Breaking News:

Pilpres 2024

TANGGAPI Isu Jokowi Gabung PSI Usai Pilpres 2024, Kaesang: 'Mau Gimana pun Pak Presiden Kader PDIP'

Kaesang tanggapi isu soal Jokowi bakal gabung ke PSI usai Pilpres 2024. Benarkah kabar tersebut?

Editor: Monalisa
Ist
Kaesang tanggapi isu Jokowi gabung PSI usai Pilpres 2024 

TRIBUNTRENDS.COM - Kaesang Pangarep akhirnya tanggapi isu Jokowi bakal gabung ke PSI usai Pilpres 2024.

Diakui Kaesang Pangarep, awalnya dirinya memang tak tahu menahu soal isu tersebut.

"Jujur enggak tahu (Presiden Jokowi akan gabung ke PSI atau tidak)," kata Kaesang seperti dikutip dari YouTube Kompas TV, Kamis (16/11/2023).

Menurut Kaesang Pangarep, hingga saat ini sang ayah masih menjadi kader PDIP.

Baca juga: Bantah Tak Disalami Megawati, Kaesang Ungkap Respon Sesungguhnya Ketum PDIP saat Disungkemi di KPU

Kaesang Pangarep jadi Ketua Umum PSI
Kaesang Pangarep jadi Ketua Umum PSI (YouTube Partai Solidaritas Indonesia)

"Tapi mau gimana pun Pak Presiden adalah kader PDIP. Jadi saya enggak bisa menjawab itu," ujarnya.

Isu Jokowi akan bergabung ke partai lain merebak usai dinamika politik saat ini, yakni setelah putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres dari Prabowo Subianto di Pilpres 2024.

Sementara, PDIP telah menetapkan pasangan calon capres-cawapres, yaitu Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di pesta demokrasi nanti.

Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Pramono Anung membantah rumor yang menyebut hubungan antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri retak akibat pencalonan Gibran sebagai cawapres.

"Ah hubungan baik-baik saja, saya saja cerah ceria," kata Pramono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (25/10/2023).

Baca juga: Sejumlah Menteri Jokowi Temui Megawati, Isu Ingin Mundur dari Kabinet, Daftar 7 Menteri dari PDIP

Mantan Sekretaris Jenderal PDIP itu tidak memberi jawaban lugas ketika ditanya terkait komunikasi antara Jokowi dan Megawati seusai Gibran jadi cawapres pendamping Prabowo.

Pramono hanya mengatakan bahwa kabar keretakan Jokowi dan Megawati tidak benar.

"Pokoknya hubungannya baik-baik saja, cerah ceria, dan rumor yang beredar itu sudah enggak benar lah," kata dia.

Pramono juga tidak menjawab ketika ditanya apakah Jokowi dan Megawati akan bertemu dalam waktu dekat.

"Yang jelas kita tetap kerja seperti biasa," ujar Pramono.

Sindiran Surya Paloh Diduga untuk Jokowi, Sebut soal Ortu Calonkan Anaknya Cawapres: Cocok Gak ya?

Serangan dari berbagai penjuru menghampiri Presiden Jokowi.

Setelah PDIP, kini giliran Partai NasDem yang mulai menyentilnya.

Sindiran-sindiran yang diduga ditujukan ke Presiden Jokowi pun mulai dilepaskan.

Serangan NasDem ke Jokowi itu disampaikan oleh Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh saat perayaan HUT ke-12 NasDem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu (11/11/2023). 

Meski tak menyebut nama Jokowi, pernyataan Surya Paloh diduga kuat ditujukan kepada Jokowi.

Surya Paloh menyinggung soal orang tua yang mencalonkan anaknya sebagai cawapres hingga soal alat negara yang melayani kepentingan golongan.

Baca juga: Tanggapi Pernyataan Jokowi Soal Banyak Drama Politik, PDIP Balas Kritik: Siapa sih Sutradaranya?

Berikut ini deretan pernyataan Surya Paloh yang secara tidak langsung menyerang Presiden Jokowi:

1. Soal orang tua calonkan anaknya jadi cawapres

Surya Paloh mengatakan dirinya tidak akan mencalonkan anaknya sebagai cawapres meski memiliki kesempatan.

Hal itu dikatakan Surya Paloh saat menjawab pertanyaan seorang kadernya dari Jawa Timur soal apakah ia akan mencalonkan anaknya, Prananda Surya Paloh, sebagai cawapres. 

"Saya pikir yang pertama saya coba intip dulu anak saya. Saya lihat baik-baik, dia ini cocok apa enggak, ya?" kata Surya Paloh. 

Andaikata anaknya patut untuk dicalonkan, Surya Paloh kemudian menyinggung soal kepantasan.

"Walaupun saya pikir saya punya kesempatan untuk mencalonkan dia (anaknya) tapi saya pikir, pantas enggak dia?" ujar Surya.

Menurut Surya Paloh, sosok cawapres haruslah melewati sebuah proses. 

Proses itulah yang kemudian menjadikan sang anak sosok yang matang. 

"Orangtua dulu menyatakan kalau bisa dia harus mapan dulu. Bukan hasil peraman, nah ini yang saya harapkan. Jadi mungkin kalau anak saya berani bertanya kepada saya, maka saya akan katakan 'tunggu dulu, akan tiba saatnya, itupun kalau saya masih berumur panjang'," ujar dia. 

Baca juga: Tanggapi Pernyataan Jokowi Soal Banyak Drama Politik, PDIP Balas Kritik: Siapa sih Sutradaranya?

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

2. Sebut tak ada kekuasaan yang tidak berakhir

Surya Paloh menyebut tidak ada kekuasaan yang terus-menerus bertakhta. 

Menurut Surya Paloh, setiap kekuasaan akan berakhir.

"Tidak ada kekuasaan besar maupun kecil yang pernah diizinkan bertakhta terus-menerus sepanjang zaman,"  kata Surya Paloh, dikutip dari Kompas.com.

"Sejarah telah menyampaikan kepada kita, bahwa berapa besar pun kekuasaan manusia bisa satu waktu dia akan berakhir juga," kata dia.

Surya Paloh kemudian menyinggung perkataan Adam Malik dalam buku yang berjudul "In The Service of The Republic" bahwa penguasa akan terus bergantian, tetapi negarawan tetap hidup bersama bangsa.

Dalam pidatonya, Paloh juga mengatakan bahwa dibutuhkan keberanian dalam berpolitik agar selalu memegang prinsi-prinsip dalam konstitusi.

3. Ada upaya bawa negara dan aparat untuk layani golongan

Surya Paloh juga menyinggung soal adanya upaya membawa negara dan aparat serta aparatur negara untuk melayani pribadi dan golongan. 

Namun, Surya Paloh tidak menyebut secara jelas pribadi dan golongan mana.

"Maka, hari-hari ini kita melihat betapa banyaknya upaya membawa negara dan aparat dan aparaturnya melayani pribadi dan golongannya," kata Paloh. 

Paloh melanjutkan, upaya membawa negara dan aparaturnya kepada kepentingan praktis semacam itu, telah melahirkan ketidakpercayaan sosial.

"Ketidakpercayaan rakyat kepada negara. Kritik muncul dalam bentuk sinisme dan cemoohan yang sudah sangat kasar sebagai bangsa yang beradab," sambungnya.

Dikatakannya, itu menjadi contoh negara yang mengalami penurunan derajat kewibawaan pada tingkatan yang paling rendah. 

"Rakyat mengalami kesulitan menempatkan kepercayaannya kepada siapa. Maka hari-hari ini akan mudah sekali kita menemui rakyat yang cukup dapat memerintah dirinya sendiri," kata Paloh.

Ia menegaskan, saat ini bangsa berada di ujung tanduk kerusakan yang paling mencemaskan sepanjang kehidupan berbangsa dan bernegara. 

"Kita berharap semua pemimpin nasional dan rakyat tidak kehilangan kontrol. Belajar dari berbagai peradaban yang besar. Kehilangan adab selalu melahirkan kebingungan ilmu dan pemimpin palsu," tegasnya.

Baca juga: Sentilan Ganjar untuk 6 Program Presiden Jokowi, Dianggap Meleset: Infrastruktur, SDM, hingga BUMN

Presiden Jokowi
Presiden Jokowi (Kolase TribunMedan/Ho)

4. Bakal melawan jika ada ketidakadilan

Surya Paloh menyatakan pihaknya tidak akan diam apabila ada penguasa yang bertindak tidak adil, demi untuk kepentingan kelompoknya. 

"Kita semua bisa menerima untuk menjadi rakyat jelata asalkan itu berdasarkan pada keadilan. Sebaliknya kita tidak bisa tinggal diam ketika ada penguasa kekuasaan yang berlaku tidak adil demi kepentingan tertentu, demi kepentingan kelompoknya," katanya. 

Ditegaskan Surya Paloh, pihaknya bakal menerima situasi apapun baik itu sedih atau nestapa asalkan muncul dari nilai keadilan. 

"Nilai kepatutan dan kepantasan, sebaliknya kesejahteraan semakmur apapun suatu bangsa. Jika tidak ada keadilan di dalamnya maka gugatan demi gugatan yang datang silih berganti," terangnya.

Dikatakannya, keadilan adalah rasa, keadilan adalah spiritualisme. Keadaan yang dapat membimbing manusia pada hidup yang sesuai dengan sunnahtullah.

"Itulah kenapa di dalam negeri yang makmur dan sejahtera tetap ada lembaga yang peradilan itu. Karena keadilan bukan hanya tentang kemakmuran dan kesejahteraan saja," ungkapnya.

Artikel ini diolah dari Kompas.tv dan Tribunnews.com

Sumber: Kompas TV
Tags:
Kaesang PangarepJokowiPSIPDIPPilpres 2024
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved