Breaking News:

Berita Viral

TAK Terima Tugu Perguruan Silat Dibongkar, Ratusan Pesilat Demo di Madiun, 'Silakan Digugat'

Ratusan pesilat yang tergabung dalam Forum Koordinasi Pecinta Budaya (Forkopinda) menggelar unjuk rasa di depan halaman Mapolres Madiun

KOMPAS.com/MUHLIS AL ALAWI
Ratusan pesilat yang tergabung dalam Forum Koordinasi Pecinta Budaya (Forkopinda) menggelar unjuk rasa di depan halaman Mapolres Madiun di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Madiun, Jawa Timur, Rabu (11/10/2023). 

TRIBUNTRENDS.COM - Tak terima tugu perguruan silat dibongkar, ratusan pesilat unjuk rasa di Madiun.

Mereka menggugat Kapolres Madiun karena merasa menjadi korban tebang pilih.

Mengetahui tuntutan itu, Kapolres Madiun AKBP Anton Prasetyo mempersilakan pengunjuk rasa menggugat dirinya.

Baca juga: Pelaku Bullying di Cilacap Ternyata Anak Berprestasi, Juara Pencak Silat, Kepsek Kaget: Sangat Miris

Ratusan pesilat yang tergabung dalam Forum Koordinasi Pecinta Budaya (Forkopinda) menggelar unjuk rasa di depan halaman Mapolres Madiun di Jalan Soekarno, Kota Madiun, Jawa Timur, Rabu (11/10/2023). Para pesilat berdemonstrasi lantaran menilai Polres Madiun tebang pilih dalam penertiban bangunan di atas fasilitas umum karena memfasilitasi pembongkaran tugu perguruan silat.

Tak hanya menuntut mundur Kapolres Madiun AKBP Anton Prasetyo, pengunjuk rasa juga mengaku siap menggugat Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo selaku pucuk pimpinan Polri ke Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun.

Ilustrasi pencak silat
Ilustrasi pencak silat (Tribunnews/ist)

Pantuan Kompas.com, ratusan pesilat mendatangi Mapolres Madiun dengan menumpang truk, mobil dan sepeda motor. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan "Kapolres Madiun dan Dandim 803 Out". Tak hanya itu, spanduk berfoto Kapolres Madiun AKBP Anton Prasetyo disilang dengan warna hitam juga dipajang di truk yang dibawa pengunjuk rasa.

Koordinator Aksi Forkopinda, Sudjono yang dikonfirmasi di tengah-tengah unjuk rasa menyatakan, ratusan pesilat akan menggelar unjuk rasa selama Polres Madiun masih terus memfasilitasi pembongkaran tugu pesilat.

“Semua bangunan yang berada di atas fasum dan tidak memenuhi ketentuan undang-undang seharusnya dibongkar semua. Termasuk warung dan semua. Jangan hanya tugu saja. Ini yang dinamakan tebang pilih,” kata Sudjono.

Ia mencontohkan bangunan yang berdiri di atas rel kereta api milik KAI di wilayah selatan Kabupaten Madiun, semestinya harus dirobohkan. Begitu pula dengan keberadaan pabrik porang yang tidak memiliki izin juga harus dibongkar.

“Di wilayah selatan (Madiun) ada bangunan yang berdiri di atas rel milik KAI. Ini kan di fasum. Kalau dibersihkan ya harus dibersihkan. Contoh lain lagi ada beberapa pabrik didirikan belum berizin juga harus ditertibkan,” jelas Sudjono.

Terhadap fakta itu, ratusan pesilat yang tergabung dalam Forkopinda akan menggugat Kapolri selaku atasan Kapolres Madiun ke Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun. Gugatan itu terkait dugaan kesewenang-wenangan yang dilakukan Kapolres Madiun dalam membongkar tugu perguruan silat.

“Kami gugat Kapolri karena Kapolres bertugas di Kabupaten Madiun karena ada perintah dari Kapolri. Sehingga kami menggugatnya Kapolri terkait kesewenang-wenangan dilakukan Pak Kapolres. Jadi dari dasar penertiban dengan cara melanggar hukum Itu dugaan kami. Untuk salah benarnya kita buktikan di pegadilan,” kata Sudjono.

Selain berunjuk rasa, para pendemo juga mengumpulkan uang receh di dalam kardus sebagai upeti agar tugu pesilat tak lagi dirobohkan polisi. Uang yang terkumpul lalu hendak diserahkan ke Polres Madiun. Namun petugas yang mengamankan jalannya unjuk rasa menolak uang receh yang ditaruh dalam kardus tersebut.

Pemicu konflik antar-pesilat

Kapolres Madiun AKBP Anton Prasetyo yang dihubungi terpisah mempersilakan pengunjuk rasa menggugat dirinya dan Kapolri terkait persoalan perobohan tugu pesilat.

“Silakan kalau memang tindakan kami ada yang salah silakan digugat. Kalau dituntut mundur, tidak usah dituntut mundur memang sudah saatnya. Saya sudah dua tahun tugas di sini,” kata Anton.

Baca juga: UJIAN Kenaikan Sabuk, Pesilat di Gresik Tewas, Korban Sempat Koma 2 Kali, 6 Orang Ditangkap

Ratusan pesilat yang tergabung dalam Forum Koordinasi Pecinta Budaya (Forkopinda) menggelar unjuk rasa di depan halaman Mapolres Madiun di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Madiun, Jawa Timur, Rabu (11/10/2023).
Ratusan pesilat yang tergabung dalam Forum Koordinasi Pecinta Budaya (Forkopinda) menggelar unjuk rasa di depan halaman Mapolres Madiun di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Madiun, Jawa Timur, Rabu (11/10/2023). (KOMPAS.com/MUHLIS AL ALAWI)

Menyoal gencarnya Polres Madiun memfasilitasi perobohan tugu pesilat di atas tanah fasilitas umum, Anton menyatakan tugu yang berdiri yang di fasilitas umum menjadi salah satu pemicu konflik antar-pesilat. Ia mencontohkan, lantaran perusakan atau pelemparan cat pada tugu, berdampak pada konflik antar-pesilat dan memprovokasi massa.

“Banyak kasusnya. Setiap rakor saya selalu tunjukkan dokumentasi konflik yang terjadi akibat tugu. Sebelum dilakukan penertiban tugu sebelumya sudah kami rakorkan setahun yang lalu bersama Kapolda dan Pangdam,” kata Anton.

Soal tudingan Polres Madiun dinilai tebang pilih penertiban bangunan di atas fasum, Anton menyebut konteks penertiban yang dilakukan polisi untuk meminimalisasi konflik antar-perguruan silat.

“Kenapa kita menggandeng pemda agar biar bekerja sama sebagai pemelihara kamtibmas, karena pemda ada peraturan penertiban tugu. Dan di sini kami bicara atas nama undang-undang. Sementara pemerintah daerah atas nama perda,” jelas Anton.

Anton menambahkan, sebelum merobohkan tugu perguruan pencak silat di atas fasum, Polres Madiun mengadakan rakor dengan warga agar menertibkan tugunya sendiri dengan mengubah lambang persatuan atau kampung pesilat. Bagi warga yang tidak menertibkan sendiri maka akan dirobohkan.

UJIAN Kenaikan Sabuk, Pesilat di Gresik Tewas, Korban Sempat Koma 2 Kali, 6 Orang Ditangkap

Seorang pemuda meninggal dunia setelah mengikuti ujian kenaikan sabuk salah satu perguruan silat di Gresik.

Korban sudah merasa kesakitan di pos satu, namun tetap dipaksa melanjutkan.

Pemuda berusia 20 tahun tersebut akhirnya tumbang dan sempat dua kali koma di rumah sakit.

