Breaking News:

Fakta Miris MBG di Bandung Barat, Ayam Dibeli Sabtu Dimasak Rabu, Ribuan Siswa Keracunan!

Ada dapur MBG di Bandung Barat yang menyediakan bahan baku tidak fresh, ayam dibeli sejak Sabtu tapi baru dimasak hari Rabu.

Editor: Amir M
Kolase TribunTrends/Kompas/Bagus
KERACUNAN MBG - Korban keracunan massal MBG terbaring di ranjang darurat di GOR Kantor Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Kamis (25/9/2025). 

TRIBUNTRENDS.COM - Terungkap fakta miris dan mencengangkan dalam kasus keracunan MBG di Bandung Barat.

Ada dapur MBG setempat yang menyediakan bahan baku tidak fresh, ayam dibeli sejak Sabtu tapi baru dimasak hari Rabu.

Sepeti apa penjelasan lengkapnya?

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S Deyang mengatakan, kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat di luar nalar.

Nanik mengaku terheran-heran dengan petugas dapur MBG setempat yang menyediakan bahan baku, tapi tidak fresh.

Dia memaparkan, ayam yang kemudian dijadikan lauk untuk MBG sebenarnya sudah dibeli sejak Sabtu.

Namun, ayam itu baru dimasak hari Rabu, atau empat hari kemudian.

"Saya juga tidak mentolerir bahan baku, bahan baku yang dipakai bila tidak fresh. Karena kejadian di Bandung ini sungguh di luar nalar," ujar Nanik di Gedung BGN, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025).

"Bagaimana bahan baku dalam kondisi tidak fresh, ayam dibeli di hari Sabtu, baru dimasak di hari Rabu," katanya lagi.

Menurut Nanik, jika ayam itu disimpan di freezer rumah, mungkin tidak apa-apa, mengingat jumlahnya yang sedikit.

Akan tetapi, dalam kasus ini, ayam yang akan dimasak itu disimpan di sebuah freezer, yang mana jumlahnya mencapai 350 ayam.

"Memang kalau di rumah ya enggak apa-apa itu dua ayam kita nyimpannya.

Tapi, kalau 350 ayam, freezer mana yang kuat menyimpan?

Jadi ada berbagai hal, kami sudah mengeluarkan tindakan-tindakan," ujar Nanik.

Baca juga: MBG Seharusnya Bergizi, Malah Jadi Tragedi: Guru Ikut Terbaring Akibat Keracunan, Ironi Makan Gratis

Ratusan pelajar di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, diduga mengalami keracunan massal setelah menyantap hidangan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah.
Ratusan pelajar di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, diduga mengalami keracunan massal setelah menyantap hidangan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah. (KOMPAS.com/BAGUS PUJI PANUNTUN)

Keracunan MBG di Bandung Barat

Diketahui, jumlah korban keracunan akibat program MBG di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, terus bertambah.

Dari data yang dirangkum Dinas Kesehatan (Dinkes) Bandung Barat hingga Kamis (25/9/2025) siang, total korban keracunan mencapai 1.333 orang yang terakumulasi dari tiga kejadian, dua kejadian di Cipongkor dan satu kejadian di Cihampelas.

Kasus pertama berasal dari klaster Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cipari yang terjadi pada Senin (22/9/2025) hingga Selasa (23/9/2025) dengan total 393 korban.

Kasus berikutnya, di Cihampelas terdapat 192 orang, terdiri dari 176 siswa SMKN 1 Cihampelas, tujuh siswa MA Al Mukhtariyah, delapan siswa MTs Al Mukhtariyah, dan seorang siswa SDN 1 Cihampelas.

Sementara itu, kasus bertambah dari dapur yang berbeda, 201 korban lainnya berasal dari klaster SPPG di Desa Neglasari, Citalem, dan Cijambu, Kecamatan Cipongkor.

Kemudian, satu hari berselang, kasus serupa kembali terjadi dengan jumlah korban yang lebih besar.

Hingga Kamis, 25 September 2025, tercatat 730 orang mengalami keracunan dari menu MBG yang berbeda dari kasus pertama.

"Kalau hari ini yang keracunan kedua, ada 730 orang," kata Kepala Puskesmas Cipongkor, Yuyun Sarihotimah, saat ditemui di Posko Cipongkor, Kamis.

Sebagian besar korban merupakan pelajar dari jenjang SD hingga SMA/SMK.

Mereka mengalami gejala mual, pusing, hingga sesak napas setelah menyantap makanan MBG.

Petugas kesehatan menyebut sebagian besar pasien mengeluhkan mual, pusing, hingga sesak napas.

Baca juga: Santap Menu MBG Ikan Hiu Goreng Saus Tomat, 24 Siswa SDN 12 Benua Kayong Ketapang Keracunan

Amalia Husna Khodijah bocah perempun berusia 5 tahun tercatat sebagai korban keracunan menu MBG dengan usia paling muda saat ditemui di Posko Kesehatan Kecamatan Cipongkor, Selasa (23/9/2025).
Amalia Husna Khodijah bocah perempun berusia 5 tahun tercatat sebagai korban keracunan menu MBG dengan usia paling muda saat ditemui di Posko Kesehatan Kecamatan Cipongkor, Selasa (23/9/2025). (KOMPAS.com/BAGUS PUJI PANUNTUN)

Siapa bertanggung jawab?

Nanik S. Deyang menegaskan bahwa pihaknya bertanggung jawab penuh atas insiden keracunan yang terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah.

Dia juga memastikan seluruh biaya pengobatan bagi anak-anak maupun orang tua yang terdampak akan ditanggung sepenuhnya oleh BGN.

“Kami bertanggung jawab penuh atas hal yang terjadi.

Terhadap anak, orang tua yang ikut makan, kami bertanggung jawab penuh dan akan membiayai semuanya,” ujar Nanik di Kantornya, di Jakarta, Jumat (26/9/2025).

Nanik menjelaskan, hasil penelusuran internal menunjukkan bahwa sekitar 80 persen kasus insiden pangan yang terjadi belakangan ini disebabkan oleh pelanggaran Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh mitra maupun tim pelaksana di lapangan.

“Sudah sering saya sampaikan di berbagai media bahwa kejadian-kejadian ini 80 persen karena SOP kita tidak dijalankan dengan baik.

Tapi, kesalahan terbesar tetap ada pada kami karena pengawasan kami masih kurang optimal,” katanya.

Menurut Nanik, meski setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) memiliki kepala dapur, ahli gizi, dan akuntan, tanggung jawab utama tetap berada di tangan BGN sebagai pelaksana program nasional.

“Kesalahan ini tidak bisa kami limpahkan kepada mereka.

Ini tanggung jawab kami sepenuhnya.

Kami mengaku salah atas apa yang terjadi dalam insiden keamanan pangan ini,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, dia juga menjelaskan bahwa tidak semua insiden pangan yang dilaporkan disebabkan oleh makanan beracun.

“Kami menemukan tidak semua terduga beracun, tapi ada juga karena alergi, kemudian ada hal-hal lain,” ujarnya.

Lebih lanjut, Nanik menegaskan bahwa BGN akan memperketat pengawasan dan tidak lagi mentoleransi pelanggaran SOP dalam pelaksanaan program MBG.

“Kami tidak akan mentoleransi siapa pun yang melanggar SOP.

Kami akan berusaha keras memperbaikinya secara total,” katanya.

Dengan suara bergetar dan terisak, Nanik pun menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat atas kejadian yang menimpa para penerima manfaat MBG, terutama anak-anak sekolah.

“Dari hati saya yang terdalam, saya mohon maaf atas nama BGN dan seluruh SPPG di Indonesia.

Saya seorang ibu, melihat gambar anak-anak digotong ke puskesmas, hati saya sedih sekali.

Kalau anak saya panas saja, saya sudah stres, apalagi melihat anak-anak seperti itu,” kata Nanik dengan nada emosional.

Dia pun menegaskan lagi bahwa semangat utama program MBG adalah memenuhi kebutuhan gizi anak-anak Indonesia, bukan sekadar membagikan makanan gratis.

“Presiden ingin agar anak-anak Indonesia terpenuhi gizinya supaya mereka tumbuh menjadi generasi emas. Tapi kami akui masih banyak hal yang harus kami perbaiki,” katanya.

Menurut Nanik, BGN tidak akan menutup-nutupi kesalahan, melainkan berkomitmen melakukan evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang.

“Ini bukan masalah angka.

Satu nyawa saja, satu anak saja sakit, itu sudah menjadi tanggung jawab kami.

Ini kesalahan kami sebagai pelaksana, dan kami akan memperbaikinya secara total,” pungkasnya.

(KOMPAS.com/ Adhyasta Dirgantara//Kiki Safitri)

Diolah dari artikel di KOMPAS.com

Sumber: Kompas.com
Tags:
MBGMakan Bergizi GratisBandung BaratBadan Gizi Nasional
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved