Breaking News:

Pembunuhan Dosen di Jambi

Sadis! Senjata Bripda Waldi saat Habisi Dosen Erni Akhirnya Terungkap, Sempat Makan Malam Bersama

Alat yang digunakan Bripda Waldi untuk merenggut nyawa sang dosen Erni bukan senjata api atau pisau melainkan gagang sapu.

Editor: jonisetiawan
Kolase TribunTrends/Istimewa
POLISI BUNUH DOSEN - Terungkap sudah alat yang digunakan Bripda Waldi untuk merenggut nyawa dosen Erni, bukan senjata api atau pisau melainkan gagang sapu, polisi bongkar fakta mengejutkan. 
Ringkasan Berita:
  • Bripda Waldi membunuh dosen wanita EY menggunakan gagang sapu
  • Pelaku bersandiwara setelah pembunuhan, berpura-pura tidak tahu apa-apa dengan membalas pesan adik korban
  • Polisi menjerat Bripda Waldi dengan pasal pembunuhan berencana

TRIBUNTRENDS.COM - Malam yang semula tenang di Perumahan Al Kautsar, Kabupaten Bungo, berubah menjadi tragedi kelam.

Dosen wanita berinisial EY (37) ditemukan tak bernyawa di kamar tidurnya, tubuhnya terbujur kaku lehernya menanggung jejak kekerasan yang tak seharusnya dilakukan oleh seorang penegak hukum.

Pelakunya bukan orang asing. Ia adalah Bripda Waldi Adiyat (22), seorang anggota Polres Tebo yang seharusnya menegakkan hukum, bukan mengingkarinya.

Tragisnya, alat yang digunakan untuk merenggut nyawa sang dosen bukan senjata api atau pisau melainkan gagang sapu, benda sederhana yang menjadi saksi bisu keji malam itu.

Baca juga: Kejam Sekali! Bripda Waldi Akting Kaget Usai Bunuh Dosen Erni, Ciptakan Ilusi Korban Masih Hidup

Makan Malam yang Berujung Maut

Menurut hasil penyelidikan, hubungan antara korban dan pelaku bukanlah pertemuan satu malam.

Keduanya sempat makan malam bersama di Kota Muara Bungo, sebelum akhirnya menuju rumah korban sekitar pukul 23.30 WIB.

“Sebelum peristiwa ini terjadi, korban dan pelaku sempat pergi makan di salah satu tempat di Kota Muara Bungo.

Setelah itu korban dan pelaku pulang ke rumah korban sekira pukul 23.30 WIB,” ujar Kapolres Bungo AKBP Natalena Eko Cahyono.

Namun, suasana hangat itu tak bertahan lama.

Begitu tiba di rumah, pertengkaran pecah antara keduanya sebuah cekcok yang kemudian berujung pada tindakan fatal.

Dalam keadaan emosi, Waldi kehilangan kendali.

Ia mencabut gagang sapu, dan dengan benda itulah ia mencekik leher korban hingga napasnya terhenti.

“Pelaku mengaku menghabisi korban menggunakan gagang sapu.

Saat korban dalam posisi terbaring, pelaku mencekik leher korban dengan gagang sapu hingga korban kehabisan napas dan meninggal dunia,” kata Kapolres Natalena.

Polisi menangkap Waldi, anggota Propam Polres Tebo, yang membunuh EY (37) dosen di Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, Minggu (2/11/2025).
Polisi menangkap Waldi, anggota Propam Polres Tebo, yang membunuh EY (37) dosen di Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, Minggu (2/11/2025). (Polres Bungo)

Setelah Napas Terakhir: Harta Korban Dikuras

Namun kekejaman Waldi tak berhenti pada pembunuhan.

Setelah memastikan korban tak lagi bernyawa, ia mengambil harta benda korban dari sepeda motor Honda PCX, mobil Honda Jazz, hingga perhiasan dan telepon genggam.

Aksi keji itu memperjelas motif ganda: antara emosi dan keserakahan.

Kapolres Bungo menegaskan bahwa penyidik telah menetapkan pasal berlapis terhadap pelaku.

“Sampai saat ini kita sudah memberlakukan pasal yang disangkakan, yakni Pasal 340 subsider 338 KUHP, kemudian Pasal 351 ayat 3, serta juncto Pasal 181 KUHP.

Dengan pasal-pasal tersebut, kasus ini termasuk pembunuhan berencana,” tegas AKBP Natalena.

Baca juga: Bukti Mengerikan di RS! Bripda Waldi Pakai Sarung Tangan untuk Hilangkan Jejak Usai Bunuh Dosen Erni

Ia menambahkan, penyidikan dilakukan secara transparan dan profesional, mengingat pelaku merupakan anggota Polri.

“Kami menghimbau agar masyarakat menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini kepada pihak kepolisian.

Kasus ini akan kami tuntaskan dan proses sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di Polri,” pungkasnya.

Aktor yang Bermain Dua Wajah

Usai melakukan pembunuhan, Bripda Waldi berubah menjadi aktor yang dingin dan manipulatif.

Ia berpura-pura tidak tahu-menahu soal keberadaan korban, bahkan menjawab pesan dari adik korban seolah dirinya hanya teman lama.

Dalam percakapan yang viral di media sosial, adik korban disebut bernama Anis sempat menanyakan kondisi rumah sang kakak.

Namun Waldi berkelit, bahkan menyarankan untuk mendobrak pintu rumah korban, seakan ia sendiri khawatir.

“Kak kami ni kurang tau kalo soal itu kak. Kami ni la dak ado komunikasi lagi samo dio kak,” tulis Waldi, menanggapi pesan adik korban.

Saat Anis panik karena kakaknya tak bisa dihubungi dan mobil korban menghilang, Waldi tetap memainkan perannya dengan halus.

“Kami pun bingung kak. Ko kami yg ditanya tanya,” balasnya datar.

Namun ketika Anis akhirnya mengabarkan bahwa EY telah ditemukan meninggal dunia, Waldi masih sanggup bersandiwara.

“Seriusan kak? Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Turut berduka cita kak. Dak nyangka kami ini kak,” balasnya seolah ia bukan pelaku yang baru saja menghilangkan nyawa korban.

Akhir Sebuah Kebohongan

Drama kebohongan Waldi tak berlangsung lama.

Penyidik menemukan bukti kuat dari jejak digital hingga barang-barang milik korban yang dibawa kabur yang menjeratnya tanpa ruang untuk berkelit.

Kini, Bripda Waldi bukan lagi aparat yang menegakkan hukum, melainkan tersangka pembunuhan berencana yang menodai seragam yang ia kenakan.

Tragedi ini menjadi tamparan keras bagi institusi kepolisian, sekaligus luka mendalam bagi dunia pendidikan, yang kehilangan salah satu pendidik terbaiknya dengan cara yang begitu tragis.

Di ruang sepi rumah itu, mungkin gagang sapu masih tergeletak diam, namun menyimpan cerita kelam: tentang cinta yang berubah jadi maut, dan janji perlindungan yang berbalik menjadi pengkhianatan.

***

(TribunTrends/Sebagian artikel diolah dari TribunJambi)

Tags:
Bripda WaldiErni Yuniatidosen
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved