Breaking News:

Berita Viral

'Diseret di Atas Salju' Pendaki Malaysia Beruntung Selamat, Menggigil di Zona Kematian Everest

NGERI detik-detik pendaki Malaysia diselamatkan saat menggigil di Zona Kematian Everest. Tubuhnya diseret di atas salju karena sulitnya evakuasi.

Editor: Suli Hanna
Twitter/ Saurabh Sharma
Aksi heroik penyelamatan pendaki Malaysia di Zona kematian Gunung Everest 

Sementara Gunung Everest yang terletak di perbatasan Nepal dan Tibet ini memiliki ketinggian lebih dari 8.000 meter.

Gejala penyakit ketinggian yang dapat menyerang pendaki meliputi mual, sakit kepala, pusing, dan kelelahan. Kendati demikian, penyebab utama dari penyakit ketinggian adalah kekurangan oksigen.

Di Perkemahan Pangakalan Everest di Gletser Khumbu yang terletak di ketinggian 5.400 meter, kadar oksigen sekitar 50 persen dari kadar oksigen di permukaan laut.

Itu akan kembali turun menjadi sepertiga di puncak Everest.

"Penurunan tekanan barometrik dan oksigen yang Anda dapatkan memiliki efek yang sangat merusak pada otak dan tubuh," kata Eric Weiss, profesor kedokteran darurat di Stanford Wilderness Medicine Fellowship.

Menurut National Health Service (NHS), jika seseorang mengalami penyakit ketinggian ringan, mereka tidak boleh naik lebih tinggi lagi selama 24 hingga 48 jam.

Jika gejala tidak membaik atau justru memburuk, NHS menyarankan untuk turun 500 meter dari ketinggian awal.

Oleh karenanya, sangat penting memperhatikan faktor risiko berbahaya terhadap kesehatan saat pendaki melakukan pendakian untuk menaklukkan Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia ini.

Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia.

Apabila seseorang yang melakukan pendakian hingga ke puncak gunung, maka ia dapat mengalami penyakit ketinggian yang parah.

Kondisi itu merupakan keadaan darurat medis yang memerlukan penanganan medis segera dan orang yang mengalaminya harus segera turun ke ketinggian yang lebih rendah.

Pasalnya, penyakit ketinggian tersebut di antaranya dapat menyebabkan edema paru atau serebral, yang masing-masing merupakan penumpukan cairan di paru-paru dan otak.

Gejala-gejala ini sering terjadi bersamaan dan merupakan upaya tubuh untuk mendapatkan lebih banyak oksigen ke organ-organ vital tersebut sebagai respons terhadap kondisi minim oksigen di ketinggian.

Penumpukan cairan di otak ini dapat mengakibatkan hilangnya koordinasi dan masalah dengan proses berpikir, bahkan dapat menyebabkan koma hingga kematian.

Sedangkan penumpukan cairan di paru-paru dapat membuat seseorang sulit bernapas dan secara fisik memaksakan diri.

Pada akhirnya dapat menyebabkan kematian melalui proses yang mirip dengan tenggelam.

Weiss pun menyebut cara paling aman untuk mendaki Gunung Everest adalah mencapai pucak pada waktu tertentu, supaya bisa turun selagi masih memiliki sisa oksigen.

(Surya.co.id/ Christine Ayu Nurchayanti)

Diolah dari artikel Surya.co.id.

Sumber: Surya
Tags:
pendakiMalaysiaGunung EverestGelje SherpaChina
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved