Breaking News:

Kunci Jawaban

Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 5 SD, Siswa Kurang Fokus pada Materi IPAS, untuk Guru UKPPPG

Berikut contoh 5 studi kasus PPG 2025 untuk kelas 5 SD sebanyak 500 kata sebagai referensi, dirangkum dari berbagai sumber

Ilustrated by AI
Contoh 5 studi kasus PPG 2025 untuk kelas 5 SD sebanyak 500 kata sebagai referensi, dirangkum dari berbagai sumber 

Dalam melakukan percobaan tentang sifat cahaya secara sederhana, setiap anggota kelompok dapat bekerjasama dengan melakukan tugas sesuai kesepakatan, saling berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas dan saling menghargai teman. Hasil belajar siswa juga meningkat.

  • Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?

Pengalaman berharga yang bisa saya petik adalah ternyata sebagai guru juga harus terus meng-upgrade pengetahuan tentang proses pembelajaran. Model pembelajaran bukan hanya PjBL atau PBL. Kita bisa menerapkan Model Experiental Learning khususnya untuk mata pelajaran IPAS

Melalui model pembelajaran ini, membuat pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan peserta didik pada mata pelajaran IPAS meningkat dengan baik. Selama proses pembelajaran dimulai, peserta didik menjadi lebih efektif, aktif, kreatif dan bertanggung jawab dalam pembelajaran.

2. Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 5 SD: Mengatasi Kurangnya Keterampilan Kolaborasi dalam Kerja Kelompok

  • Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?

Di kelas 5, saya sering memberikan tugas kelompok untuk melatih kerja sama. Namun, saya menemukan masalah klasik: ada siswa yang terlalu dominan, ada yang pasif dan tidak berkontribusi, dan ada yang suka berdebat sehingga tugas tidak selesai tepat waktu. Kondisi ini membuat beberapa siswa enggan kerja kelompok dan menyebabkan hasil proyek tidak maksimal.

  • Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?
  1. Pembagian Peran Jelas: Saya tidak lagi membiarkan siswa memilih peran sendiri. Sebelum tugas dimulai, saya membagi peran dalam kelompok secara jelas (misalnya: Ketua, Notulen, Juru Bicara, Pencari Data, Desainer). Setiap peran memiliki deskripsi tugas spesifik. Ini mengurangi dominasi dan memastikan semua berkontribusi.
  2. Penerapan Rubrik Penilaian Kelompok dan Individu: Saya membuat rubrik penilaian yang tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga proses kolaborasi. Ada poin untuk kontribusi individu, kerja sama, dan komunikasi efektif. Ini mendorong siswa yang pasif untuk aktif dan meredam dominasi.
  3. Sesi "Diskusi Emas": Di awal pertemuan kelompok, saya melatih siswa untuk mendengarkan, menghargai pendapat, dan berbicara secara bergantian. Saya mengajarkan frasa seperti "Bagaimana pendapatmu, Budi?" atau "Saya setuju dengan ide Ani." Ini membangun keterampilan sosial dan empati.
  4. Fasilitasi Aktif: Selama kerja kelompok, saya berkeliling untuk mengamati dinamika, bukan hanya memberikan jawaban. Saya mengajukan pertanyaan pemicu, seperti "Apa peranmu di sini?" atau "Bagaimana kalian mengatasi perbedaan pendapat ini?", yang berfungsi sebagai Tut Wuri Handayani dari belakang.
  5. Refleksi Kelompok: Setelah tugas selesai, setiap kelompok wajib melakukan refleksi singkat tentang proses kerja sama mereka: apa yang berjalan baik dan apa yang perlu diperbaiki.
  • Apa hasil dari Upaya Anda tersebut?

Keterampilan kolaborasi siswa meningkat pesat. Mereka menjadi lebih teratur dalam kerja kelompok dan mulai menghargai peran masing-masing. Proyek kelompok menjadi lebih inklusif dan berkualitas. Siswa yang awalnya pasif mulai berani bersuara karena perannya jelas, dan yang dominan belajar untuk mendengarkan.

  • Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?

Kolaborasi bukanlah keterampilan yang datang secara alami; ia harus diajarkan dan dilatih secara terstruktur. Guru harus menjadi fasilitator aktif yang mengelola dinamika kelompok, bukan sekadar pengawas. Penilaian proses sama pentingnya dengan penilaian hasil untuk menanamkan nilai-nilai kerja sama.

3. Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 5 SD: Mengatasi Ketidakdisiplinan dalam Mengikuti Instruksi

  • Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?

Beberapa siswa sering tidak menyelesaikan pekerjaan rumah (PR), datang terlambat, atau tidak membawa buku pelajaran. Mereka cenderung menganggapnya sepele, menunjukkan kurangnya tanggung jawab.

  • Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?

Saya Menerapkan UbD dan TaRL dalam penanaman disiplin.

  1. Tujuan Jelas (UbD): Saya menetapkan tujuan: "Siswa bertanggung jawab atas tugas dan kewajiban mereka."
  2. Konsekuensi Logis: Saya menerapkan sistem konsekuensi yang logis, bukan hukuman. Jika PR tidak dikerjakan, mereka menyelesaikannya saat istirahat.
  3. Sistem "Tanggung Jawab" (TaRL): Saya memberikan tanggung jawab kecil yang bisa mereka penuhi sesuai kemampuan, seperti menjadi "pemimpin barisan" atau "pengingat tugas".
  4. Apresiasi Konsisten: Saya memberikan pujian dan apresiasi yang sangat besar kepada siswa yang menunjukkan ketekunan dan tanggung jawab.
  • Apa hasil dari Upaya Anda tersebut?

Tingkat penyelesaian PR dan kedisiplinan meningkat pesat. Siswa menjadi lebih sadar akan tanggung jawab mereka sendiri. Konsekuensi logis lebih efektif daripada hukuman. Mereka mulai menunjukkan inisiatif dan tanggung jawab tanpa perlu terus diingatkan.

  • Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?

Disiplin dan tanggung jawab harus diajarkan dan dilatih. Konsekuensi yang logis dan konsisten lebih efektif. Memberikan tanggung jawab adalah cara terbaik untuk menumbuhkan rasa kepemilikan dan menumbuhkan kesadaran diri pada siswa.

4. Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 5 SD: Siswa Kesulitan Memahami Materi Perubahan Wujud Benda (IPAS)

  • Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?

Saat mengajarkan materi “Perubahan Wujud Benda”, sebagian besar siswa tampak kebingungan membedakan antara mencair, membeku, dan menyublim. Hasil asesmen formatif menunjukkan hanya 40 persen siswa yang mencapai KKM. Banyak siswa tidak bisa menjelaskan konsep tersebut secara ilmiah, hanya menghafal tanpa pemahaman.

  • Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?

Saya menerapkan prinsip Understanding by Design (UbD). Pertama, saya menetapkan tujuan akhir pembelajaran: siswa mampu menjelaskan perubahan wujud benda melalui pengamatan.

Lalu, saya merancang kegiatan berbasis eksperimen sederhana, seperti melelehkan es batu, mendidihkan air, dan mengamati kapur barus. Aktivitas ini dilakukan berkelompok untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan berpikir kritis.

Saya juga memberikan lembar kerja yang membimbing siswa menghubungkan konsep dengan fenomena nyata.

  • Apa hasil dari Upaya Anda tersebut?

Siswa menjadi lebih memahami konsep perubahan wujud. Setelah evaluasi ulang, 85 persen siswa mencapai KKM. Mereka juga lebih aktif berdiskusi dan mampu memberikan penjelasan ilmiah yang sederhana namun tepat.

  • Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?
Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Tags:
kunci jawabanUKPPPGPPG 2025IPAS
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved