Narasi tersebut menjadi semacam justifikasi informal atas kekerasan yang diterima Lucky, padahal menurut Lusi dan pengakuan sebelumnya, Lucky sudah mengalami pemukulan berulang sejak sebelum kejadian kabur dari batalyon.
Baca juga: Dedikasi Dibalas Pukulan: Fakta Baru Kematian Prada Lucky, Masak untuk Rekan, Dibalas Penganiayaan
Rekonstruksi Kekerasan: Pemukulan Sistematis, Bukan Sekali Kejadian
Berdasarkan data kronologis internal, Prada Lucky mengalami serangkaian pemukulan yang berlangsung lebih dari seminggu, dilakukan oleh sejumlah senior secara bergantian, bahkan menggunakan selang.
Tak hanya Lucky, seorang prajurit lain, Prada Ricard, juga menjadi korban kekerasan tersebut.
Setelah sempat dibawa ke rumah sakit karena mengalami muntah dan kondisi lemah, Lucky dinyatakan membaik.
Namun, keesokan harinya kondisinya memburuk secara mendadak hingga akhirnya meninggal dunia di ruang ICU RSUD Aeramo, pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Kisah Prada Lucky bukan sekadar tentang kekerasan di lingkungan militer. Ini adalah cerita tentang tertutupnya akses, manipulasi informasi, dan lemahnya transparansi, bahkan ketika nyawa telah melayang.
Keluarga harus bertempur, bukan hanya melawan duka, tapi juga melawan sistem yang menutupi kebenaran.
Kini, empat prajurit telah ditetapkan sebagai tersangka, namun bagi keluarga Lucky, keadilan belum selesai.
***
(TribunTrends/Disempurnakan oleh AI/Tribunnews)