Berita Viral
Sosok Sri Susuhunan Pakubuwono XIII Keraton Kasunanan, Mengenang Jejak Kehidupan Sang Raja Solo
Duka mendalam datang dari Solo, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII meninggal dunia di usia 77 tahun, mengenang jejak mudanya hingga menutup mata.
Editor: Sinta Darmastri
TRIBUNTRENDS.COM - Suasana duka mendalam kini menyelimuti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, sang Raja Solo, telah berpulang ke Rahmatullah pada Minggu pagi, 2 November 2025.
Beliau mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Indriati, Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Untuk menghormati dan mengenang perjalanan hidupnya yang sarat makna, berikut adalah profil lengkap Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, sosok berwibawa yang menutup satu babak penting dalam sejarah Kasunanan Surakarta.
Akhir Sebuah Era dan Kabar Duka
Raja yang terlahir dengan nama Gusti Raden Mas Suryadi ini wafat setelah beberapa waktu menjalani perawatan intensif akibat komplikasi penyakit yang dideritanya.
Kabar duka ini dikonfirmasi langsung oleh kerabat keraton, KPH Eddy Wirabhumi, yang membenarkan bahwa kondisi kesehatan sang raja memang telah menurun drastis sejak beberapa minggu terakhir.
Saat ini, jenazah beliau tengah dipersiapkan secara adat untuk dibawa kembali ke Keraton Surakarta.
Rencananya, jenazah akan disemayamkan di Bangsal Maligi, yang terletak di belakang Sasana Sewaka, sebelum akhirnya dimakamkan di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Prosesi pemakaman dijadwalkan berlangsung pada Selasa Kliwon, 4 November 2025, sekitar pukul 13.00 WIB.
Kepergian PB XIII di usia 77 tahun ini tidak hanya meninggalkan kesedihan bagi keluarga besar keraton, tetapi juga menandai berakhirnya satu era kepemimpinan yang dikenal dengan ketenangan, kebijaksanaan, dan upaya keras menjaga marwah Kasunanan di tengah arus modernisasi.
Baca juga: Dua Putra Pakubuwono XIII Siap Berebut Tahta, Bayang-bayang Perpecahan Kembali Hantui Keraton Solo
Profil Singkat dan Perjalanan Takhta
Sri Susuhunan Pakubuwono XIII lahir di Surakarta pada 28 Juni 1948. Semasa kecil, beliau dikenal dengan nama Gusti Raden Mas (GRM) Suryadi.
Uniknya, nama tersebut sempat diubah menjadi GRM Suryo Partono oleh sang nenek, GKR Pakubuwana.
Pergantian nama ini dilakukan sebagai upaya spiritual karena beliau sering sakit-sakitan di masa kecil, dengan harapan dapat memperoleh kesehatan dan keselamatan.
Sebagai putra tertua dari Sri Susuhunan Pakubuwono XII, GRM Suryo Partono sejak dini telah dipersiapkan untuk meneruskan takhta Keraton Surakarta.
Puncaknya pada tahun 1979, keputusan adat atau paugeran menetapkan dirinya sebagai Kangjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Hangabehi, sebuah gelar yang secara resmi menempatkannya sebagai pewaris utama Kasunanan Surakarta.
Dedikasinya terhadap keraton bukan hanya sebatas gelar. Dalam kiprahnya, beliau dikenal aktif di lingkungan keraton dan pernah menjabat sebagai Pangageng Museum Keraton Surakarta.
Jasa dan Penghargaan: Atas jasanya yang besar dalam menangani kebakaran hebat di Keraton Surakarta pada tahun 1985, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII menerima penghargaan bergengsi Bintang Sri Kabadya I dari ayahandanya.
Penghargaan ini menjadi bukti nyata dedikasi beliau dalam pelestarian warisan budaya keraton.
Karier di Luar Keraton: Sebelum sepenuhnya mengabdi di keraton, beliau sempat bekerja di Caltex Pacific Indonesia, Riau, sebelum akhirnya menetap di Jakarta.
Kiprah pendidikannya juga diakui dengan penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan dari Global University (GULL), Amerika Serikat.
Pada tahun 2004, GRM Suryo Partono resmi naik takhta dan sejak saat itu dikenal sebagai Sri Susuhunan Pakubuwono XIII.
Selama masa pemerintahannya, beliau dikenal sebagai sosok yang tenang dan berwibawa, yang tak pernah lelah menjaga kelestarian tradisi Kasunanan Surakarta sekaligus memperkuat nilai-nilai budaya Jawa di tengah masyarakat.
Baca juga: Doa Terakhir Jokowi untuk Pakubuwono XIII, Ayah Gibran Tundukkan Kepala di Depan Peti
Kehidupan Pribadi dan Pewaris Takhta
Dalam kehidupan pribadinya, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII menikah dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pakubuwono dan dikaruniai seorang putra tunggal, GRM Suryo Aryo Mustiko atau KGPH Purbaya.
Beliau menunjukkan perhatian besar terhadap suksesi.
Pada peringatan kenaikan takhta PB XIII yang ke-18, tepatnya Minggu (27/2/2022), beliau secara resmi menunjuk KGPH Purbaya sebagai pewaris takhta dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Sudibyo Rojoputro Nalendra ing Mataram.
Sebelum menikah dengan GKR Pakubuwono, PB XIII pernah menjalani dua pernikahan.
Mengutip Kompas.com, pernikahan pertamanya dengan Kanjeng Raden Ayu Endang Kusumaningdyah dikaruniai tiga putri, yakni GKR Timoer, Gusti Raden Ayu Devi Lelyana Dewi, dan Gusti Raden Ayu Dewi Ratih Widyasari.
Pernikahan keduanya dengan Kanjeng Raden Ayu Winari Sri Haryani dikaruniai satu putra, yaitu KGPH Mangkubumi, serta dua putri, Gusti Raden Ayu Sugih dan Gusti Raden Ayu Putri Purnaningrum.
Baca juga: Doakan Pakubuwono XIII, Gibran Disebut Keluarga Keraton: Beliau Bukan Tamu, Tapi Bagian dari Kami
Riwayat Kesehatan Menjelang Wafat
Kesehatan Sri Susuhunan Pakubuwono XIII diketahui sudah memburuk selama beberapa minggu terakhir menjelang wafatnya.
Meskipun dalam kondisi lemah, beliau sempat melaksanakan prosesi adat Adang Tahun Dal pada 7 September 2025 di Pawon Gondorasan.
Namun, setelah prosesi tersebut, kesehatannya kembali menurun. Di usia 77 tahun, beliau mengalami komplikasi penyakit yang diperburuk oleh faktor usia, termasuk kadar gula darah tinggi.
Kerabat dekatnya, KPH Eddy Wirabhumi, memberikan konfirmasi mengenai kondisi kesehatan raja.
“Sebenarnya sudah lama beliau sakit. Terakhir komplikasi termasuk gula darahnya tinggi dan seterusnya. Sudah sepuh juga,” ujarnya dikutip dari Banjarmansin Post, Minggu (2/11/2025).
Sebelum berpulang, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII sempat melaksanakan upacara kenaikan takhta atau Tingalan Dalem Jumenengan ke-21 yang berlangsung khidmat di Sasana Sewaka, Keraton Surakarta, pada 25 Januari 2025.
Kini, seluruh rakyat dan kerabat keraton bersiap mengantarkan raja mereka menuju peristirahatan terakhir, meninggalkan jejak sejarah kepemimpinan yang akan selalu dikenang.
(TribunTrends.com/Grid.ID)
Sumber: Grid.ID
| Sosok Sekar, Inilah Cewek Beruntung yang Dilamar dengan Dibuatkan Patung Bunga Matahari Hingga Viral |
|
|---|
| Sosok Arrofi Ramadhan, Buat Patung Bunga Matahari 5 Meter untuk Pacar: Aku Ingin Bikin 1.000 Lagi |
|
|---|
| Belum Pernah Liburan ke Inggris Tapi Punya Foto di Big Ban London, Pakai Prompt Gemini AI Ini |
|
|---|
| Pakai Prompt Gemini AI, Cara Mudah Edit Foto Prewedding Bareng Pasangan di Danau Toba |
|
|---|
| Drama Parlemen: Rahayu Saraswati Ditolak Mengundurkan Diri oleh MKD, Terungkap Ini Alasannya! |
|
|---|