Upaya kreatif ini membuahkan hasil yang gemilang.
Kubu Gadang berhasil menarik perhatian wisatawan dari berbagai negara, termasuk Thailand, Amerika Serikat, dan Cina.
Pada tahun 2016, berkat kreativitasnya, Yuliza mengubah wajah desa dan pandangan masyarakat tentang potensi kampung mereka.
Homestay mulai dibangun, kuliner lokal dikemas lebih menarik, dan media serta program TV nasional mulai meliput desa ini.
Namun, perjalanan Yuliza tidak selalu berjalan mulus.
Salah satu kendala utama adalah keterbatasan modal.
Sebagai sebuah kelurahan, Kubu Gadang tidak mendapatkan alokasi dana desa.
"Kami sering merasa putus asa. Rasanya sudah 183 kali kami bertanya, bagaimana kami bisa membangun ini tanpa modal?
Karena kami berada di kelurahan, kami tidak termasuk dalam program dana desa.
Namun, kami berusaha untuk mengelola potensi yang ada," ungkap Yuliza.
Pandemi Covid-19 juga menjadi pukulan berat.
Pasar digital yang dibangun pada tahun 2018 hancur, dan banyak program terpaksa dihentikan.
Namun, Yuliza dan masyarakat Kubu Gadang tidak menyerah.
Mereka beralih ke model wisata edukasi, mengadakan pelatihan, dan menyelenggarakan berbagai acara.
Akhirnya, mereka berhasil bangkit dan meraih penghargaan Desa Wisata Maju dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.