Baca juga: IDENTITAS Wanita Tewas di Mal Paragon Semarang, Status Masih Mahasiswi, Ini Reaksi Pihak Kampus

Ujian kenaikan sabuk perguruan silat di Desa Semampir, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur berujung maut.

Seorang anggota perguruan silat bernama Muhammad Aditya Pratama (20) meninggal usai menjalani ujian fisik dengan cara dikeroyok memakai balok kayu.

Ilustrasi mayat
Ilustrasi mayat (kompas.com)

Polisi kini telah menangkap enam terduga pengeroyokan terhadap pesilat tersebut.

Pamit ke orangtua

Ayah korban, Ngatrip menjelaskan bahwa anaknya sempat pamit untuk mengikuti ujian kenaikan sabuk perguruan silat pada Sabtu (7/10/2023).

Namun pada Minggu (8/10/2023) dini hari, keluarga korban mendapat kabar, Aditya Pratama tak sadarkan diri dan dirujuk ke Puskesmas Cerme.

"Teman-teman anak saya mengabari bahwa anak saya di Puskesmas Cerme. Setelah ke sana, anak saya sudah dibawa ke RSUD Ibnu Sina Gresik," kata Ngatrip, Selasa (10/10/2023).

Setelah sempat dirawat, korban dinyatakan meninggal dunia, Senin (9/10/2023) malam, sekitar pukul 20.00 WIB.

"Dari keterangan dokter, penyebab meninggalnya saraf di bagian otak kepala tidak berfungsi," ujar dia.

Kejadian tersebut lalu dilaporkan ke polisi oleh keluarga korban.

Baca juga: Kerasukan Setan Atau Apa Ini Edward Tannur Kaget Anak Aniaya Dini hingga Tewas: Gak Pernah Cerita

Polisi menindaklanjuti laporan terkait meninggalnya pesilat diduga korban pengeroyokan di Desa Cerme Kidul, Kecamatan Cerme, Gresik, Jawa Timur, Minggu (8/10/2023).
Polisi menindaklanjuti laporan terkait meninggalnya pesilat diduga korban pengeroyokan di Desa Cerme Kidul, Kecamatan Cerme, Gresik, Jawa Timur, Minggu (8/10/2023). (Dok. Polres Gresik)

Sudah mengeluh kesakitan

Kuasa hukum keluarga korban Sulton Sulaiman membeberkan bahwa korban sempat menjalani ujian kekerasan fisik. Dia dikeroyok oleh para pelaku dengan menggunakan balok kayu.

Adapun peserta ujian harus melewati beberapa pos. Dalam perguruan silat, kunjungan dari pos satu ke pos lainnya disebut "sambung".

"Informasi yang saya terima, korban sudah mengeluh kesakitan setelah melewati ujian di pos pertama. Namun dipaksa untuk terus mengikuti ujian pada pos selanjutnya," kata Sulton, Rabu (11/10/2023).

Korban pun akhirnya pingsan setelah menjalani dua kali sambung. Dia dilarikan ke Puskesmas Cerme dan dirujuk ke RSUD Ibnu Sina Gresik.

Dari keterangan tim medis, korban mengalami pendarahan parah di bagian kepala. Luka fatal itu yang menyebabkan korban akhirnya mengembuskan napas terakhirnya.

"Kondisinya semakin menurun bahkan sempat dua kali koma," ujar Sulton.

6 orang ditangkap

Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan mengungkapkan, polisi sudah menangkap enam terduga pelaku.

Di antara enam orang tersebut ada yang masih di bawah umur.

Mereka adalah D (17), AS (20), ARG (15), S (19), dan HS (17).

"Pelaku sudah diamankan, masih dalam proses penyidikan lebih lanjut," katanya.

Para pelaku terancam dijerat Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan.

Polisi juga menyita sejumlah barang bukti seperti enam unit telepon genggam dan pakaian korban saat kejadian. (*)

Diolah dari artikel Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Tags:
berita viral hari inisilatpesilatMadiun
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved