Berita Viral
Pemicu Banjir Jabodetabek 2025, Bekasi Lumpuh: Bukan Tanggul Jebol, Puncak Bogor Diduga Biang Kerok
Pemicu banjir parah di Jabodetabek Maret 2025 hingga membuat Bekasi Lumpuh, Wamen PU sebut bukan karena tanggul jebol.
Editor: Dika Pradana
"Dan saya juga sudah bicara sama Pak Ara (Menteri PKP), mungkin nanti kita bisa bantu juga untuk rumah-rumah (bantaran kali) direlokasi, itu salah satu yang mungkin bisa dilakukan," ujar Diana.
Diana juga menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto turut merasakan kesedihan atas bencana banjir yang terjadi.

"Tadi Presiden hanya menyampaikan bahwa dia merasa sedih, masih banyak yang terkena banjir," tambah Diana.
Sebagai bentuk empati, Presiden Prabowo mengingatkan akan pentingnya penanganan yang cepat dan tepat untuk mengatasi bencana yang melanda wilayah Jabodetabek tersebut.
Dengan upaya pemerintah yang terus bekerja untuk menanggulangi banjir dan melakukan normalisasi serta relokasi, diharapkan dampak bencana ini bisa segera diminimalkan dan masyarakat bisa mendapatkan perlindungan yang lebih baik di masa depan.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi juga memberikan sorotan tajam terhadap banjir besar di Kabupaten Bogor, khususnya di daerah Puncak, yang baru-baru ini terdampak dengan banjir setinggi empat meter.
Dedi menilai bahwa perubahan penggunaan lahan yang terjadi di kawasan tersebut, terutama alih fungsi lahan dari perkebunan teh menjadi area lain, menjadi salah satu pemicu utama terjadinya bencana ini.
Menurut Dedi, banjir yang melanda wilayah Jabodetabek kali ini sangat tidak wajar, terutama di Puncak, yang kini telah banyak mengalami alih fungsi lahan.
Kawasan Puncak, yang dulunya dikenal sebagai daerah resapan air alami, kini banyak berubah menjadi area pemukiman atau lahan lain yang mengurangi kapasitas penyerapan air tanah.
“Banjir yang terjadi kali ini sangat tidak wajar. Terutama di daerah Puncak, yang kini banyak mengalami alih fungsi lahan,” ujar Dedi, mengomentari kejadian bencana alam ini.
Dedi menegaskan bahwa lebih dari 1.000 hektar lahan perkebunan teh yang dulu menjadi bagian dari ekosistem alami di Puncak telah dialihfungsikan.
Pengurangan lahan yang sebelumnya berfungsi sebagai penyangga alam ini berpotensi mengurangi kemampuan kawasan tersebut dalam menyerap air hujan.
Hal ini, pada akhirnya, menyebabkan terjadinya banjir besar seperti yang baru saja terjadi.

Sungai Jayanti di Cisarua, Puncak, yang meluap beberapa hari lalu, menjadi salah satu contoh bagaimana perubahan lingkungan akibat alih fungsi lahan dapat berujung pada bencana alam.
Dedi menganggap bahwa peran PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dalam mengelola kawasan Puncak perlu dipertanyakan.
Sumber: Kompas.com
Sedihnya Bocah Penjual Cilok: Ditipu Ibu-Ibu, Pulang dengan Tangis, Diselamatkan Uluran Tangan Warga |
![]() |
---|
Kisah Pilu Penjual Cilok Cilik: Dikhianati Penipu Ibu-ibu, Ditolong Warga Penuh Kasih |
![]() |
---|
Ubah Foto Biasa Jadi Keren Ala Studio dengan Pencahayaan Sempurna, Pakai 6 Prompt Gemini AI Ini |
![]() |
---|
Keracunan Massal 369 Siswa di Bandung Barat Masuk Status Kejadian Luar Biasa, Dapur MBG di Tutup |
![]() |
---|
Jual Tanah Kas Desa Rp1,4 Miliar, Lurah Tegaltirto Sleman Ditangkap, Kini Ajukan Praperadilan |
![]() |
---|