Breaking News:

Pemilu 2024

Kalah Nyaleg, Sumedi Putus Air ke Warga, Tiap Tahun Rela Rugi Rp 24 Juta, Malah Tak Dipilih Warga

Inilah sosok Sumedi, caleg gagal yang tega putuskan aliran air ke warga. Ngaku tiap tahun sudah rela rugi hingga Rp 24 juta.

Editor: Monalisa
TikTok via TribunSumsel
Sosok Sumedi, caleg yang kalah lalu putus aliran air ke warga 

TRIBUNTRENDS.COM - Nama Pak Sumedi mendadak viral hingga jadi trending di media sosial X atau yang dulu dikenal Twitter.

Sosok Sumedi sendiri diketahui sempat maju sebagai caleg DPRD Kota Cilegon dari partai PKS.

Namun usaha Sumedi ternyata gagal.

Baca juga: Daftar Caleg Petahana DPR yang Tergusur dari Senayan di Pileg 2024, Ada Krisdayanti & Arteria Dahlan

Tagar Pak Sumedi trending di X
Tagar Pak Sumedi trending di X (Media Sosial X)

Raihan suara Sumedi tak mampu membuatnya lolos sebagai anggota dewan.

Kecewa lantaran kalah nyaleg, Sumedi diketahui langsung menghentikan penyaluran air ke rumah warga dari sumur bor miliknya.

Dampaknya, warga Cisuru RT 03/06 Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten sulit mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.

Sumedi yang merupakan pemilik sumur air bersih sebelumnya meminta warga untuk memberikan dukungan kepadanya pada Pemilu 2024.

Selama 4 tahun lamanya, Sumedi dikabarkan sudah membuka penyaluran air itu hingga rela mengeluarkan dana pribadi sebesar Rp 24 juta setiap tahun.

Namun, penyetopan air bersih itu dilakukan oleh Sumedi empat hari setelah pelaksanaan Pemilu 2024.

Belakangan diketahui, hal ini lantaran banyak warga yang tidak memilih Sumedi sehingga menyebabkan dirinya gagal terpilih.

Diketahui, total suara yang diperoleh Sumedi Madasik yakni 686 suara.

Di partai PKS, Sumedi menjadi caleg ketiga dengan peroleh suara terbanyak.

Dia kalah dari caleg PKS Jazuli yang meraup 1.473 suara serta Aam Amarulloh dengan 1.401 suara.

Melansir dari Kompas.com, salah satu warga setempat, Buki mengungkapkan banyak warga yang tidak memilih Sumedi sehingga menyebabkan dirinya gagal terpilih.

“Beliau minta supaya dapat 100 suara dari kampung ini,” kata Buki.

Buki mengaku, pada saat penyaluran air bersih yang sudah berlangsung setidaknya selama empat tahun itu tidak ada perjanjian antara Sumedi dan warga dalam dukungan politik.

Baca juga: Daretan Artis Jor-joran Uang Miliaran Demi Jadi Caleg, Ada yang Curhat Gagal, Kini Tak Punya Harta

Selama air bersih mengalir di setiap rumah warga setempat, mereka membayarnya setiap bulan dengan disesuaikan banyaknya volume air yang diambil.

“Sudah empat tahun ngalir, mungkin butuh bayar listriknya atau apa, kita diminta biaya Rp 10.000 per kubik,” ungkap Buki.

Sementara warga lain, Satriah mengakui adanya kesepakatan warga dengan Sumedi dalam Pemilu 2024.

Namun dikarenakan banyak warga yang awam, sehingga banyak warga tidak memilih Sumedi pada pemilu.

“Pengennya orang sini milih ke situ (Sumedi) tapi orang sini enggak milih ke situ, akhirnya kecewa,” ujar Satriah.

Warga hanya bisa pasrah

Warga pun hanya bisa pasrah terhadap penyetopan air bersih yang dilakukan Sumedi. Sebab, sumur bor itu milik pribadi Sumedi, bukan pemerintah.

Kini, warga kampung itu mengalami kesulitan air bersih dan berharap adanya campur tangan pemerintah untuk mengatasi hal itu.

"Itu kan punyanya ya, kalo diminta diputus yah diputus," tutur Satriah.

Akibat pemutusan akses air bersih tersebut, warga mengaku kesulitan dsn berharap pemerintah bisa memberikan perhatian.

Penjelasan Sumedi

Sosok Sumedi, caleg yang kalah lalu putus aliran air ke warga
Sosok Sumedi, caleg yang kalah lalu putus aliran air ke warga (TikTok via TribunSumsel)

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (13/3/2024), Sumedi Madasik mengakui dirinya telah menyetop akses air bersih dari sumurnya ke rumah warga Cisuru.

Namun, Sumedi membantah bahwa penyetopan itu ia lakukan secara sepihak setelah gagal lolos caleg PRD Cilegon dalam Pemilu 2024.

Menurutnya, penyetopan itu dilakukan sementara atas kesepakatan bersama untuk mencari solusi agar bisa menutup beban biaya listrik yang selama ini sudah ditanggungnya.

Pada 18 Februari 2024, dirinya sudah mengundang tokoh masyarakat setempat untuk mencari solusi tersebut.

Ia pun menawarkan biaya pengambilan air dari salurannya dinaikkan dari sebelumnya Rp 10.000 per kubik.

Dia menyebut, warga memang membayar Rp 10.000 per kubik. Namun, Sumedi hanya menerima Rp 5.000. Sementara, sisa uang itu dikelola warga setempat untuk perawatan mesin dan beban listrik.

"Itu sudah berjalan empat tahun lebih. Selisihnya antara Rp 2 juta-Rp 2,5 juta setiap bulan.

Saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," terangnya.

Sumedi berharap, biaya iuran air bisa dinaikkan dengan alasan untuk menutupi biaya kebutuhan listrik pompa air tersebut.

Berharap dipilih

Sumedi mengaku, ia merasa wajar jika warga setempat bisa memberikan suara mereka pada Pemilu 2024 dari hal baik yang dilakukannya.

Dari jumlah 140 warga yang masuk DPT, ia mengaku hanya meminta 100 suara untuk dirinya terpilih sebagai caleg PKS untuk DPRD Cilegon.

"Saya cuma berharap itu cuma 100 suara.

Wajarlah kurang lebih sekitar 70 persen, tapi yang saya dapat cuma 45 persen," kata dia.

Ia menyebut, warga setempat telah bersepakat untuk memberikan hak pilih mereka kepada dirinya saat Pemilu 2024.

Namun pada pelaksanaannya, sejumlah warga diduga menerima uang untuk memilih caleg lainnya.

"Itu akibat serangan fajar," kata Sumedi.

Artikel ini diolah dari TribunSumsel.com

 

Sumber: Tribun Sumsel
Tags:
SumedinyalegCilegonBantenwarga
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved