Apa Arti Wut Wut Wut Viral di TikTok? Seliweran FYP Kini Jadi Tren, Ketahui Asal-usulnya!

TRIBUNTRENDS.COM - Para pengguna media sosial TikTok mungkin sudah tak asing lagi dengan tren Wut Wut Wut.

Pasalnya, belakangan ini tren Wut Wut Wut sering seliweran di FYP TikTok.

Tren yang sedang jadi perbincangan hangat ini dikenal dengan sebutan "Wut Wut Wut" — istilah unik yang muncul dari fenomena video berkecepatan tinggi, atau dikenal juga dengan efek velocity.

Tren ini menggabungkan remix musik yang enerjik dengan teknik pengeditan video cepat, menciptakan hasil visual yang menarik dan penuh semangat.

Banyak kreator konten memanfaatkannya untuk membuat video joget yang seru dan menghibur, lengkap dengan efek zoom dramatis yang berpadu dengan beat audio yang intens.

Baca juga: Apa Arti Princess Syndrome Viral di TikTok? Istilah Populer di Kalangan Gen Z, Ketahui Maknanya!

Yang menjadi ciri khas utama adalah pengulangan suara "wut wut wut", yang terinspirasi dari gaya audio Jedag Jedug (JJ).

Tak hanya berisi tarian, tren ini juga kerap menampilkan tangkapan layar percakapan pribadi, seperti pesan singkat atau direct message, yang dikemas dengan sentuhan humor.

Umumnya, isi percakapan itu lucu, menyindir, atau bahkan membawa sentimen emosional, terutama jika melibatkan mantan pacar atau teman lama.

Reaksi yang ditampilkan biasanya menggambarkan keterkejutan atau kebingungan, sesuai dengan tema utama dari tren ini.

Asal-usul tren "Wut Wut Wut" tak lepas dari popularitas remix lagu “Kutimang Adikku Sayang”, yang dulu sempat viral pada 2019.

Lagu ciptaan Ipank ini kini hadir kembali dalam balutan remix DJ dengan sentuhan audio khas yang membuatnya relevan di kalangan pengguna TikTok.

Versi remix-nya lebih modern dan selaras dengan gaya konten visual cepat yang saat ini mendominasi platform.

Namun di balik popularitasnya, tren ini menuai kritik karena dianggap melanggar privasi.

Banyak warganet menyayangkan tren yang menampilkan isi percakapan pribadi tanpa sensor nama atau foto, hingga muncul istilah "nol privasi" untuk menyindir fenomena ini.

Walau dianggap menghibur oleh sebagian pengguna, tidak sedikit yang menilai bahwa tren seperti ini berpotensi menimbulkan konflik antar individu dan bahkan melanggar hukum privasi digital, termasuk UU ITE di Indonesia.