Film ini digarap oleh sutradara Endiarto dan Bintang Takari dengan produser Toto Soegriwo.
Namun publik terkejut karena produksi disebut hanya memakan waktu dua bulan, dengan dugaan penggunaan aset visual stok dari situs animasi.
Trailer-nya sempat banjir kritik bahkan dijadikan bahan meme.
Sutradara Endiarto menegaskan film ini tak mengejar keuntungan, melainkan sebagai partisipasi memeriahkan Kemerdekaan RI. Film ini pun hanya tayang di 16 layar bioskop, termasuk jaringan XXI dan Sam’s Studio.
Dukungan dari Sam’s Studio
Sam’s Studio bioskop yang didirikan Sonu Samtani dan Raffi Ahmad ikut menayangkan film ini.
Berbeda dari bioskop pada umumnya, Sam’s Studio berkonsep standalone dan menyasar daerah di luar kota besar.
Selain hiburan, Sam’s Studio juga mengusung misi budaya serta mendukung UMKM, dengan RANS Entertainment terlibat dalam penyediaan makanan dan minuman.
Pelajaran untuk Perfilman Lokal
Meski menuai kritik pedas, Merah Putih: One For All tetap layak diapresiasi sebagai upaya menghadirkan film nasionalis bagi generasi muda.
Namun, kegagalannya menjadi catatan penting: produksi animasi dengan dana besar butuh persiapan matang, riset mendalam, dan eksekusi yang rapi agar bisa diterima publik luas.
***
(TribunTrends/Banjarmasinpost/Disempurnakan AI)