TRIBUNTRENDS.COM - Sebagai cucu Sultan Hamengkubuwono X, Drasthya Wironegoro dan Marrel Suryokusumo kerap terlibat dalam berbagai acara Keraton Jogja.
Putra GKR Mangkubumi dan GKR Condrokirono kerap tampil gagah dengan busana keraton, mulai dari busana Kesatrian Ageng hingga Surjan Lurik.
Berikut ini potret Drasthya Wironegoro dan Marrel Suryokusumo tampil dengan busana Keraton selengkapnya, siapa paling gagah?
Kesatrian Ageng
Pakaian Kesatrian Ageng terdiri dari surjan sebagai atasan, celana panjang hitam, kain batik yang dilitkan pada pinggang dengan panjang diatas lutut, serta hiasan kepala.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, surjan adalah baju jas laki-laki khas Jawa yang berkerah tegak dan berlengan panjang.
Surjan Kesatrian Ageng dibuat dari kain laken (hampir serupa kain beludru) berwarna hitam polos yang kemudian dihiasi oleh bordiran keemasan bermotif daun keluwih dan sulur.
Daun keluwih melambangkan perlindungan serta keselamatan keraton dan sulur melambangkan kehidupan yang terus-menerus tumbuh.
Sehingga baju tersebut sering digunakan oleh pejabat keraton, prajurit yang bertugas di dalam keraton, dan pengantin sebagai simbol mempertahankan kehidupan keraton.
Baju Kesatrian Ageng juga dilengkapi oleh topi yang melambangkan watak ksatria yang berarti mereka tidak akan pernah mundur selangkahpun dalam menghadapi musuh dan mencapai tujuan.
Mereka juga harus percaya pada kemampuan diri sendiri agar dapat mengabdi dengan hati yang bersih juga semangat yang tidak pernah padam.
Kesatrian Ageng adalah pakaian yang mencerminkan keberanian. Warna hitam pada surjan, celana, dan topi diambil dari warna alam yang melambangkan kekuatan, keberanian, serta keabadian.
Adapun warna emas serta kuning pada hiasan surjan melambangkan keluhuran, ketentraman, kemuliaan, cita-cita, serta keagungan.
Surjan Lurik
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, lurik diperkirakan berasal dari daerah pedesaan di Jawa, tetapi kemudian berkembang, tidak hanya menjadi milik rakyat, tetapi juga dipakai di lingkungan keraton.