Dedi Mulyadi
Penilaian Lomba Pembangunan Desa dan Kelurahan se-Jawa Barat 2025, Dedi Mulyadi Beri Hadiah Rp7,5 M!
Berikut ini aspek penilaian Lomba Pembangunan Desa dan Kelurahan se-Jawa Barat 2025 yang digelar Dedi Mulyadi dengan hadiah utama Rp7,5 miliar.
Editor: Amir M
TRIBUNTRENDS.COM - Lomba Pembangunan Desa dan Kelurahan se-Jawa Barat 2025 segera digelar.
Dedi Mulyadi siapkan hadiah utama sebesar Rp7,5 miliar.
Lantas apa saja aspek penilaian Lomba Pembangunan Desa dan Kelurahan se-Jawa Barat 2025?
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengadakan Lomba Pembangunan Desa dan Kelurahan se-Jawa Barat dengan hadiah utama Rp7,5 miliar.
Lomba ini akan diselenggarakan secara serentak mulai 1 Agustus sampai dengan 25 Desember 2025 di seluruh desa dan kelurahan di wilayah Jawa Barat.
"Buat seluruh warga Jabar, siap-siap ya.
Provinsi Jawa Barat dan seluruh kabupaten-kota menyelenggarakan Lomba Pembangunan Desa dan Kelurahan," kata Dedi dalam akun Instagram miliknya, @dedimulyadi71, Senin (28/7/2025).
Aspek Penilaian
Dedi Mulyadi pun membeberkan beberapa aspek yang menjadi penilaian sebagai Desa dan Kelurahan Terbaik.
Berikut adalah aspek penilaian Lomba Pembangunan Desa dan Kelurahan yang dibeberkan Dedi Mulyadi:
1. Kebersihan
2. Pengelolaan keuangan
3. Pengembangan pendidikan
4. Keberhasilan program keluarga berencana
5. Pertumbuhan ekonomi
6. Semangat toleransi
7. Program pembangunan lainnya untuk meningkatkan motivasi
Hadiah
Adapun, piala yang akan diperebutkan nantinya bernama "Anugrah Gapura Sri Baduga".
Bukan hanya piala, para pemenang dari Lomba Pembangunan Desa dan Kelurahan ini akan mendapatkan stimulus pembangunan tahun 2026 bernilai miliaran rupiah.
Berikut adalah hadiah yang dibeberkan oleh Dedi Mulyadi:
• Juara tingkat kecamatan: Rp200 juta
• Juara tingkat kabupaten/kota: Rp1 miliar
• Juara tingkat provinsi: Rp7,5 miliar (juara 1), Rp5 miliar (juara 2), Rp2,5 miliar (juara 3).
Mantan anggota DPR RI itu pun mengajak para kepala daerah beserta warganya untuk bersiap-siap mengikuti lomba ini dengan sungguh-sungguh.
"Ayo seluruh kepala desa, kepala kelurahan, RT, RW, semuanya dan seluruh warganya, persiapkan desa dan kelurahan Anda," serunya.
Lebih lanjut, Dedi Mulyadi menerangkan bahwa pihaknya tidak akan hanya mengumumkan desa atau kelurahan terbaik, tetapi yang terburuk.
Hal ini dimaksudkan sebagai evaluasi agar semua pihak terus meningkatkan kualitas tata kelola wilayahnya.
"Mari semangat menata kampung dan halaman kita.
Lemur diurus, kota ditata.
Jawa Barat istimewa," tutup Dedi Mulyadi.
Baca juga: Kisah Dewi Jubaedah, Korban Tewas dalam Pesta Rakyat Anak Dedi Mulyadi, Berebut Makan Karena Miskin

Profil Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat usai memenangkan kontestasi Pilgub Jabar dengan raihan suara 62,22 persen atau 14.130.192 suara.
Pria yang akan dilantik sebagai Gubernur Jabar 2025-2030 pada 20 Februari 2025 ini memiliki perjalanan panjang di dunia politik.
