Pada dasarnya, tidak ada penentuan pasti hak penumpang dapat duduk di mana.
"Pada kereta komuter tidak terdapat sistem pemesanan tempat duduk," terangnya kepada TribunSolo.com, Senin (10/10/2022).
Dengan demikian, butuh kesadaran tiap penumpang untuk memberikan tempat duduk bagi yang lebih membutuhkan.
Raysha menjadi salah satu bagian dari kategori pengguna prioritas karena membawa anaknya yang masih berumur 6 tahun.
"Untuk itu kami imbau kepada pengguna untuk senantiasa memberikan tempat duduk kepada pengguna yang lebih membutuhkan, utamanya tempat duduk bagi para pengguna prioritas yaitu ibu hamil, lansia, orang yang sedang sakit dan ibu membawa balita," terang Adli.
Baca juga: Jadwal KRL Jogja- Solo 7 Oktober 2022, Kedatangan Terakhir di Stasiun Palur
Ia pun meminta para penumpang untuk menghubungi petugas jika ia merasa termasuk sebagai prioritas namun tidak mendapatkan tempat duduk.
"Jika pengguna prioritas ada yang membutuhkan tempat duduk namun kesulitan menemukannya, silakan menghubungi petugas di kereta," aku dia.
"Selanjutnya petugas pasti akan membantu mencarikan tempat duduk," tambahnya.
Baca juga: Aksi Nekat Terekam Kamera CCTV, Viral Penumpang Wanita Berusaha Curi Tas Pengemudi TransJogja
Difabel Dilarang Masuk
Masih ingat viralnya penumpang difabel yang ditolak naik Kereta Rel Listrik (KRL) di Stasiun Solo Balapan?
Setelah empat hari, kini PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menemui korban penolakan yakni pria bernama Ilham.
Pertemuan tersebut dilakukan di Yogyakarta, tempat di mana Ilham tinggal.
Senior Manager Area 6 Yogyakarta PT KCI, Adli Hakim menuturkan telah melakukan pertemuan dan pihak yang terkait.
"Kami sudah melakukan pertemuan dengan pihak yang terkait yakni Mas Ilham kemarin di Yogyakarta," katanya pertemuan dengan Tim Advokasi Difabel (TAD) Kota Solo, Selasa (2/8/2022).
Dalam pertemuan tersebut, KCI menyampaikan permohonan maaf atasa viralnya video calon penumpang difabel yang ditolak saat hendak naik KRL.
"Pertama-pertama kami kepada para disabilitas atau peristiwa yang sempat viral kemarin tentu bila ada kekurangan, ketidaksempuranaan kami sampaikan permohonan maaf," ungkapnya.
Dengan adanya pertemuan tersebut, diakui Adli membuat KCI mendapat banyak masukan untuk meningkatkan pelayanan, khususnya untuk para penyandang disabilitas.
Salah satu masukan yang diutarakan yakni terkait untuk meningkatkan soft skill dan lebih sensitif untuk melakukan pelayanan.
"Untuk pembinaan sudah kita lakukan pembinaan rutin, tapi kalau untuk dengan disabilitas ini bukan pembinaan tapi pelatihan beberapa kali," ucapnya.
Dirinya menegaskan bahwa KCI mempunyai Standard Operating Procedure (SOP) dalam melayani penyandang disabilitas.
"Tadi ada yang menyampaikan ketika sampai satsiun pasti dilayani, terus di atas kereta ada petugas yang ikut menampingi, nanti di stasiun tujuan ada yang menyambut lagi," paparnya.
Namun, ia menyadari bahwa ada yang perlu ditingkatan yakni menganai pemahaman ragam-ragam disabilitas dan ragam alat bantu.
"Tentu itu yang akan kita tingkatkan,dengan adanya perisrtiwa ini tidak mungkin dipisahkan dengan kursi roda, apapun bentuknya saat ini kami menampung saran-saran," paparnya.
Ketua harian TAD Kota Solo Sudarti mengatakan ada beberapa catatan yang diambil dari hasil pertemuan tersebut.
"Bahwa KAI wajib punya SOP dalam melayani disabilitas, termasuk aturan kursi roda. Kemudian modifikasi yang memungkinkan diangkut oleh KAI, jadi harsu ada SOP," tuturnya.
Selanjutnya, kata dia PT KAI tidak boleh menolak alat bantu yang digunakan oleh disabilitas.
Meski begitu, ia juga meminta kepada penyandang disabilitas utuk mengetahui aturan yang diberlakukan KAI untuk menaiki KRL.
"Disabilitas juga tahu SOP yang ada di KAI sebelum memutuskan untuk naik kereta, termasuk kursi roda yang dipakai memungkinkan atau tidak untuk naik kereta api," jelasnya.
Diolah dari artikel Kompas.comdan TribunSolo.com