Berita Viral

Video Kawin Tangkap Viral, Budayawan Sumba Beri Tanggapan, Menyimpang dari Budaya 'Tak Normal'

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Viral aksi kawin tangkap di Desa Waimangura, Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT.

"Alasannya dapat terjadi, karena orangtua anak gadis berutang (kerbau) kepada orang lain namun tak sanggup melunasi utangnya. Di sini muncul negosiasi dari orangtua gadis atau dari pihak pemilik kerbau untuk menikahi putrinya. Dengan demikian, utang kerbau tidak akan ditagih lagi,"ungkapnya.

Kemudian tidak saling mencintai. Ini lebih sering terjadi. Jadi, kata Ramone, tak ada saling cinta yang seharusnya sebagai syarat sebuah pernikahan yang wajar antara pria dan wanita.

Biasanya, hanya laki-laki yang mau atau ngebet sementara pihak wanita tidak cinta (bertepuk sebelah tangan) lalu pria menculik wanita idamannya.

Bila wanita sudah diculik, biasanya orangtuanya setuju kendati pun sangat terpaksa.

Satu prinsip yang dipegang oleh orangtua wanita adalah tidak mau malu dengan tetangga atau bahkan lebih menjaga putri mereka untuk tidak menjadi bahan pergunjingan tetangga dengan stempel “sudah ternoda”.

"Bisa saja orangtua wanita merebutnya kembali tapi akibat lebih lanjut adalah puteri mereka “tidak laku lagi," kata dia.

Biasanya pada alasan ini haruslah keluarga pihak pria lebih superior daripada keluarga wanita.

Superior dalam banyak arti seperti punya pengaruh dan kedudukan dalam masyarakat dan keluarga kaya.

Baca juga: Tolong Detik-detik Wanita Jadi Korban Kawin Tangkap, Ternyata Tradisi di Sumba Barat Daya, NTT

Langgengkah sebuah perkawinan paksa?

Tangkapan layar video yang menunjukkan aksi kawin tangkap di Sumba Barat Daya (Tangkapan layar)

Dia menjelaskan, pasangan kawin paksa bila telah melewati beberapa tahun hidup bersama baik-baik saja.

"Rupanya berlaku pribahasa Jawa witing treso jalaran suko kulino, atau cinta tumbuh dan mekar seiring waktu. Namun patut dicatat bahwa kelanggengan sebuah perkawinan tidak ditentukan oleh persiapan lama dan melewati prosedur normal sebagaimana adat istiadat setempat mengharuskannya, juga tak bisa kita berkata bahwa kawin paksa, tangkap atau culik pasti tak langgeng,"imbuhnya.

Nyatanya kata dia, ada banyak pasangan yang melalui persiapan dan prosedur, akhirnya ambruk juga di tengah jalan.

Sedangkan, pasangan yang awalnya karena terpaksa akibat perkawinan tidak normal, tetapi rumah tangga mereka langgeng sampai kakek-nenek. "Kalau bahagia ini soal lain lagi," ujarnya.

Satu hal pasti sebut dia, kawin tangkap di Sumba tidak pernah terjadi pada orang asing yang tidak dikenal.

Kawin paksa, hanya terjadi dalam satu suku atau antar-suku dengan catatan sudah saling kenal, atau salah satu pihak biasanya pria sudah lama mengincar wanita.

"Jangan khawatir untuk orang luar Sumba yang ingin berkunjung ke Sumba. Pasti aman. Tak pernah terjadi orang dari luar Sumba diculik atau kawin paksa. Oleh karena itu orang yang datang dari luar Sumba sebagai pengunjung jangan khawatir ajak pacar, istri atau putrinya berlibur di Sumba," ajaknya.

Bagaimana sikap gereja?

Halaman
123