Ambisi Menkeu Purbaya Mulai Tercium! Rocky Gerung Tertawa: Dia Lagi Kejar Elektabilitas 2029

Orang seperti Purbaya pasti sudah berpikir jadi calon presiden atau calon wakil presiden. Ambisinya terlihat,” kata Rocky tajam.

Ia menilai cara Purbaya berbicara di media dan tampil di berbagai kesempatan publik tak ubahnya strategi “branding politik” yang kerap dilakukan tokoh-tokoh jelang masa transisi kekuasaan.

Namun, Rocky mengingatkan, jalan menuju puncak politik tidak sesederhana itu.

Baca juga: Purbaya Dituding Asal Bicara, Muhidin Gubernur Kalsel Emosi soal Dana Triliunan: Koboi Salah Tembak!

Sindiran: Dari Teori Ekonomi ke “Koboi Cengeng”

Dengan gaya sarkastik khasnya, Rocky kemudian meluncurkan perumpamaan yang mencolok.

Ia menyamakan gaya Purbaya dengan karakter dalam film lawas Indonesia berjudul “Koboi Cengeng”, yang dibintangi oleh komedian legendaris Ateng dan Iskak.

“Sok jago-jagoan, padahal enggak punya kemampuan. Itu intinya,” kata Rocky sambil tertawa kecil.

Ia menambahkan bahwa fenomena seperti ini terjadi karena publik Indonesia mudah terpesona oleh figur yang tampil sensasional di tengah kekosongan figur pemimpin yang kuat.

Menurutnya, popularitas mendadak Purbaya adalah contoh nyata dari gejala FOMO (Fear of Missing Out) di tengah masyarakat, di mana publik cepat mengidolakan sosok baru tanpa melihat substansi gagasan yang ditawarkan.

Antara Kekuasaan dan Dukungan Politik

Namun, di balik sindiran itu, Rocky juga mengajukan analisis yang serius. Ia menilai bahwa tantangan terbesar bagi Purbaya bukanlah soal ekonomi atau elektabilitas, melainkan dukungan politik yang nyata.

“Enggak mungkin Prabowo membiarkan Purbaya bergerak bebas sambil mengkritik menteri-menteri teknisnya.

Para menteri itu kan kebanyakan ketua partai. Sementara Purbaya enggak punya partai, kecuali dia mau masuk ke Partai Gajah supaya ada backup politik,” ujar Rocky.

Dengan kata lain, tanpa sokongan partai besar, popularitas Purbaya bisa berhenti di level wacana ramai dibicarakan, namun sulit diwujudkan menjadi kekuatan politik nyata.

Rocky menutup analisanya dengan nada peringatan: popularitas adalah pedang bermata dua.