Breaking News:

Cerita Soeharto Merasa Khawatir saat Dielu-elukan Bocah SD, Ucapannya Terbukti Setelah Lengser

Soeharto merasa khawatir kala dielu-elukan bocah SD, ucapan terbukti setelah kekuasaannya tumbang.

Kolase Tribunnews
Soeharto merasa khawatir kala dielu-elukan bocah SD, ucapan terbukti setelah kekuasaannya tumbang. 

TRIBUNTRENDS.COM -  Presiden RI ke-2 Soeharto dikenal sebagai sosok pemimpin yang tegas.

Di balik ketegasannya itu, Soeharto ternyata pernah merasa khawatir dan takut.

Kekhawatiran itu muncul ketika Soeharto dielu-elukan oleh bocah SD.

Seperti diketahui, Soeharto memiliki sebuah kebiasaan semasa menjadi Presiden Republik Indonesia ke-2.

Kebiasaan Soeharto itu adalah langsung turun ke bawah.

Baca juga: Tingkah Soeharto Buat Ibu Tien Cemburu Berat, Diam-diam Temui Ratna Sari Dewi, Apa yang Dibahas?

Soeharto saat temu wicara pada Hari Anak Nasional di Istana Negara pada 1994 silam.
Ilustrasi Soeharto bersama anak-anak SD. (YouTube)

Hal itu bertujuan untuk memastikan apakah pembangunan berjalan sebagaimana mestinya.

Terkait kegiatan Soeharto yang turun ke masyarakat, sebuah pengakuan disampaikan oleh Kunarto, yang pernah menjadi Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) saat itu.

Kunarto menceritakan kisah itu dalam buku "Pak Harto The Untold Stories".

Suatu ketika, Soeharto hendak meresmikan pompa air tanah di Caruban, Madiun, Jawa Timur.

Saat itu, di sepanjang perjalanan dia ditemani oleh Wahono yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur.

Menjelang di Caruban, konvoi berjalan lambat.

Ternyata di tepi jalan, ada ribuan bocah SD yang melambaikan sejumlah bendera merah putih berukuran kecil.

Soeharto kemudian menurunkan kaca jendela mobil yang ditumpanginya.

Soeharto lalu tersenyum, dan melambaikan tangannya.

Namun, tiba-tiba saja sebuah pertanyaan meluncur dari mulut Soeharto.

"Pak Gub, orang mengira saya senang dielu-elukan dan disoraki anak-anak ini, padahal hati saya tidak begitu. Kenapa, coba?" tanya Soeharto seperti yang ditirukan oleh Kunarto.

Ditanya seperti itu, Wahono rupanya hanya terdiam, dan tidak mengeluarkan jawaban sama sekali.

Beberapa saat kemudian, Soeharto melanjutkan perbincangannya.

Soeharto justru merasa takut, dan khawatir terhadap hal itu.

"Yang ada di pikiran saya, sepuluh tahun lagi mereka akan memasuki pusaran kerja. Jika mereka sulit mendapat kerja, mereka akan mengecam saya.

Memang sekarang kelihatannya lucu-lucu, tetapi sepuluh tahun lagi tuntutannya banyak sekali," lanjut Soeharto kala itu.

Pembicaraan itu sempat terhenti saat mereka tiba di tempat acara.

Selain itu, mereka juga sempat bertemu dengan para peserta Kelompencapir.

Pembahasan masalah itu kembali terjadi begitu acara selesai.

Wahono yang berusaha menenangkan Soeharto, menanggapi masalah bocah SD tersebut.

"Yang nanti, dipikir nanti sajalah Pak," ucap Wahono.

Mendapatkan jawaban seperti itu, Soeharto malah menyanggahnya.

"Lho ya ndak (tidak) bisa begitu toh, Pak Gub. Kita tidak boleh meninggalkan bom waktu pada pengganti kita. Itu sama saja berbuat tanpa mau bertanggung jawab.

Yang benar itu ya sekarang ini direncanakan dan dikendalikan. Stop produksi anak, misalnya. Galakkan transmigrasi dan seterusnya. Jadi sejak kecil anak-anak sudah siap menghadapi kenyataan," sanggah Soeharto.

Soeharto kemudian masih melanjutkan pembicaraan itu.

"Buat saya, banyak penduduk itu tidak apa, asal mereka penduduk produktif dan tidak membebani negara. Penduduk banyak itu sebenarnya kekuatan, sepanjang mereka mampu bekerja dan membangun. Tetapi kalau cuma bisa makan dan menganggur, mereka akan menjadi beban selamanya," tandas Soeharto.

Baca juga: Gurita Bisnis Bambang Trihatmodjo, Harta Anak Soeharto Tak Habis 7 Turunan, Asetnya Capai Rp 957 M

Apa yang menjadi kekhawatiran Soeharto itu rupanya terbukti di kemudian hari.

Tepatnya, saat kekuasannya tumbang.

Indonesia dilanda krisis ekonomi, dan bermunculan banyak pengangguran.

Tidak hanya itu, masih menurut Kunarto, banyak cercaan yang diterima Soeharto saat gerakan reformasi meletus di tahun 1998.

"Setelah itu berbagai cercaan dilontarkan kepada Pak Harto. Sakit hati betul saya. Hujatan-hujatan itu semuanya mencampakkan begitu saja jasa-jasa Pak Harto selama masa-masa beliau memimpin pembangunan bangsa ini dari berbagai sisi kehidupan rakyat," kata Kunarto.

Tribuntrends/TribunJatim.com 

Tags:
Soeharto
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved