TRIBUNTRENDS.COM - Suasana di RSUD Sekayu, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, mendadak memanas setelah sebuah video viral di media sosial memperlihatkan momen menegangkan antara dokter dan keluarga pasien.
Dalam rekaman berdurasi 41 detik itu, terlihat dr. Syahpri Putra Wangsa dimarahi, dicaci, bahkan dipaksa melepas masker oleh pihak keluarga pasien.
Baca juga: Alasan Keluarga Pasien di Sumsel Maki dan Paksa Dokter Lepas Masker, Ibu Diabetes Komplikasi
Klarifikasi dari Pihak Keluarga Pasien
Menanggapi hebohnya video tersebut, Ismet Syaputra perwakilan keluarga pasien akhirnya angkat bicara.
Ia mengungkapkan kekecewaannya karena sang ibu yang dirawat di ruang VIP harus menunggu hingga empat hari untuk mendapatkan penanganan dokter.
“Kami datang hari Jumat, rujukan dari Klinik Smart Medica. Ibu saya dirawat karena diabetes komplikasi.
Kondisinya membaik, sadar, demam turun, gula darah stabil setelah dirawat di RSUD Sekayu. Tapi kami diminta menunggu dokter sampai hari Selasa,” ujar Ismet, Rabu (13/8/2025).
Menurut Ismet, pelayanan yang diterima jauh dari harapannya.
“Kami memilih pelayanan umum atau VIP karena ingin pelayanan maksimal. Kalau dokter tidak ada saat akhir pekan, apa bedanya dengan BPJS. Sedangkan VIP saja seperti ini,” ungkapnya.
Kemarahan Ismet memuncak ketika ia mengetahui hasil pemeriksaan dahak sang ibu sudah tersedia sejak Sabtu, namun baru dicek pada Selasa.
“Bagaimana saya bisa bersabar melihat ibu saya terbaring sakit. Saya tersulut emosi dan meminta dokter melepas masker untuk memastikan beliau benar dokter atau bukan,” ungkapnya lagi.
Ia menegaskan, pengalaman ini menjadi catatan penting bagi rumah sakit.
"Kalau statusnya VIP, mestinya penanganan dan fasilitasnya juga maksimal, bukan malah menunggu berhari-hari,” ujarnya.
Penjelasan dari dr. Syahpri
Di sisi lain, dr. Syahpri membenarkan adanya ketegangan saat ia memasuki ruang perawatan.
"Perawat menyampaikan kepada saya keluarga pasien emosi. Perawat yang bertugas memberi tahu bahwa keluarga pasien sedang marah-marah. Saat itu saya minta perawat siaga,” ujarnya.
Ia menjelaskan, pemakaian masker adalah bagian dari SOP karena pasien terindikasi mengidap TBC berdasarkan hasil rontgen.
"Kenapa saya memakai masker, karena dari hasil rontgen dan radiologi ditemukan bercak pada paru-paru pasien yang diindikasikan TBC, salah satu penyakit yang sulit ditangani. Pemakaian masker itu SOP pemeriksaan indikasi penyakit TBC,” jelasnya.
Meski sudah memberi penjelasan, keluarga pasien tetap memaksa, bahkan sampai melepas masker yang dikenakannya.
“Saya bilang kalau buka masker di luar saja sesuai SOP. Tapi mereka tetap memaksa dan melepas masker saya,” tuturnya.
Baca juga: Keluarga Pasien Tumor Otak Bongkar Kebaikan Park Seo Joon, Diam-diam Beri Uang untuk Perawatan Medis
IDI Mengecam dan Siap Kawal Hukum
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Muba mengecam keras tindakan tersebut. Ketua BHP2A IDI Muba, dr. Zwesty Devi, MH, menegaskan:
“Tindakan kekerasan terhadap tenaga kesehatan, apalagi secara fisik, tidak dapat dibenarkan dalam kondisi apa pun.
Dalam video yang beredar, terlihat adanya kontak fisik dari pihak keluarga pasien kepada dokter yang tengah menjalankan tugasnya.”
IDI Muba memastikan akan mendampingi dr. Syahpri dalam proses hukum dan berharap insiden serupa tidak terulang.
"Ini masalah profesi kami berharap peristiwa serupa tidak terulang kembali dan dokter tetap dapat menjalankan fungsinya tanpa ada ketakutan," jelasnya.
***
(TribunTrends/TribunSumsel)