Kisah Seorang Polwan Tolak Jadi Ajudan Ibu Tien Soeharto, Setia Dampingi Soekarno di Masa Sulit

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inilah sosok polwan kepercayaan Soekarno yang menolak jadi ajudan Ibu Tien Soeharto.

"Sebagai polisi ajudan, saya tidak pernah memakai seragam polisi. Waktu itu, saya lebih sering menari daripada latihan karena penari masih jarang.

"Saya selalu memakai kebaya dan menari, sementara di dalam tas ada revolver. Dengan begitu, orang tidak tahu bahwa Soekarno dikawal oleh ajudan yang sedang menari," kisah ibu tujuh anak dari dua kali pernikahannya ini.

Nitri mengaku sebagai ajudan, hanya sebagai tukang beli kue, makanan, dan buah-buahan yang disenangi Bung Karno.

Menurut Nitri, Bung Karno paling menyukai kue lemper, buah rambutan dan jika makan harus ada kecap merek tertentu yang pabriknya ada di Blitar, kota kelahiran Putra Sang Fajar itu.

"Kalau ada yang bilang bahwa Bung Karno memiliki uang miliaran saat presiden, saya tertawa dalam hati.

Mereka tidak tahu, pernah sekali waktu Bung Karno meminta saya membelikan seikat rambutan," terangnya.

"Waktu itu saya bilang, mana uang untuk membelinya. Bung Karno tidak punya uang. Saya tahu persis, karena saya yang biasanya memegang untuk membeli makanannya," kata Nitri yang kini menjadi pengusaha jeruk Bali di kawasan Renon, Denpasar, tersebut.

"Setelah peristiwa Gestok (G30S), saya mendampingi Bapak Presiden sampai diamankan.

Setelah serah terima kekuasaan, Ibu Tien (Istri Soeharto) meminta supaya saya ikut menjadi ajudan.

Saya tidak mau, karena waktu itu Bung Karno dibilang pemberontak," kata Nitri.

Data Diri

Lahir: Denpasar 1 April 1948

Pendidikan

1961 SD NO. 11 Denpasar Bali

1961 SMPN 1 Denpasar Bali

1965 Sekolah Brigadir Polisi Wanita, Sukabumi, Jawa Barat

Pekerjaan

1965-1968 Brigadir Polisi

1987-1995 eskportir kerajinan kayu

1995-hingga akhir hayat berkebun buah-buahan jeruk bali dan mangga bali

Tribuntrends/Tribun-Timur.comĀ