Peneliti menyimpulkan bahwa amputasi itu dilakukan ketika pemilik kerangka masih anak-anak. Ia kemudian bertahan hidup hingga enam sampai sembilan tahun setelah amputasi, sebelum akhirnya meninggal dunia saat remaja.
Kecanggihan ilmu medis prasejarah
Para peneliti mengatakan, bukti ini menunjukkan bahwa manusia prasejarah memiliki pengetahuan medis yang memadai untuk melakukan operasi tanpa efek samping fatal.
Masih belum jelas alat apa yang digunakan untuk meng amputasi anggota badan, atau bagaimana infeksi pascaoperasi dicegah.
Namun para peneliti berspekulasi bahwa alat dari batu tajam digunakan untuk amputasi dan beberapa tumbuhan di daerah itu memiliki sifat pengobatan.
Komunitas atau suku anak itu juga harus merawatnya selama bertahun-tahun sesudahnya, karena bertahan di medan yang berat sebagai orang yang di amputasi tidak akan mudah.
"[Operasi prasejarah ini] menulis ulang sejarah pengetahuan dan perkembangan medis manusia," kata Maloney.
Manusia saling menjaga sejak lama
Sebelum penemuan ini, contoh amputasi paling awal ditemukan pada seorang petani Perancis dari 7.000 tahun yang lalu, yang sebagian lengannya telah dipotong.
Para ilmuwan menduga bahwa praktik medis berkembang sekitar 10.000 tahun yang lalu, ketika manusia mulai beralih dan menerapkan corak hidup pertanian.
Menurut Alecia Schrenk, antropolog University of Nevada, Las Vegas yang tidak terlibat dalam penelitian ini, penemuan terbaru ini menambah bukti bahwa manusia telah saling menjaga kesehatan satu sama lain jauh lebih awal dalam sejarah.
"Sudah lama diasumsikan perawatan kesehatan adalah penemuan baru. Penelitian seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat prasejarah saling menjaga satu sama lain," kata Schrenk.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kerangka Manusia dari Kalimantan Menjadi Bukti Amputasi Tertua". (*)
Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul Penemuan Kerangka di Gua Kalimantan Jadi Bukti Amputasi Tertua di Dunia, Dilakukan 31.000 Tahun Lalu