Tenun Lurik Pedan, Oleh-oleh dari Klaten Punya Daya Seni Tinggi, Punya Keunikan & Nilai Spiritual
Tenun Lurik pedan, oleh-oleh Klaten warisan budaya bangsa, punya keunikan, nilai seni dan spiritual tinggi.
Editor: ninda iswara
Proses pembuatan tenun lurik Pedan dimulai dari pemilihan bahan baku berupa kain katun yang banyak diperoleh dari berbagai daerah di Indonesia.
Proses panjang dimulai dari pewarnaan hingga pemintalan benang, yang memakan waktu sekitar satu minggu.
Setelah itu, benang-benang tersebut dipindahkan ke alat tenun bukan mesin (ATBM) untuk proses menenun yang memerlukan ketelitian tinggi.
Meskipun memakan waktu yang cukup lama, hasil tenun lurik Pedan tetap memiliki kualitas yang tak diragukan, bahkan hingga ke pasar internasional.
Tenun lurik Pedan memiliki keunikan yang membedakannya dari lurik jenis lain, salah satunya pada pola Soko Guru, bagian dasar dari tenun lurik Pedan.
Dengan motif yang lebih beragam dan teknik pewarnaan yang khusus, tenun lurik Pedan memiliki ketahanan warna yang lebih baik, meskipun sudah digunakan lama.
Di masa lalu, tenun lurik memiliki nilai spiritual, namun kini lebih dikenal sebagai bagian dari fashion yang modern.
"Dulu, di zaman bapak, tenun lurik punya peran yang sangat sakral, terutama dalam upacara mitoni. Kain lurik digunakan sebagai bagian penting dalam acara-acara besar, memberi kesan khusus dan bermakna," ungkap Yoga.
Baca juga: 5 Wisata di Klaten Dekat Candramaya Pool and Resort, Bisa Main Flying Board, HTM Mulai Rp 5 Ribu

Inovasi dalam Desain dan Pengembangan Usaha
Seiring berjalannya waktu, Yoga tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga berinovasi dengan menghadirkan motif-motif yang lebih modern.
Salah satunya adalah pengembangan produk tenun lurik untuk kebutuhan home decor pada tahun 80-an hingga 90-an, dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti akar wangi.
Kini, dengan kemajuan teknologi dan tuntutan pasar, Yoga semakin menyadari pentingnya memperbarui desain agar tetap relevan dan diminati.
Namun, meskipun usaha ini berkembang, tantangan terbesar yang dihadapi Yoga adalah kurangnya minat generasi muda untuk meneruskan keterampilan menenun lurik, yang memerlukan ketekunan dan kesabaran.
"Penenun yang ada saat ini sebagian besar sudah berusia lanjut, sementara generasi muda yang terlibat masih sangat sedikit, sehingga belum maksimal. Padahal, dari segi bisnis, tenun lurik ini sangat menjanjikan karena belum banyak pesaing yang masuk ke bidang ini," tegas Yoga.
Yoga terus berusaha mengenalkan tenun lurik Pedan kepada anak muda agar mereka tertarik dan ingin mempelajari serta mengembangkan kerajinan ini.
Sosok Cantik Istri Menkeu Purbaya, Model Majalah Era 89, Gayanya Sederhana Tak Seperti Sosialita |
![]() |
---|
Sosok Sanly Liu, Pemenang Miss Universe Indonesia 2025, Pebisnis Real Estate dan Konten Kreator |
![]() |
---|
Aktor Tom Holland Pemeran Spiderman Mengalami Gegar Otak saat Syuting, Produksi Spiderman 4 Terhenti |
![]() |
---|
Bupati Hamenang: Bersih Sendang Sinongko Jadi Identitas dan Warisan Budaya Klaten |
![]() |
---|
Bupati Hamenang: Lansia Sehat dan Bahagia Jadi Kekuatan Klaten |
![]() |
---|