Breaking News:

Pencarian Resmi Dihentikan, Ditemukan 75 Korban Erupsi Gunung Marapi, 23 Tewas '52 Orang Selamat'

Proses pencarian korban erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat, resmi dihentikan, Rabu (6/12/2023) pukul 20.00 WIB.

TribunPadang.com/Panji Rahmat
Petugas gabungan bersiap-siap untuk pergi mengevakuasi korban erupsi Gunung Marapi yang masih berada di puncak, Selasa (5/12/2023). Hari ini ada operasi kedua setelah gunung itu meletus pada Minggu (3/12/2023) siang. 

TRIBUNTRENDS.COM - Saat ini proses pencarian korban erupsi Gunung Marapi resmi dihentikan.

Tim berhasil menemukan korban dengan total 75 orang.

Namun sebanyak 23 diantaranya meninggal dunia.

Baca juga: Langsung Meledak Kesaksian Irvanda Korban Selamat Erupsi Marapi, Tak Ada Tanda, Tiba-tiba Duar!

Proses pencarian korban erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat, resmi dihentikan, Rabu (6/12/2023) pukul 20.00 WIB.

Pemberhentian proses evakuasi disampaikan Wakapolda Sumbar Brigjen Pol Edi Mardianto usai memimpin rapat koordinasi dengan TNI-Polri, Basarnas, BPDB, relawan, dan masyarakat, serta seluruh elemen yang tergabung dalam proses pencarian para korban.

Potret evakuasi pendaki yang terjebak di Gunung Marapi saat erupsi
Potret evakuasi pendaki yang terjebak di Gunung Marapi saat erupsi (Kolase TribunTrends/Instagram/TikTok)

"Seluruh korban telah ditemukan sebanyak 75 orang sesuai dengan data dari BKSDA Sumbar.

Sebanyak 52 orang selamat dan 23 orang meninggal dunia," kata Edi kepada wartawan di posko erupsi Gunung Marapi, Batu Palano, Agam, Sumbar.

Edi mengatakan, setelah ditemukan korban ke-75 pada Rabu pagi, petugas diinstruksikan menyisir sekitar kawah Gunung Marapi yang masih berpotensi ada korban lain yang tidak masuk dalam data.

Hasilnya, tim tidak menemukan korban lain di luar data yang ada.

Kendati demikian, proses pencarian masih memungkinkan dilakukan kembali jika ada laporan masih ada pendaki yang hilang.

"Jika memang ada laporan lain terkait orang hilang, tentunya proses pencarian dan evakuasi kita buka kembali, dikarenakan pintu masuk Marapi ini yang cukup banyak," kata Edi.

Baca juga: Mendaki Gunung Merapi, Bule Asal Spanyol Kelelahan hingga Dievakuasi Tim SAR Kondisi Selamat

Korban erupsi Gunung Marapi berhasil dievakuasi ditemukan dalam kondisi tewas
Korban erupsi Gunung Marapi berhasil dievakuasi ditemukan dalam kondisi tewas (TribunPadang/Rezi Azwar)

"Belum ada proses evakuasi masyarakat yang berada di kawasan Gunung Marapi.

Tentunya upaya-upaya pencegahan dampak erupsi kita upayakan, baik melalui para kapolres-kapolres, dandim, dan perangkat nagari yang berada di kawasan sekitar Gunung Marapi ini," Edi.

Sebelumnya diberitakan, Gunung Marapi mengalami erupsi pada Minggu (3/12/2023) sore.

Dari data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, tercatat ada 75 pendaki yang terjebak. 

'Langsung Meledak' Kesaksian Irvanda Korban Selamat Erupsi Marapi, Tak Ada Tanda, Tiba-tiba Duar!

Irvanda Mulya pendaki yang selamat dari erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat pada Minggu (3/12/2023) mengurai cerita detik-detik saat erupsi mendadak terjadi.

Menurut Irvanda, erupsi Gunung Marapi terjadi dengan cepat dan mendadak, tanpa ada pertanda apapun.

Irvanda sendiri merupakan pendaki berstatus mahasiswa jurusan D-IV Perancangan Jalan dan Jembatan Politeknik Negeri Padang (PNP).

Ketika erupsi terjadi, Irvanda tengah berada di Tugu Abel, lokasi yang tidak jauh dari pusat kawah.

Penampakan erupsi Gunung Marapi Sumbar pada Minggu (3/12/2023) pukul 14.54 WIB
Penampakan erupsi Gunung Marapi Sumbar pada Minggu (3/12/2023) pukul 14.54 WIB (Istimewa)

Menurut Irvanda, erupsi Gunung Marapi datang tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda seperti erupsi kecil dan tanda lainnya.

"Sedang di cadas, di Tugu Abel. Awalnya aman, langsung meledak, tanpa aba-aba, tanpa erupsi kecil, langsung meledak," ujar Irvanda, Rabu (6/12/2023).

Baca juga: Kesaksian Pendaki Sempat Videokan Kondisi Gunung Marapi Sehari Sebelum Erupsi, Kawah Sesekali Ngebul

Ledakan kawah Gunung Marapi, membawa hujan batu dan abu.

Saat itu Irvanda langsung bergegas turun, mencari tempat berlindung bersama rekannya.

"Awalnya berdua, lalu ada orang yang minta tolong. Jadinya kami delapan orang," ujarnya.

Kemudian Irvanda menghubungi pos Pengaman Gunung Marapi.

"Petugas menanyakan keadaan korban, lalu disuruh foto. Dan menunggu di titik jemput yang disepakati," ujar Irvanda.

Barulah sekitar enam jam petugas datang membantu evakuasi.

"Dengan digendong petugas sampai beberapa pos, lalu hampir sampai baru ditandu," jelas Irvanda.

Selama menunggu petugas, Irvanda merasa menggigil dan sebagian rekannya mengalami luka.

Beruntung Irvanda dan tujuh rekannya berhasil selamat.

Irvanda berangkat dari Padang pada Jumat (1/12/2023), menginap di pos administrasi.

Baca juga: Kesaksian Pendaki Sempat Videokan Kondisi Gunung Marapi Sehari Sebelum Erupsi, Kawah Sesekali Ngebul

Lalu bersama 17 orang rekannya sesama mahasiswa PNP, UNP dan sudah ada yang bekerja barulah mendaki Gunung Marapi pada Sabtu (2/12/2023) pagi.

Pendakian kali ini ke Gunung Marapi merupakan yang keenam bagi Irvanda.

"Bukan acara kampus. Hanya acara kami, pengen healing, refresing," katanya.

Irvanda mengatakan dari 18 orang dalam kelompoknya yang mendaki, hanya 6 orang selamat.

Menurut Irvanda, jika petugas cepat datang mengevakuasi kemungkinan rekan-rekan lainnya bisa selamat.

Kesaksian Survivor Lain, Jari Fadil Patah Tangkis Hujan Batu

Salah satu korban erupsi Gunung Marapi yakni Muhammad Fadli menceritakan perjuangannya menyelamatkan diri saat erupsi terjadi.

Diketahui, Gunung Marapi di Sumatera Barat erupsi pada Minggu (3/12/2023) sekitar pukul 15.00 WIB.

Akibat peristiwa tersebut, kini sebanyak 23 orang meninggal dunia.

Gemuruh dari kawah Gunung Marapi serta guncangan pada Minggu (3/12/2023) siang, membuat Muhammad Fadli dan 17 rekannya terkejut.

Pria berusia 20 tahun ini langsung mencari tempat berlindung di balik bebatuan cadas. 

Saat itu ia berada di sekitar puncak gunung dengan ketinggian 2.891 meter dari permu-kaan laut (Mdpl).

Baca juga: Sayang Banget Ibunya, Afdal Korban Erupsi Marapi Sempat Unggah Postingan Terakhir: I Love You Mom

Gunung Marapi erupsi, pendaki terjebak.
Gunung Marapi erupsi, pendaki terjebak. (Istimewa)

“Saat mendengar gemuruh dan merasakan guncangan itu, saya langsung bersembunyi bersama tiga teman saya,” kata Fadli di RSUD Padang Panjang saat ditemui wartawan, Senin (4/12/2023).

Suara gemuruh ini hanya awal dari proses erupsi Gunung Marapi. 

Saat bersembunyi di balik batu, ia melihat batu berukuran kepalan tinju orang dewasa melayang-layang.

“Saat salah satu batu menuju ke saya, saya menepisnya dengan tangan kosong yang mengakibatkan jari saya patah,” katanya.

Batu selanjutnya kemudian mendarat di bagian kaki kiri Fadli, yang membuat tulangnya patah.

Tak lama kemudian, asap hitam menyelimuti langit. 

Lalu asap hitam dan debu pekat membekap mata Fadli. Ia benar-benar tidak bisa melihat di sekitarnya.

“Saat itu kami tetap ber-sembunyi di balik batu dan saya tidak mengetahui lagi tentang teman-teman saya yang lain,” lanjutnya.

Muhammad Fadli mengungkapkan kisahnya menyelamatkan diri saat Gunung Marapi erupsi.
Muhammad Fadli mengungkapkan kisahnya menyelamatkan diri saat Gunung Marapi erupsi.

Batu yang beterbangan juga menghantam bagian kepala salah satu temannya sehingga hampir kehilangan kesadaran.

Di tengah situasi asap hitam dan debu disertai hujanbatu, Fadli yang saat itu masih bersama tiga rekannya, perlahan-lahan bergerak turun. 

Mereka berusaha menghindari awan panas.

“Kami terus mencoba bergerak ke arah bawah dengan terus mencari tempat bersembunyi di bebatuan,” katanya.

“Saya mencoba bergeser ke bawah itu, untuk mencari jaringan (sinyal) untuk menghubungi pihak pos penjagaan dan meminta agar kami dijemput,” lanjutnya.

Setelah mendapat beberapa batang sinyal di layar ponsel, Fadli langsung menghubungi pihak Basarnas dan menyampaikan situasi dan keadaannya.

“Pihak Basarnas meminta agar saya menunggu di sebuah pertigaan dan nanti katanya akan dijemput ke sana,” lanjutnya.

Setelah menunggu kurang lebih delapan jam, akhirnya yang ditunggu pun sampai di tempat yang sudah dijanjikan untuk penjemputan.

“Saat tim evakuasi sampai di tempat itu, akhirnya saya bisa lega. 

Karena saya dan tiga teman saya akhirnya bisa selamat walaupun dalam keadaan luka-luka,” lanjutnya.

Korban erupsi gunung marapi.
Korban erupsi Gunung Marapi.

Saat dievakuasi, Fadli mengalami luka patah tulang, besut, dan luka bakar di punggungnya. 

Kondisi ini membuatnya harus digendong anggota tim penyelamat yang melakukan penjemputan. 

Tapi lukanya terasa perih, sehingga i harus ditandu.

“Setelah tiga jam ditandu, akhirnya sayasampai ke pos evakuasi dan akhirnya saya dibawa menggunakan ambulans ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)) ini,” lanjutnya.

Tak ada tanda-tanda

Fadli menceritakan bahwa dirinya bersama 17 orang temannya yang terdiri dari 12 pria dan lima perempuan, memutuskan untuk naik ke Gunung Marapi pada Sabtu (2/12/2023).

Ia mengatakan “tidak ada firasat” apa pun saat mendaki Gunung Marapi di Sumbar dengan ketinggian hampr setara dengan Gunung Merbabu di Jawa Tengah.

“Kami naik hari Sabtu dan bersama-sama mendaki dan saling membantu dalam segala hal,” katanya.

Baca juga: Kondisi Zhafirah Korban Erupsi Gunung Marapi yang Viral, Sudah Bersama Keluarga: Alhamdulillah

Pada Minggu (3/12/2023) ia bersama belasan temannya langsung menuju puncak untuk melihat matahari terbt dan menikmati pemandngan.

“Sebelum menuju puncak, kami sempat makan terlebih dulu. 

Karena pagi itu kami cukup lapar,” lanjutnya.

Di puncak Gunung Marapi, ia bersama temannya berfoto dan bersenda gurausembari menikmati pemandngan yang indah.

“Sungguh tidak saya sangka gunung akan erupsi

Karena tidak ada tanda-tanda yang kami rasakan,” katanya. (Surya Malang/Kompas)

Artikel ini diolah dari Kompas.com dan Surya Malang

Sumber: Kompas.com
Tags:
Gunung Merapitewaserupsi
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved