Lalu anggota MPR dari fraksi Golkar pada 1 Oktober 1992 hingga 14 Maret 1998.
Menteri sosial Kabinet Pembangunan VII pada tahun 1997, yang tak lain adalah kabinet ayahnya sendiri.
Bahkan ada satu cerita unik Tutut Soeharto saat menjadi Menteri dari Soeharto.
Saat itu Tutut harus menghadapai tantangan krisis moneter sebelum Soeharto lengser.
Selain krisis keuangan, peralihan kekuasaan dari orde baru ke reformasi juga membuat TPI yang ia pimpin bangkrut.
TPI gulung tikar, lalu kepemilikan TPI berpindah tangan pada tahun 2005, sehingga Tutut juga terlilit hutang.
Pada tahun 2010 lalu, TPI digugat pailit oleh Capital Investment Limited (Literati), buntut kasus utang piutang TPI yang mencapai Rp1,6 triliun.
Tiga perusahaan milik Tutut Soeharto yakni PT Citra Bhakti Margatama Persada, PT Citra Mataram Satriamarga Persada, dan PT Marga Nurindo Bhakti.
“TPI sebagai stasiun TV baru saat itu mengalami penurunan keuangan bahkan lebih buruk dari waktu ke waktu”, lapor YouTube Polemik pada 2 Juni 2024 lalu.
Sebagai pemilik aset PT Citra, Tutut digugat karena tidak membayar hutangnya sebesar Rp1,6 triliun bahkan setelah PT Citra berpindah tangan ke Literati.
Belakangan diketahui bahwa dirinya sudah bukan lagi pemilik saham PT Citra, kini Mbak Tutut pun bisa duduk tenang.
Selain pemilik saham TPI, bisnis Tutut merambah ke banyak bidang termasuk bisnis pengelolaan jalan tol.
Rentetan kekayaan Tutut juga dihasilkan dari bisnis di bidang pertanian, perbankan, penggilingan tepung terigu, energi listrik, hingga perdagangan gula.
Kalkulasi keuntungan dari gurita bisnis Tutut ini membuatnya memiliki kekayaan sebesar Rp2,9 triliun.
Meski diduga memiliki banyak utang piutang dan sempat pailit, Tutut Soeharto masih memiliki banyak pabrik uang lainnya.