Mulai dari anggota DPRD Purwakarta, Wakil Bupati Purwakarta, Bupati Purwakarta dua periode, hingga anggota DPR RI. Berikut profil Dedi Mulyadi:
Masa Kecil Dedi Mulyadi
Lahir dari keluarga sederhana di Subang pada 11 April 1971, Dedi kecil pernah bersusah payah hanya untuk bisa makan.
Ayah Dedi, Ahmad Suryana, adalah purnawirawan tentara dengan pangkat terakhir prajurit kader. Sang ayah hanya bisa berkarya di kemiliteran sampai usia 28 tahun karena sakit, diduga diracun mata-mata Belanda.
Suryana kemudian bekerja di perkebunan, itu pun tak lama karena ia tak ingin bersekongkol menjual pupuk secara ilegal.
Sejak saat itu, ibu Dedi, Karsiti, yang mengambil alih tanggung jawab mencari nafkah. Dari mulai jadi kuli tandur sampai nyangkul.
Dedi kecil terbiasa makan sederhana. Ikan asin adalah menu istimewa yang hanya bisa dinikmati pada tanggal 1-5 kalender muda. Selebihnya ia akan kembali makan dengan garam.
“Garam dikasih bawang, terus disimpan di toples. Makanan ini yang dibagikan pada sembilan anak. Terkadang malam hari saya diajak cari belalang untuk teman nasi,” tuturnya kepada Kompas.com.
Jualan Es Mambo dan Kuli Angkut
Karena itulah untuk jajan, Dedi kecil harus bekerja keras. Misal, jika ingin es mambo, maka ia akan jualan es mambo terlebih dulu sebanyak satu termos es.
“Dulu ke Mang Rozak, biar dapat 5 es harus jualan 50 es mambo dulu. Jualannya laku. Terus saya berpikir sayang kalau sisa 5 es saya makan. Akhirnya saya jual juga. Jadi saya tetap tidak makan es,” ucap Dedi sambil tertawa.
Begitu pun saat ia ingin bermain layang-layang, ia akan jualan layang-layang. Namun uang hasil jualan ia serahkan kepada Ibunya.
Di luar jualan tersebut, Dedi mendapatkan uang dari penjualan kayu bakar yang dia kumpulkan sepulang sekolah. Bahkan ia pun menjadi kuli pikul batu bata demi bisa mendapatkan baju baru untuk lebaran.
“Satu batu bata dibayar 1 perak. Saya kuat angkut 10 biji. Ngangkutnya sekitar 5 kilometer dari hutan. Uangnya ini buat beli baju,” kenang dia.
Merengek Minta Domba
Sepanjang Ingatan Dedi, jarang dia merengek. Rengekan yang ia ingat adalah saat dirinya ingin mendapatkan dua ekor domba untuk digembala.
Mendengar rengekan Dedi, sang ibu menjual cincin seharga Rp 7.500 untuk dapat dua ekor domba, jantan dan betina.
Setiap hari, Dedi dibantu kakak nomor duanya, Kang Ade, menggembala domba. Sang ibu membantu menyabit rumput. Dari 2 ekor, dombanya menjadi 40 ekor.
Domba-domba inilah yang membantu uang sekolah Dedi dan kebutuhan hidup keluarganya. Bahkan, bila ada saudara yang akan syukuran menikah atau keperluan lain, hasil dari domba Dedi yang jadi asal bantuan.
Memasuki usia SMA, Dedi bekerja sambilan sebagai tukang ojek di kampungnya. Dari situ dia bisa mengumpulkan Rp 2.000 per hari sebagai tambahan uang biaya sekolah.
Gagal Masuk Militer
Selepas SMA, Dedi sempat menjajal kemampuan diri untuk mengikuti jejak sang ayah menjadi tentara. Terlebih lagi dia punya sosok idola M Jusuf. Untuk itu, dia mendaftar ke AKABRI dan Secapa. Sayangnya, kedua upaya itu kandas.
Berat badannya yang hanya 48 kilogram tak cukup, dari persyaratan minimal 55 kilogram.
