu berat dan banyaknya tugas yang harus diemban tetapi kita sama-sama memiliki niat yang baik yang sama untuk bagaimana program bantuan ini bisa tepat sasaran," tuturnya.

Ucapan penutup dari Ridha itu membuat Risma menundukkan wajahnya dengan posisi tangan terlipat seakan tidak ingin wajahnya terlihat.

Kisah Mbah Semi Viral

Kisah Mbah Semi, lansia berusia 90 tahun yang tidak mendapat bantuan, seharusnya dia berhak menerima beras bantu badan pangan nasional.

Namun entah apa yang terjadi, dia justru terlupakan.

Nasibnya berbeda dengan orang-orang di sekitarnya yang ekonominya tergolong lebih baik ketimbang dirinya.

Diketahui, Mbah Semi hidup sebatang kara sehingga sewajarnya terdaftar sebagai penerima beras miskin bantuan badan pangan nasional.

Nyatanya, warga Desa Gebyog, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, ini justru tidak terdaftar.

Baca juga: Mbah Melan Usia 78 Tahun Aktif Mengajar Matematika Lewat TikTok, Panggilan Hati, Sosok yang Merekam

Mbah Semi (90), hidup sebatang kara di rumah bantuan RTLH.
Mbah Semi (90), hidup sebatang kara di rumah bantuan RTLH. Ia mengaku harus utang beras untuk makan karena tdak terdaftar sebagai penerima raskin program pemerintah pusat.

Beruntung, Mbah Semi yang sempat menjadi perbincangan kini mulai mendapatkan bantuan dari sejumlah organisasi masyarakat. Bahkan, anggota DPR RI ikut menyambangi rumah Mbah Semi.

Kepala Desa Gebyog Suyanto mengatakan, sejak pemberitaan Mbah Semi tak dapat bantuan beras miskin beredar di media, sejumlah relawan dan anggota DPR RI berkunjung ke rumah Mbah Semi.

"Sudah beberapa hari ini ada dari organisasi bahkan anggota DPR RI dari Golkar, saya lupa namanya, berkunjung ke rumah Mbah Semi."

"Ada yang bawa sembako ada juga yang mau merehab dapur Mbah Semi,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (6/2/2024).

Suyanto menambahkan, selain Mbah Semi, ada 73 warganya yang miskin tetapi tidak menerima bantuan beras miskin yang disalurkan pemerintah.

Ilustrasi sembako bantuan.
Ilustrasi sembako bantuan. (freepik.com)

Dia mengaku saat ini Pemerintah Desa Gebyog tengah mengusulkan 73 warga tersebut untuk bisa menerima beras miskin dari pemerintah pusat.

“Yang 73 lebih miskin dari 134 yang menrima bantuan raskin saat ini.

Terserah nanti yang telah menerima tetap menerima atau mau digantikan oleh warga yang lebih miskin tersebut, kami sudah usulkan,” imbuhnya.

Baca juga: SOSOK Mbah Moen, Wisudawan Tertua Berusia 84 Tahun, Profesi Tak Main-main, Sempat jadi Sopir Angkot

Sebelumnya, Mbah Semi mengaku tak terdaftar sebagai penerima beras miskin (raskin) yang disalurkan badan pangan nasional mulai Januari 2024.

Fakta ini sangat miris dan memprihatinkan karena sejumlah warga Desa Gebyog yang memiliki mobil malah terdaftar sebagai penerima raskin.

Seharusnya, Mbah Semi yang hidup sebatang kara di rumah bantuan RLTH tahun 2018 berhak menerima bantuan tersebut.

Kepala Desa Gebyog mengaku heran karena sejak menjabat tahun 2019, masyarakat terdata miskin justru bertambah dari 80 keluarga menjadi 200 keluarga.

Dia memastikan bahwa ada kesalahan input data terkait warga terdata miskin di desanya.

Sebelumnya Dinsos sudah buka suara terkait kondisi Mbah Semi.

Mbah Semi disebut hidup pilu karena tak dapat bantuan dari Dinsos.

Kisah Mbah Semi yang hidup sebatang kara tengah mencuri perhatian publik.

Di rumah sederhananya berukuran 4x6 meter, Mbah Semi tinggal di Desa Gebyog, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Diketahui rumah yang dihuni Mbah Semi adalah bantuan pemerintah dari program rumah tidak layak huni di tahun 2018.

Anak laki-laki satu-satunya sudah meninggal lama, menyusul kemudian sang suami yang juga sudah wafat.

"Ini tadi pulang dari membuat opak, upahnya seikhlasnya, kadang sehari Rp5.000 untuk beli beras," Mbah Semi mengawali ceritanya, Minggu (28/1/2024).

Di ruang tamu tidak ada meja kursi, hanya ada bekas sisa susunan batu dan sisa arang bekas pembakaran di lantas.

"Kadang masak di situ kalau hujan. Biasanya masak di depan pintu kalau tidak hujan," jelas Mbah Semi.

Mbah Semi, lansia miskin yang tidak dapat bantuan dari pemerintah.
Mbah Semi, lansia miskin yang tidak dapat bantuan dari pemerintah.

Di samping kiri rumah Mbah Semi, ada bekas reruntuhan dinding batu bata bangunan rumah lamanya yang sudah lama ambruk karena tua.

Terlihat sebagian dindingnya digunakan sebagai dinding dapur yang kondisinya sangat mengkhawatirkan karena atap dapur juga lapuk.

Sebagian gentengnya itu pun bahkan berjatuhan.

Di ujung ruang, terdapat kamar mandi yang terlihat berantakan dengan kondisi lantai yang becek.

"Kalau mau ke belakang ada airnya, itu baru saya isi kebetulan Sanyo tetangga nyala."

"Kalau tidak nyala, ya mencari air di rumah tetangga," katanya, dilansir dari Kompas.com.

Mbah Semi tak jarang mendapatkan bantuan dari tetangga.

Namun ia juga mengatakan, terkadang sampai mengutang ke warung demi bisa makan.

Di meja kecil, tampak tempat nasi yang di dalamnya berisi nasi dingin.

Mbah Semi mengaku belum memasak karena tak memiliki uang untuk membeli beras.

"Itu nasi dikasih tetangga kemarin. Hari ini belum masak karena beras habis, mau ngutang ke toko di depan sana," kata dia.

Mbah Semi mengaku melihat beberapa hari ini para tetangganya menerima kerta kupon daftar sebagai penerima beras miskin 10 kilogram.

Bantuan tersebut akan diberikan dari bulan Januari hingga bulan Juni 2024 mendatang.

Namun sayangnya, nama Mbah Semi tidak tercantum di data Penyasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) sebagai salah satu penerima beras bagi warga miskin.

"Tetangga sudah menerima kupon, katanya mau dapat beras 10 kilogram. Nama saya juga tidak ada," ucapnya lirih.

Mbah Semi mengatakan, namanya tidak dimasukkan dari daftar penerima bantuan beras.

Diketahui selain bekerja sebagai pembuat kerupuk beras, ia juga mengharap bantuan tetangga untuk makan sehari-hari.

"Kadang kalau selamatan dikasih berkat, kalau tidak ya ngutang di toko yang ada di perempatan sana."

"Paling satu kilogram itu isinya tiga kaleng, bisa untuk makan beberapa hari," tutur Mbah Semi.

***

(TribunTrends/Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Tags:
BansosMbah SemiTri RismahariniKemensosDPR
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved