Breaking News:

Kabupaten Klaten

Gerabah Melikan Klaten Masuk Nominasi API 2025, Bersaing di Kategori Cendera Mata

Gerabah yang dihasilkan pengrajin Melikan sangat beragam. Mulai dari dinner set hingga hiasan.

Editor: Delta Lidina
TribunSolo/Zharfan
PRODUK LOKAL KLATEN - Gerabah asal Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten, berhasil masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) 2025 kategori Cendera Mata. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNTRENDS.COM, KLATEN – Gerabah asal Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten, berhasil masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) 2025 kategori Cendera Mata. 

Produk tradisional khas Klaten ini bersaing dengan berbagai cendera mata dari daerah lain di Indonesia.

Desa Melikan sendiri sudah dikenal sebagai sentra gerabah sejak tahun 1901. Hingga kini, lebih dari 200 pengrajin masih produktif menjalankan usaha.

“Untuk Desa Melikan itu sentranya gerabah, jadi produk utamanya adalah gerabah,” kata Waris Hartono (45), pelaku usaha yang akrab disapa Lek Waris, saat ditemui TribunSolo.com di Dukuh Pagerjurang, Desa Melikan.

Gerabah yang dihasilkan pengrajin Melikan sangat beragam. Mulai dari dinner set, kitchen set, hingga hiasan dengan berbagai tampilan. 

PRODUK LOKAL KLATEN - Pengrajin gerabah menggunakan alat putaran miring, yang menjadi satu-satunya di dunia. 
PRODUK LOKAL KLATEN - Pengrajin gerabah menggunakan alat putaran miring, yang menjadi satu-satunya di dunia.  (TribunSolo/Zharfan)

Menurut Lek Waris, produk gerabah memiliki dua jenis tampilan, yaitu natural dan cover.

“Untuk natural yang hitam kecoklatan sama merah terracotta itu natural. Tapi kalau yang cover itu ya painting, terus tempel kulit telur ataupun pelepah, rotan dan lain sebagainya,” jelasnya.

Salah satu keunikan gerabah Melikan adalah teknik putaran miring yang digunakan dalam proses pembuatan. 

Baca juga: Gerabah Melikan Klaten Masuk Nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2025, Warga Diajak Beri Dukungan

Alat tradisional ini khusus didesain untuk kaum ibu yang mengenakan jarik maupun kebaya.

“Untuk putaran miring itu sebenarnya alat untuk membuat gerabah tapi didesain khusus untuk kaum ibu. Karena posisinya dibikin miring, terus kakinya selaras atau sejajar,” ungkap Lek Waris.

Teknik putaran miring ini bahkan sudah diakui dan mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) pada tahun 2022.

Produk gerabah Melikan juga memiliki daya saing di pasar. Harganya bervariasi mulai Rp 2 ribu untuk produk sederhana, hingga Rp 2,5 juta untuk guci dan produk seni dengan sentuhan khusus.

Tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, gerabah Melikan juga telah menembus pasar internasional. Produk buatan pengrajin Klaten ini sudah sampai ke Cina, Amerika, Australia, hingga Malaysia.

“Untuk penjualan secara pribadi ke Cina, Amerika, Australia hingga Malaysia sudah. Untuk Indonesia dari ujung barat sampai timur rata-rata sudah,” terang Lek Waris.

Dengan masuknya nominasi API 2025, harapan besar tertuju pada gerabah Melikan agar semakin dikenal luas. 

Lek Waris menegaskan, inovasi dan sentuhan seni menjadi kunci agar produk tradisional ini tetap bertahan dan naik kelas. (*) 

Sumber: Tribun Solo
Tags:
Pemkab KlatenMelikanAPI Awards 2025
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved