Breaking News:

6 Aturan 4 Hari Gencatan Senjata Hamas dan Israel, Kabar Baik Truk Kemanusiaan Boleh Masuk Gaza

Israel dan Hamas setuju melakukan gencatan senjata selama 4 hari, sejumlah aturan pun ditetapkan termasuk izin masuk bagi truk pengangkut bantuan

Editor: Galuh Palupi
SATELLITE IMAGE ©2023 MAXAR TECHNOLOGIES / AFP
Gambar dari satelit yang dirilis oleh Maxar Technology tanggal 12 November 2023 memperlihatkan kondisi Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza. RSI berhenti beroperasi per Kamis, (16/11/2023). 

TRIBUNTRENDS.COM - Israel dan Hamas setuju melakukan gencatan senjata selama 4 hari, sejumlah aturan pun ditetapkan termasuk izin masuk bagi truk pengangkut bantuan kemanusiaan.

Hamas telah merilis sejumlah perjanjian yang disepakati dengan Israel tentang gencatan senjata selama 4 hari dan akan dimulai dalam 24 jam ke depan.

Gencatan senjata ini akan dipakai sebagai jeda kemanusiaan, termasuk pembebasan para sandera dari kedua belah pihak.

Hamas setuju membebaskan 50 sandera yang dibawa dari Israel dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 lalu.

Sedangkan Israel juga setuju memulangkan 150 tahanan dari Palestina yang terdiri dari wanita dan anak-anak.

Tentara Israel memindahkan warga Palestina yang ditahan keluar dari Jalur Gaza pada 21 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina.
Tentara Israel memindahkan warga Palestina yang ditahan keluar dari Jalur Gaza pada 21 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. (Menahem KAHANA / AFP)

Meski demikian, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan melanjutkan agresinya di Jalur Gaza setelah kesepakatan ini dilaksanakan.

Baca juga: PILU Noor Bayi Gaza, Selamat dari 3 Serangan Bom Israel, Kini Sebatang Kara, Keluarga Semua Gugur

Dalam pernyataan yang dibagikan di Telegram, Hamas merilis beberapa kesepakatan selama gencatan senjata dengan Israel.

Poin Perjanjian Pembebasan Sandera Israel dan Hamas:

1. Israel akan menghentikan aksi militer di seluruh wilayah Jalur Gaza, termasuk pergerakan kendaraan militer

2. Sekitar 300 truk bantuan kemanusiaan, termasuk pasokan medis dan bahan bakar, akan diizinkan masuk ke Gaza

3. Drone di Gaza selatan akan berhenti selama empat hari dan akan berhenti di utara selama enam jam per hari, antara pukul 10.00 hingga 16.00 waktu setempat

4. Selama masa gencatan senjata, Israel berkomitmen untuk tidak menyerang atau menangkap siapa pun di seluruh wilayah Jalur Gaza

5. Kebebasan bergerak akan dijamin di sepanjang Jalan Salah al-Deen, namun warga Gaza dilarang kembali ke rumahnya di Gaza utara

6. 10 sandera Hamas akan dibebaskan per hari dan Israel kemungkinan bersedia memberikan satu hari jeda tambahan untuk 10 sandera lainnya.

Asap mengepul selama pemboman militer Israel di Jalur Gaza utara pada 15 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas.
Asap mengepul selama pemboman militer Israel di Jalur Gaza utara pada 15 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. (FADEL SENNA / AFP)

Sementara itu, warga negara asing diyakini tidak termasuk dalam perjanjian utama ini.

Namun, mereka dapat menjadi bagian dari perjanjian terpisah dan mungkin dibebaskan selama gencatan senjata sementara.

Baca juga: Israel Menyerang, 200 Pasien Dievakuasi dari RS Indonesia di Gaza, Takut Senasib dengan Al-Shifa

Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan tiga warga negaranya kemungkinan termasuk dalam sandera Hamas yang akan dibebaskan tersebut.

Hamas Palestina vs Israel

Kesepakatan pembebasan sandera ini menyusul pemboman Israel yang masif di Jalur Gaza, sebagai tanggapan terhadap Hamas Palestina yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.

Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.

Kelompok tersebut, juga meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.

Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 13.300 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Selasa (21/11/2023), dikutip dari Anadolu Agency.

Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).

44 Hari Israel Serang Gaza: 13.300 Warga Gugur, 30 Ribu Orang Terluka, Puluhan Rumah Ibadah Hancur

SERANGAN bertubi-tubi Israel terhadap Gaza sudah berlangsung 44 hari.

Tak hanya memporak-porandakan gedung dan rumah ibadah, belasan ribu korban berjatuhan akibat perang tak berkesudahan.

Bagaimana kabar lengkapnya?

Korban tewas warga Palestina di Gaza melonjak menjadi lebih dari 13.300 orang.

Korban tewas termasuk 5.600 anak-anak, 3.550 wanita, menurut kantor media pemerintah yang berbasis di Gaza

Pihak berwenang di Gaza pada hari Senin mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober telah melonjak menjadi lebih dari 13.300 orang.

Dalam sebuah pernyataan, kantor media pemerintah yang berbasis di Gaza mengatakan jumlah korban tewas mencakup 5.600 anak-anak dan 3.550 perempuan seperti dilaporkan Anadolu Ajansı.

Ditambahkannya, korban tewas juga mencakup 201 staf medis, 22 anggota tim penyelamat pertahanan sipil, dan 60 jurnalis.

Baca juga: Israel Menyerang, 200 Pasien Dievakuasi dari RS Indonesia di Gaza, Takut Senasib dengan Al-Shifa

Warga Palestina menumpang kereta kuda untuk mengevakuasi diri dan keluarganya menuju Gaza Selatan menghindari pecahnya pertempuran antara pejuang Hamas melawan tentara Israel, IDF, Minggu, 12 November 2023.
Warga Palestina menumpang kereta kuda untuk mengevakuasi diri dan keluarganya menuju Gaza Selatan menghindari pecahnya pertempuran antara pejuang Hamas melawan tentara Israel, IDF, Minggu, 12 November 2023. (AFP)

Sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober, Israel terus melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza.

Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut.

Sementara itu, korban tewas di Israel adalah sekitar 1.200 orang, menurut angka resmi.

Kantor Penerangan mengatakan dalam konferensi pers pada Minggu malam, pada hari Ke-44, serangan militer Israel di Jalur Gaza masih terus berlanjut.

Militer Israel menyasar beberapa rumah sakit.

Jumlah korban tenaga medis bertambah menjadi 201 orang, termasuk dokter, perawat, dan paramedis.

Sebanyak 60 jurnalis juga telah gugur, termasuk Bilal Jadallah, salah satu jurnalis terakhir yang tercatat gugur.

Baca juga: RS Indonesia di Gaza Diserang Israel, 3 WNI Hilang Kontak, Kemenlu Tak Tinggal Diam

Jumlah mereka yang terluka telah melampaui 30.000, lebih dari 75 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.

Selain itu, kerusakan bangunan kantor yang hancur mencapai 97 unit kantor, dan 262 gedung sekolah hancur, termasuk 65 sekolah yang kini tidak berfungsi.

Disebutkan jumlah masjid yang hancur total mencapai 83 masjid, dan jumlah masjid yang hancur sebagian mencapai 166 masjid, selain itu 3 gereja juga dihancurkan.

Jumlah unit rumah yang hancur total berjumlah 43.000 unit rumah, ditambah 225.000 unit rumah rusak sebagian.

Artinya, sekitar 60 persen unit pemukiman di Jalur Gaza terkena dampak agresi tersebut, mulai dari rusak total, tidak layak huni, dan rusak sebagian.

Sebanyak 25 rumah sakit dan 52 pusat kesehatan tidak berfungsi, dan Zionis Israel juga menargetkan 55 ambulans, dan puluhan ambulans tidak berfungsi karena kehabisan bahan bakar.

Bagaimana Cara menghitung Jumlah Korban Tewas?

Mengutip dari BBC, Pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan angka kematian tersebut dicatat oleh para profesional medis sebelum diteruskan kepada mereka dan angka tersebut hanya mencakup orang yang tercatat meninggal di rumah sakit.

Angka-angka tersebut tidak memisahkan korban jiwa dari militer dan warga sipil.

Dan, karena data tersebut tidak memperhitungkan korban tewas di lokasi ledakan yang jenazahnya belum ditemukan, atau segera dikuburkan, jumlah yang ada saat ini kemungkinan di bawah angka yang sebenarnya, kata pejabat Gaza.

“Jujur saja, menurut kami angkanya sangat tinggi,” kata Barbara Leaf, asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Timur Dekat, kepada Komite Urusan Luar Negeri DPR, “dan bisa jadi angkanya bahkan lebih tinggi dari yang disebutkan.”

Baca juga: Albert Eisntein: Israel Terbentuk dari Laras Senjata, Dinamit dan Darah Orang-orang Palestina

Gambar dari satelit yang dirilis oleh Maxar Technology tanggal 12 November 2023 memperlihatkan kondisi Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza. RSI berhenti beroperasi per Kamis, (16/11/2023).
Gambar dari satelit yang dirilis oleh Maxar Technology tanggal 12 November 2023 memperlihatkan kondisi Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza. RSI berhenti beroperasi per Kamis, (16/11/2023). (SATELLITE IMAGE ©2023 MAXAR TECHNOLOGIES / AFP)

Jenazah Dibawa ke Rumah Sakit

Petugas medis seperti Dr Ghassan Abu-Sittah, seorang ahli bedah plastik Médecins Sans Frontières yang berbasis di London dan telah merawat orang-orang di rumah sakit di Kota Gaza, berperan penting dalam mencatat angka-angka tersebut.

Dia mengatakan kamar mayat rumah sakit mencatat kematian setelah mengkonfirmasi identitas orang yang meninggal dengan kerabatnya.

Jumlah kematian yang tercatat sejauh ini, menurutnya, jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah kematian yang sebenarnya terjadi.

“Sebagian besar kematian terjadi di rumah,” katanya.

“Yang tidak dapat kami identifikasi, tidak kami catat.”

Namun, begitu jenazah ditemukan, jenazah tersebut “harus dibawa ke rumah sakit untuk dicatat”, kata juru bicara Bulan Sabit Merah Palestina. (Tribunnews)

Diolah dari artikel Tribunnews.com.

Sumber: Tribunnews.com
Tags:
GazaIsraelPalestinaHamas
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved