Breaking News:

SOSOK Plestia Alaqad, Jurnalis Asal Palestina yang Viral, Kerap Update Kondisi Gaza di Instagram

Inilah sosok Plestia Alaqad, jurnalis Palestina yang viral, kerap ungkap kondisi Gaza melalui akun Instagramnya.

Editor: Galuh Palupi
Instagram @byplestia
Plestia Alaqad, jurnalis Palestina yang viral 

TRIBUNTRENDS.COM - Inilah sosok Plestia Alaqad, jurnalis Palestina yang viral, kerap ungkap kondisi Gaza melalui akun Instagramnya.

Dilansir dari Vogue Arabia, Plestia Alaqad adalah seorang jurnalis independen yang tinggal di Gaza.

Selain jadi jurnalis, diketahui Plestia Alaqad juga bekerja sebagai Human Resources Manager di StepUp Agency.

Ia juga sempat menjadi editor berita sekaligus manajer media sosial di Press House Palestina.

Wanita lulusan Eastern Mediterranean University ini kerap memberikan update kondisi di Gaza lewat akun Instagram @byplestia.

Siapa Plestia Alaqad, Jurnalis Cantik Palestina yang Viral, Unggah Potret Ceria Bersama Anak-anak,Plastia Alaqad kerap memamerkan potretnya bersama anak-anak Palestina dengan wajah yang ceria, di tengah gempuran Israel
Siapa Plestia Alaqad, Jurnalis Cantik Palestina yang Viral, Unggah Potret Ceria Bersama Anak-anak,Plastia Alaqad kerap memamerkan potretnya bersama anak-anak Palestina dengan wajah yang ceria, di tengah gempuran Israel (Instagram/Plestia Alaqad)

Salah satu unggahan Plestia Alaqad yang ramai dibicarakan adalah ketika ia menyatakan untuk pergi dari rumahnya lantaran blok apartemennya terhantam serangan bom Israel.

Baca juga: Prediksi PBB Jika Konflik dengan Israel Berlanjut, Angka Kemiskinan Palestina Bisa Naik 34 Persen

Mengutip Reuters, Plestia Alaqad terpaksa meninggalkan rumah usai blok apartemennya terhantam serangan.

Plestia Alaqad akhirnya mengungsi ke rumah temannya.

Namun ia tak bisa lama-lama tinggal di sana karena rumah tersebut dikabarkan juga akan diserang.

Tak hanya melaporkan update situasi di Gaza, Plestia Alaqad juga sering menceritakan tantangan yang ia hadapi selama bekerja sebagai jurnalis.

Pernah dalam salah satu unggahannya di akun Instagram-nya, Plestia Alaqad menceritakan suka duka kala memakai rompi dan helm pers saat bertugas.

Ia mengaku, rompi dan helm jurnalis tersebut sering membuatnya sakit kepala dan punggung.

"Saya tidak mendapatkan sinyal dan koneksi internet kemarin. Satu-satunya hal yang saya dapatkan dari helm dan rompi pers ini adalah sakit kepala dan masalah punggung," tulis Plestia Alaqad dalam caption foto yang menunjukkan dirinya memakai helm dan rompi pers.

Setelah singgah ke rumah sakit untuk mengisi daya ponselnya, Plestia Alaqad mencari tempat pengungsian lain.

Plestia Alaqad pun tinggal bersama jurnalis-jurnalis Gaza lainnya di tempat pengungsian tersebut.

Ia mengabarkan kehidupan di Gaza yang sungguh berat akibat krisis pangan, air, listrik, hingga kurangnya fasilitas kesehatan.

Baca juga: Lantang Bela Palestina, Bella Hadid Terima Ancaman hingga Dipecat Dior, Diganti Model Asal Israel

Meski begitu, wanita berusia 22 tahun ini tetap memberikan senyuman di hampir setiap unggahan Instagram.

Menilik akun IG-nya, Plestia Alaqad kerap mengunggah foto-foto ceria bersama anak-anak Gaza, rekan jurnalis, dan warga lainnya.

Setiap foto unggahannya bersama anak-anak di Gaza Palestina selalu menuai simpati dan komentar positif.

Akun Instagram Plestia Alaqad kini memiliki 3 juta pengikut dan komentarnya dipenuhi dukungan dari berbagai pihak.

KRISIS Air Bersih, Warga Gaza Terpaksa Gunakan Air Laut untuk Mandi dan Mencuci

Pemerintah Indonesia telah mengirimkan tahap pertama bantuan kemanusiaan untuk Palestina pada Sabtu, (4/11/2023) lalu yang dilepas secara langsung oleh Presiden Jokowi di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Namun bantuan tersebut belum sampai di lokasi tujuan, sebab saat masih berada di Mesir dan masih menunggu izin dari Israel.

Diketahui saat ini warga Palestina sangat membutuhkan banyak bantuan terutama makanan.

Selain itu, warga di Gaza terpaksa mandi dan mencuci dengan air laut lantaran tak punya air bersih yang mencukupi.

Baca juga: 51,5 Ton Bantuan untuk Palestina dari Pemerintah Indonesia, Polri Ikut Kelola, 7 Orang Mengantar

Ilustrasi wanita di Palestina kekurangan
Ilustrasi wanita di Palestina kekurangan bantuan terutaman makanan dan air bersih. (Getty Images)

“Kami tidak punya air, tak ada sanitasi, tak ada sistem pembuangan limbah yang berfungsi,” kata Imm Mahmoud (52), salah satu warga Palestina yang tinggal di tempat pengungsian di kompleks Sekolah Dasar Alif, kawasan Deir al-Balah, Gaza, dikutip dari Al Jazeera.

Sekolah itu dioperasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan dilaporkan menampung sekitar 8.000 pengungsi.

Mahmoud menyebut kurangnya kebersihan di sekolah itu membuat anak-anak dan orang dewasa merasa tidak nyaman.

Wanita itu mengatakan terpaksa mencuci pakaian keluarganya dengan air laut.

Dia tahu bahwa air laut di sana tercemar atau terkena polusi. Namun, dia tak punya pilihan lain.

“Anak-anak menderita diare, batuk, dan pilek karena terkena polusi dan berenang di laut,” katanya.

wanita Palestina mencuci peralatan masaknya dengan air laut
Seorang wanita Palestina di Deir el-Balah, Gaza bagian selatan, terpaksa mencuci peralatan masaknya dengan air laut karena tak punya air bersih, Rabu, (29/10/2023).

Meski demikian, Mahmoud bisa memahami alasan anak-anak bermain di pantai.

“Mereka harus mencari cara untuk menyalurkan energi mereka. 

Terkurung di sekolah bisa memicu banyak perselisihan dan pertengkaran dengan keluarga mereka.”

Mirip dengan Mahmoud, Nasse Zayed (60) juga memanfaatkan air laut untuk keperluan sehari-hari.

“Sekolah ini memuakkan dan tidak ada air mengalir,” kata Zayed.

“Setiap hari saya pergi ke laut untuk mandi. 

Jika tidak, saya akan menjadi seperti murid abadi, menghabiskan seluruh waktu saya dengan terkurung di ruang kelas."

Baca juga: Tak Ada Tempat yang Aman di Gaza, Warga Palestina Makan 2 Potong Roti/Hari, Butuh Banyak Bantuan

Sementara itu, Rima Zaqqout (17) yang juga tinggal di sekolah tersebut mengatakan pantai menjadi semacam tempat rehat bagi dia dan saudaranya.

“Kami membawa sampo untuk memandikan anak-anak,” kata Zaqqout.

“Terkadang kami berenang. Kami menjalani masa-masa yang amat sulit.”

Kurangnya sanitasi

Gaza sudah didera masalah sanitasi bahkan sebelum perang Hamas-Israel meletus.

Limbah di sana terpaksa dibuang ke laut karena kurangnya infrastruktur sanitasi dan aliran listrik.

Diperkirakan ada 100 hingga 108 juta liter limbah yang dibuang ke laut dan memicu penyakit yang menyerang warga Gaza.

Limbah itu bahkan disebut sebagai penyebab utama kematian anak-anak di Gaza.

Di Gaza terdapat tiga pipa utama yang mengalirkan air di Jalur Gaza. Namun, pipa itu dikontrol oleh Israel.

Sejak tanggal 8 Oktober 2023 pipa dari Israel ke Gaza utara ditutup.

Sementara itu, pipa air ke kawasan Khan Younis diaktifkan kembali tanggal 15 Oktober. Namun, aliran air dimatikan lagi dua pekan kemudian.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebut dari tanggal 21 hingga 1 November 2023 hanya ada 26 truk yang datang untuk membawa bantuan air ke Jalur Gaza.

Jumlah itu jauh kata dari mencukupi untuk warga Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa. (Bangka Pos/Tribunnews)

Artikel ini diolah dari Bangka Pos dan Tribunnews

Sumber: Bangka Pos
Tags:
PalestinaGazaPlestia AlaqadIsrael
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved