Breaking News:

7 Fakta Lengan Santri Diamputasi di Bawah Reruntuhan Mushala Al Khoziny, Keluarga Sempat Tak Terima!

Tangan Nur Ahmad terpaksa diamputasi oleh dokter di bawah reruntuhan Mushala Al Khoziny demi keselamatannya.

|
Penulis: Amir M
Editor: Amir M
DOKUMEN/RSUD R.T. NOTOPURO SIDOARJO
KORBAN AL KHOZINY - Nur Ahmad, santri yang tangannya diamputasi di bawah reruntuhan musala di Ponpes Al Khoziny. 

Ia kemudian merangkak sejauh 10 meter ke dalam celah beton untuk mencapai lokasi korban.

“Waktu itu masuk di bawah reruntuhan.

 Jadi saya merangkak sampai ke dalam itu kira-kira sampai ke tempatnya sekitar 10 meteran,” jelasnya.

Setelah memastikan Ahmad masih hidup dengan memeriksa nadinya, Larona mendapati lengan kiri korban terjepit beton.

Ia pun memutuskan untuk melakukan amputasi di bagian persendian siku.

“Karena kita melakukan amputasi pada daerah lengan, pastinya ada risiko syok dan nyeri yang sangat hebat.

Sehingga perlu obat-obatan dari anestesi,” katanya.

Larona keluar terlebih dahulu untuk mengambil obat anestesi, kemudian kembali masuk ke celah reruntuhan.

Proses amputasi 20 menit

Proses amputasi dilakukan langsung di lokasi selama sekitar 20 menit.

“Kita amputasi setinggi siku di lokasi kejadian, di bawah reruntuhan.

Sekitar 20 menit sudah terpotong, sambil pasien sedikit kita tarik karena sikunya sangat susah dimobilisasi,” tuturnya.

Keluarga sempat tak setuju

Direktur Utama RSUD RT Notopuro Sidoarjo, dr. Atok Irawan, membenarkan bahwa amputasi dilakukan di lokasi kejadian karena kondisi darurat. Menurut dia, keputusan tersebut sempat mendapat protes dari pihak keluarga.

“Sempat yang diamputasi di tempat, keluarga sempat protes, enggak setuju.

Halaman
1234
Tags:
Al KhozinyNur AhmadSidoarjo
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved