"Dan pas mau melahirkan, itu dia disuruh pilih sama dokter, mau pilih anak atau ibunya?" ungkap Tika.
"Beliau bilang, 'selametin anak saya'," lanjutnya.
Setelah melahirkan, Mpok Alpa juga tidak diperbolehkan menyusui anak-anaknya karena kondisi kesehatannya. Namun, di hadapan publik, ia tetap berpura-pura seolah semuanya baik-baik saja.
"Bukan berniat untuk membohongi publik. Tapi kan pada saat itu beliau belum siap buat ngomong yang sebenarnya... Emang gak boleh, daripada bahaya buat si bayi kan?" kata Tika.
Gejala yang Diabaikan, Karena Takut Tak Bisa Bekerja
Tika juga menyebut bahwa Mpok Alpa sudah sering mengeluhkan adanya benjolan di payudaranya bahkan sebelum hamil. Namun ia enggan memeriksakan diri ke dokter karena khawatir hasilnya akan membuatnya kepikiran dan mengganggu pekerjaan.
"'Tika di sini gua ada benjolan apaan ya ?'," kata Mpok Alpa saat itu.
"Tapi enggak ah gua takut entar kalau misalnya dikasih tahu sama dokter gua begini-begini, entar gua kepikiran, entar gua enggak mau kerja, entar gua begini, entar gua begitu'," ujar Tika menirukan Mpok Alpa.
Setelah divonis secara medis, Mpok Alpa menjalani pengobatan, termasuk pengobatan ke luar negeri—berobat ke Penang, Malaysia—namun ia tetap menjalani hari-harinya dengan senyuman dan canda seperti biasa.
Sayangnya, perjuangan panjang itu harus terhenti.
Pada Jumat pagi pukul 08.15 WIB, Mpok Alpa menghembuskan napas terakhir.
(TribunTrends.com/ TribunSumsel.com/ Disempurnakan dengan bantuan AI)