Dedi lalu menjajal masuk Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Ia lulus, namun tidak diambilnya karena tak ada biaya.
Gagal melanjutkan sekolah, Dedi memutuskan ikut sang kakak ke Purwakarta dengan membawa lima helai pakaian.
Di Purwakarta, Dedi dan kakaknya tinggal di rumah kontrakan yang kondisinya nyaris roboh. Di situ juga hanya ada satu kasur, sehingga Dedi tidur di lantai tanpa alas.
Saat susah tidur karena kondisi tersebut, Dedi memilih menegakkan salat malam.
“Kakak saya penjaga genset, penghasilannya Rp 100.000 per bulan sisa potongan bank. Karenanya kalau belanja sekaligus. Ikan asin, lalu gudeg pake tulang ikan asin kuat untuk dua minggu,” tuturnya.
Tak berapa lama, Dedi nekat melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Purwakarta.
Untuk biaya kuliah, ia berjualan gorengan atau bisnis apa pun yang penting halal.
“Hasil dari jualan gorengan, beras, dan lainnya, saya gunakan untuk biaya kuliah dan berorganisasi. Saya pun tinggal di sekretariat,” imbuhnya.
Untuk mengirit, ia biasanya kerap jalan kaki dengan teman-temannya yang karyawan sepulang kuliah di malam hari.
Karir Politik
Di kampus, sekitar tahun 1994, Dedi Mulyadi menjadi Ketua HMI Cabang Purwakarta. Dia juga aktif di organisasi buruh seperti Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) pada 1997 dan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) pada 1998.
Setahun sebelum lulus pada 1998, Dedi menikah dengan Sri Muliawati. Dari pernikahannya ia dikaruniai anak bernama Maulana Akbar Ahmad Habibie.
Kekritisisan Dedi mengantarkannya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Purwakarta periode 1999-2004 melalui Partai Golkar.
Masa kerja itu tak selesai, karena Dedi dipinang mendampingi Lily Hambali pada Pilkada 2003 sebagai Wakil Bupati Purwakarta 2003-2008.
Di tahun yang sama, Dedi menikah dengan Anne Ratna Mustika. Dari pernikahannya yang berakhir dengan perceraian ini, Dedi dikaruniai 2 orang anak.
Pada Pilbup 2008, Dedi mencalonkan diri menjadi Bupati Purwakarta dan menang, berpasangan dengan Dudung B Supardi.
Dedi kemudian kembali menjadi Bupati Purwakarta periode 2013-2018.
Di Golkar, Dedi Mulyadi terpilih aklamasi menjadi Ketua DPD Golkar Jawa Barat. Setelah itu ia mencalonkan diri sebagai Wagub Jabar mendampingi Deddy Mizwar di Pilgub Jabar 2018, namun gagal.
Ayah dari tiga anak ini kemudian menjadi anggota DPR RI sebelum akhirnya kembali maju di Pilgub Jabar 2024 dari Partai Gerindra dan menang.
(TRIBUNJABAR.ID/ Rheina Sukmawati)
Artikel ini telah tayang di TRIBUNJABAR.ID
Sumber: Tribun Jabar
SOSOK Kades Berbadan Besar Berani-beraninya Injak Kepala Gubernur Dedi Mulyadi: Gak Sopan Kamu ya! |
![]() |
---|
20 Tahun Tak Pernah Sakit dan Tak Pernah Minum Obat, Dedi Mulyadi Beberkan Rahasia: Punya 4 Dokter! |
![]() |
---|
Penilaian Lomba Pembangunan Desa dan Kelurahan se-Jawa Barat 2025, Dedi Mulyadi Beri Hadiah Rp7,5 M! |
![]() |
---|
Kisah Dewi Jubaedah, Korban Tewas dalam Pesta Rakyat Anak Dedi Mulyadi, Berebut Makan Karena Miskin |
![]() |
---|
Maula Akbar Nikahi Putri Karlina Hari Ini Pakai Aset Negara, Dedi Mulyadi Tegur: Jangan Gratisan! |
![]() |
---|