Breaking News:

Tak Ada Lagi Langit Biru di Gaza, Kini Jadi Hitam Kelabu, 25.000 Ton Bahan Peledak Dijatuhkan Israel

Sebulan lebih perang memanas, langit biru Gaza berubah warna jadi hitam kelabu. Israel sudah menjatuhkan lebih dari 25 ribu ton bahan peledak di Gaza.

Editor: Suli Hanna
Mahmud Hams/AFP
Warga Palestina mencari korban di atas puing-puing bangunan yang hancur usai pemboman Israel di Khan Younis, Jalur Gaza Selatan pada Jumat (27/10/23). 

“Sekolah ini memuakkan dan tidak ada air mengalir,” kata Zayed.

“Setiap hari saya pergi ke laut untuk mandi. 

Jika tidak, saya akan menjadi seperti murid abadi, menghabiskan seluruh waktu saya dengan terkurung di ruang kelas."

Baca juga: Tak Ada Tempat yang Aman di Gaza, Warga Palestina Makan 2 Potong Roti/Hari, Butuh Banyak Bantuan

Sementara itu, Rima Zaqqout (17) yang juga tinggal di sekolah tersebut mengatakan pantai menjadi semacam tempat rehat bagi dia dan saudaranya.

“Kami membawa sampo untuk memandikan anak-anak,” kata Zaqqout.

“Terkadang kami berenang. Kami menjalani masa-masa yang amat sulit.”

Kurangnya sanitasi

Gaza sudah didera masalah sanitasi bahkan sebelum perang Hamas-Israel meletus.

Limbah di sana terpaksa dibuang ke laut karena kurangnya infrastruktur sanitasi dan aliran listrik.

Diperkirakan ada 100 hingga 108 juta liter limbah yang dibuang ke laut dan memicu penyakit yang menyerang warga Gaza.

Limbah itu bahkan disebut sebagai penyebab utama kematian anak-anak di Gaza.

Di Gaza terdapat tiga pipa utama yang mengalirkan air di Jalur Gaza. Namun, pipa itu dikontrol oleh Israel.

Sejak tanggal 8 Oktober 2023 pipa dari Israel ke Gaza utara ditutup.

Sementara itu, pipa air ke kawasan Khan Younis diaktifkan kembali tanggal 15 Oktober. Namun, aliran air dimatikan lagi dua pekan kemudian.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebut dari tanggal 21 hingga 1 November 2023 hanya ada 26 truk yang datang untuk membawa bantuan air ke Jalur Gaza.

Jumlah itu jauh kata dari mencukupi untuk warga Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa.

Bencana lingkungan

Khalil al-Degran, seorang dokter di Rumah Sakit Martir al Aqsa, mengatakan telah terjadi “bencana kesehatan dan krisis kesehatan” karena banyaknya warga Palestina yang mengungsi di gedung sekolah.

“Rata-rata ada 70 orang yang tinggal di satu ruang kelas dalam kondisi tidak bersih,” kata al-Degran.

“Akibatnya, ada banyak penyakit dan infeksi yang menyebar.”

Dia menyebut kurangnya aliran listrik dan air bersih memperparah situasi di sana.

“Karena kurangnya air mengalir yang bersih, beberapa pengungsi terpaksa pergi ke laut untuk mencuci pakaian atau mandi,” tandasnya.

Baca juga: Kabar Bantuan Kemanusiaan Indonesia untuk Palestina, Tertahan di Mesir, Tunggu Izin dari Israel

Sejak konflik Palestina-Israel meletus, warga Palestina di Gaza hidup dengan dua potong roti tepung sehari.

Hal itu diungkap oleh Direktur Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Gaza, Thomas White.

Ia menyampaikan demikian setelah melakukan perjalanan pada beberapa minggu terakhir di Gaza.

Potret Kamp Jabalia, pengungsian terbesar di Gaza rata dengan tanah usai dibom Israel
Potret Kamp Jabalia, pengungsian terbesar di Gaza rata dengan tanah usai dibom Israel (FP via Tribunnews.com)

White menyebut Gaza sebagai lokasi kehancuran karena tak ada tempat aman.

Banyak orang di Gaza khawatir atas hidup mereka, masa depan dan kemampuan untuk memberi makan keluarganya.

Badan Pengungsi Palestina yang dikenal sebagai UNRWA, mendukung sekitar 89 toko roti di seluruh Gaza untuk diberikan kepada 1,7 juta orang.

Tapi kata dia, saat ini orang-orang bukan lagi hanya mencari roti, tapi juga air.

"Sekarang orang tidak hanya sekedar mencari roti. Ia mencari air," ungkap White, dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (4/11/2023).

White menerangkan hampir 600 ribu orang berlindung di 149 fasilitas milik UNRWA.

Sebagian besar merupakan gedung sekolah. Namun lanjutnya, banyak dari mereka yang menjadi korban di wilayah utara.

Sementara itu Wakil Koordinator Timur Tengah dari PBB, Lynn Hastings menyebut hanya satu dari tiga jalur pasokan air dari Israel yang beroperasi.

Saat ini kata dia, orang-orang bergantung pada air tanah yang payau.

"Banyak orang yang bergantung pada air tanah yang payau atau asin," katanya.

Sementara itu di lain sisi, pemerintah Indonesia telah mengirimkan bantuan untuk warga Palestina yang sedang kena imbas perang Hamas versus pasukan zionis Israel di jalur Gaza.

Bantuan kemanusiaan itu diberangkatkan dari Bandara Halim Perdanakusuma menggunakan tiga pesawat hercules, sabtu (4/11/2023).

Pemerintah telah memberangkatkan penerbangan tahap pertama pagi tadi dilepas oleh Presiden Jokowi.

Baca juga: Bertemu Prabowo, Dubes Palestina Bahagia Dapat Bantuan Kapal Rumah Sakit di Gaza: Makasih Indonesia

Presiden Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melihat bantuan kemanusiaan yang akan dikirim ke Palestina
Presiden Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melihat bantuan kemanusiaan yang akan dikirim ke Palestina (ist)

Kadiv Hubinter Polri Irjen. Pol. Krishna Murti menjelaskan, pemerintah Indonesia secara keseluruhan memberikan bantuan 51,5 ton. Namun, 26,5 ton dikelola oleh Polri.

Kadiv Hubinter menerangkan, terdapat tujuh orang dari Polri yang akan turut berangkat mengantarkan bantuan tersebut.

Bantuan itu sendiri terdiri dari Polri terdiri dari tenda peleton 100 buah, selimut 1.000 buah, jaket 1.000 buah (20,5 ton), alat kesehatan dan obat-obatan (6 ton).

“Bapak Kapolri telah menyiapkan penerbangan menggunakan pesawat A330 yang nanti petugasnya dipimpin oleh saya Kadiv Hubinter Polri,” jelas Kadiv Hubinter di Bandara Halim Perdanakusuma, Sabtu (4/11/22).

Ditambahkan Kadiv Humas, pemberangkatan bantuan Polri sendiri akan dilakukan pada 6 November 2023 pukul 01.00 WIB dari Bandara Soekarno Hatta Cengkareng menggunakan pesawat carter Lion Air. 

***

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani, Tribunnews.com)

Diolah dari artikel Tribunnews.com (1) dan Tribunnews (2)

Sumber: Tribunnews.com
Tags:
GazaIsraelPalestina
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved