Berita Viral
IMBAS Polemik Tabungan Siswa di Pangandaran, Mantan Polisi Sebut Menabung di Sekolah Tak Mendidik
Berkaca pada kasus tabungan siswa di Pangandaran, mantan polisi yakni, Kompol Suyadi SH MM, kritik kegiatan menabung di sekolah, disebut tak mendidik
Editor: jonisetiawan
TRIBUNTRENDS.COM - Polemik uang tabungan murid SD di Pangandaran, Jawa Barat masih belum mencapai titik terang dan belum dikembalikan pihak sekolah.
Bahkan dari pihak orang tua murid sempat berbondong-bondong datang ke kantor advokat untuk meminta bantuan.
Polemik uang tabungan siswa SD di Pangandaran, itu kemudian mendapat sorotan dari salah satu tokoh masyarakat sekaligus mantan polisi di Pangandaran, Kompol Suyadi SH MM.
Menurutnya menabung di sekolah saat ini tidak mendidik justru membuat adanya persaingan antar siswa.
Baca juga: Kronologi Tabungan Siswa Tak Dikembalikan Sekolah, Koperasi Bangkrut, Bupati Pangandaran: Menitipkan

Tidak ada hal yang mendidik dari menabung di sekolah.
Berbeda soal seragam sekolah, dia mencontohkan mengapa di sekolah semua seragam muridnya sama.
Hal itu untuk menghindari persaingan antar-individu siswa.
Itu supaya pelaksanaan saat bersekolah tidak ada persaingan antar-individu siswa.
"Jadi, agar tidak ada perbedaan antara si kaya dengan si miskin.
Menabung juga, harusnya seperti itu," ujar Suyadi dikutip TribunTrends.com dari Tribunjabar.id, Senin, (17/7/2023).
Hal seperti ini kenapa tidak diaplikasikan kepada anak-anak saat menabung di sekolah dasar? Kenapa tidak dibatasi?
Harusnya, kata Suyadi, menabungnya juga dibatasi, misalnya dengan maksimal menabung senilai Rp 10 ribu.
"Tapi, ini kan enggak ada. Siswa menabung di sekolah sampai Rp 100 ribu itu malah dibiarkan," katanya.
Selain itu, harusnya setiap akhir kelas itu tabungannya dibagikan karena untuk mengantisipasi uang tabungan murid mandek seperti yang terjadi sekarang.
"Harusnya, uang tabungan itu jangan dikumpulkan sampai 6 tahun atau sampai anak itu tamat sekolah."
"Jadi, misal dari kelas 1 naik ke kelas dua uang tabungan itu langsung dibagikan," kata Suyadi.
Kalau selanjutnya anak tersebut mau menabung kembali dengan tujuan untuk medidik, itu silakan.
"Si anak itu tinggal membuat tabungan baru."
"Jadi, enggak boleh numpuk seperti sekarang ini."
"Kalau numpuk, memang siapa yang kontrol?"
"Kita kan enggak tahu duitnya ada di mana dan berapa jumlahnya," ujarnya.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Pangandaran telah membentuk tim khusus untuk menyelesaikan masalah ini.
Namun, sejumlah guru yang tidak mampu membayar utang justru meminta bantuan ke Pemda Pangandaran.
Guru atau pihak sekolah yang mempunyai sangkutan pun dituntut untuk bertanggung jawab dan segera mengembalikan uang tabungan murid.
Seperti yang disampaikan Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata, bahwa guru yang memiliki hutang uang tabungan untuk secepatnya dikembalikan.
"Jangan melempar masalah ke pemerintah (Pemda)," ujar Jeje kepada sejumlah wartawan di Setda Pangandaran beberapa hari lalu.
Hal itu disampaikan, karena memang sebelumnya mereka sempat meminta bantuan ke Pemda untuk melunasi hutang.
"Kan, sebetulnya mereka (pihak sekolah) sempat patunjuk tunjuk siapa yang salah dan siapa yang benar.
Termasuk kata komite, saat meminjam pihaknya tidak dilibatkan," katanya.
"Saya bilang, disintegrasi sekolah itu adalah otonomi sekolah.
Di mana, ada sekolah dan komite sekolah," ucap Jeje.
Menurutnya, kalau pengelola uang tabungan berjalan dengan baik tentu tidak akan terjadi hal seperti ini.
"Kita ikut campur, karena ini sudah menjadi persoalan di masyarakat.
Makanya, kita turun untuk menyelesaikan persoalan ini," ujarnya.
Baca juga: Berani Pinjam Tabungan Siswa, Guru di Pangandaran Tak Dapat Bayar Utang, Minta Pemkab Bantu Lunasi
Dipinjam Guru hingga Komite
Sebelumnya dikabarkan, sebanyak 17 siswa SD Negeri 2 Kondangjajar, Kecamatan Cijulung, Pangandaran, Jawa Barat belum menerima uang tabungan mereka semasa sekolah.
Total uang tabungan dari 17 siswa SD tersebut diketahui sudah mencapai Rp 112.576.000.
Namun hingga para siswa SD tersebut lulus, pihak sekolahan tak kunjung membagi uang tabungan tersebut.
Kini orangtua murid pun mulai menagih ke sekolah.
Baca juga: 6 Tahun Nabung di Sekolah, Uang Rp112 Juta Milik Murid SD Tak Bisa Kembali, Kepsek : Saya Orang Baru

Saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, salah satu orang tua murid bernama Widiansyah mengatakan uang tabungannya yang belum diberikan yakni Rp 45 juta.
"Sekarang sudah pelepasan siswa tapi belum ada sepeser pun. Orang tua yang lain juga sama belum menerima," ujar Widiansyah, Senin (12/6/2023), dikutip dari TribunJabar.id.
Ia mengatakan hal ini terungkap saat ada orang tua siswa kelas 6 menanyakan tabungan yang belum dikembalikan.
Rupanya, orang tua siswa lainnya juga mengalami hal yang sama dengannya.
Namun, saat ditanyakan, ia dan orang tua murid lainnya justru kaget dengan jawaban pihak sekolah.
Bahkan, Widiansyah telah menagihnya tiga kali dan memperoleh jawaban yang sama.
Baca juga: CURHAT Armilah Janda Serabutan, Sisihkan Uang untuk Tabungan Anak di Sekolah, Sedih Uang Tak Kembali
"Tapi, jawaban dari pihak sekolah katanya tidak ada uang," ucapnya.
"Berarti, selama di SD itu sering pinjam.
Itu jawaban dari kepala sekolah dan pihak guru," kata Widiansyah.
Pihak sekolah beralasan bahwa uang tabungan tersebut berada di koperasi dan dipegang oleh seorang guru yang sudah pensiun.
Ia pun mengaku bingung kemana lagi ia dan orang tua siswa lainnya menagih uang tabungan tersebut.
Padahal uang tersebut ditabungkan di sekolah, namun justru dipinjamkan ke okmun guru.

"Ini, malah sampai dipinjamkan ke oknum-oknum guru.
Harusnya kan, anak sudah tamat SD, uang tabungannya langsung diberikan," kata Widiansyah.
Rincian uang tabungan beserta yang dipinjam
Mengutip dari laman TribunJabar.id, masing-masing siswa memiliki nilai tabungan yang berbeda-beda.
Berikut sejumlah tabungan siswa yang belum dikembalikan;
Aditya senilai Rp 4.272.000, Adan senilai Rp 4.188.000.
Atipa senilai Rp 4.192.000, Hilman senilai Rp 3.570.000.
Ibrahim senilai Rp 2.211.000 dan Luri senilai Rp 1.325.000.
M. Aditia senilai Rp 6.050.000, M. Ihwan senilai Rp 4.670.000, Meisya senilai Rp 3.955.000,
Nazwa senilai Rp 5.310.000 dan Putri senilai Rp 11.725.000.
Rafa senilai Rp 2.749.000, Refal senilai Rp 45.000.000.
Rizkylah senilai Rp 5.454.000 dan Sawa senilai Rp 5.660.000
M. Firli senilai Rp 600.000 dan Nirwan senilai Rp 1.700.000.
Dari uang tabungan yang berjumlah Rp 112.576.000 itu dipinjam oleh guru atas nama Pak Ling senilai Rp 8.968.000.
Kemudian salah satu guru yang sudah pensiun bernama Ibu Ening meminjam senilai Rp 54.649.600.
Selain itu, komite sekolah juga meminjam senilai Rp 31.910.400.
Sementara di luar daftar uang tabungan yang ada ditulisan tersebut, ada yang berada di Koperasi di Cijulang.
(*)
Artikel ini diolah dari TribunJabar.id
Sumber: Tribun Jabar
Nasib Karisto Gideon Dimara Paskibraka Papua Barat Daya yang Nyaris Pingsan, Kini Dilirik Menkumham |
![]() |
---|
Nasib Tim Drumband MTsN 7 Jambi Pasca Insiden Lagu Ulang Tahun, Diundah Tampil di Karnaval Kabupaten |
![]() |
---|
'Bukan Istri Saya' Camat Sungai Bahar Jambi Bantah Insiden Lagu Ganggu Drumband MTsN 7: Tidak Tahu |
![]() |
---|
Dalih Painem Pedagang Telaga Sarangan Jawa Timur Tegur Wisatawan: Keliling Tidak Boleh Berhenti |
![]() |
---|
Motor Curian Dijual Rp80 Ribu, Dua Pria Asal Sragen Nekat Meski Ban Bocor, Keluar Modal untuk Nambal |
![]() |
---|