Kota di Jawa Tengah yang bersebelahan dengan Boyolali, Sukoharjo, dan Karanganyar mampu mencatatkan diri sebagai kota paling layak huni nasional. Kota yang kental dengan budaya itu mampu menunjukkan kemajuan daerah melalui potensinya. Manakah itu?
TRIBUNTRENDS - Di balik hiruk pikuk kota-kota besar di Indonesia, Kota Yogyakarta justru berhasil mencuri perhatian sebagai salah satu tempat tinggal paling ideal.
Dalam riset bertajuk Indonesia Most Livable City Index (MLCI) 2022 yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP), Yogyakarta dinobatkan sebagai kota paling layak huni kedua di Indonesia, hanya terpaut tipis dari Kota Surakarta (Solo) yang menduduki peringkat pertama.
Riset ini melibatkan jajak pendapat warga dari 15 kota besar di Indonesia untuk mengukur persepsi kenyamanan tempat tinggal.
Sebanyak 28 indikator digunakan dalam penilaian, mencakup berbagai aspek penting seperti jaringan telekomunikasi, akses air bersih, ketahanan pangan, penataan kota, kondisi politik, hingga kualitas pelayanan publik dan administrasi pemerintahan.
Dari hasil survei tersebut, Kota Yogyakarta memperoleh skor indeks kenyamanan sebesar 66,52 dan berhasil masuk dalam kategori Top Tier City, dengan skor kelayakan hidup 75 poin.
Capaian ini hanya terpaut dua poin dari Solo yang meraih skor 77 poin.
Solo memiliki slogan The Spirit of Java. Slogan ini mencerminkan semangat dan identitas Jawa yang kental dalam kehidupan masyarakat Solo.
Slogan ini juga menjadi representasi dari kebudayaan Jawa yang masih lestari di kota tersebut.
Predikat Top Tier City sendiri diberikan kepada kota-kota dengan skor indeks antara 70 hingga 77, menandakan tingkat kelayakhunian yang berada di atas rata-rata nasional.
Menariknya, pencapaian Yogyakarta ini diraih di tengah kondisi upah minimum kota (UMK) yang masih tergolong rendah.
Berdasarkan data dari situs resmi Pemerintah Provinsi DIY, UMK Kota Yogyakarta pada tahun 2025 tercatat sebesar Rp 2.655.041, tertinggi di antara wilayah lain di provinsi tersebut.
Sementara itu, Kabupaten Gunungkidul mencatat UMK terendah, yakni Rp 2.264.080.
Survei Indonesia Most Livable City Index (MLCI) ini sendiri dilakukan setiap tiga tahun sekali dan mencakup 52 kota dari 32 provinsi di Indonesia.
Tujuannya adalah untuk memberikan tolok ukur dalam menilai kualitas hidup masyarakat urban berdasarkan persepsi kenyamanan dan fasilitas yang tersedia.