Namun, ada tradisi di beberapa daerah di mana perayaan malam Nisfu Syaban dijadikan momentum mengenang leluhur.
Lalu, dari mana asal usul malam Nisfu Syaban itu diperingati?
Dilansir dari kitabnya Al-Mawahib Al-Laduniyah, peringatan malam Nisfu Syaban berasal dari segolongan ulama Tabi’in dari Syam.
Dalam kitab tersebut Al-Imam Al-Qasthalani mengatakan golongan Tabi’in dari daerah Syam bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam Nisfu Syaban.
Ia menyebut dari merekalah kemudian orang-orang ikut mengagungkan malam Nisfu Syaban.
Namun, saat peringatan itu sudah tersebar, sebagian ulama ada yang menerima ada juga yang menentang.
Adapun ulama dan Tabi’in yang menentang mayoritas dari ulama Hijaz atau kalangan fuqaha Madinah.
Menurut ulama Hijaz menukil pendapat bahwa perayaan malam Nisfu Syaban seluruhnya bidah.
Sementara itu ulama Syam berpendapat perayaan malam Nisfu Syaban bermaksud pada tujuan memperbanyak ibadah.
Sebagian ulama sepakat menghidupkan malam Nisfu Syaban berkumpul di masjid-masjid beribadah berjemaah.
Ada juga sebagian ulama memakruhkan berkumpil di masjdi tersebut, namun tidak dimakruhkan jika melaksanakanibadah sendiri di rumah di malam Nisfu Syaban tersebut.
Dilansir dari dalamislam.com, keberadaan malam Nisfu Syaban sebenarnya terjadi pro kontra di kalangan ulama.
Tidak semua ulama sepakat adanya malam Nisfu Syaban tersebut.
Karenanya para ulama merujuk pada dalil-dalil hadis berkenaan malam Nisfu Syaban tersebut.
Sebagaimana diketahui selama ini malam Nisfu Syaban merujuk pada sebuah hadis dhaif dan hasan.