Breaking News:

Berita Viral

Tragedi Mengerikan: Anak Bunuh Ibu dan Saudara Kandung Gegara Game Online, Divonis 100 Tahun Penjara

Remaja bernama Zain Ali di Lahore dihukum 100 tahun penjara setelah terbukti bersalah membunuh ibu dan 3 saudara kandung karena game online.

Penulis: joisetiawan
Editor: Tim TribunTrends
Generated by AI/JIS
REMAJA BUNUH KELUARGA - Seorang remaja bernama Zain Ali di Lahore dijatuhi hukuman 100 tahun penjara setelah terbukti bersalah membunuh ibu dan 3 saudara kandung karena game online. Foto diolah pada 30 September 2025. 

TRIBUNTRENDS.COM - Kasus pembunuhan keluarga di Lahore, Pakistan, yang sempat menggemparkan publik akhirnya mencapai putusan pengadilan.

Seorang remaja bernama Zain Ali dijatuhi hukuman 100 tahun penjara setelah terbukti bersalah membunuh ibu, kakak laki-laki, serta dua adik perempuannya.

Adapun pembunuhan itu terjadi karena adanya ledakan emosi yang dipicu obsesinya terhadap gim daring PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG).

Baca juga: Gara-gara Terobsesi Film dan Game Online, Bocah Ini Nekat Bakar 13 Rumah di Sukabumi Jawa Barat

Putusan Mengejutkan dari Pengadilan Lahore

Putusan tersebut dibacakan pada Rabu (24/9/2025) oleh Hakim Riaz Ahmed di pengadilan Lahore.

Zain Ali, yang saat kejadian berusia 14 tahun, dijatuhi hukuman empat kali penjara seumur hidup, masing-masing 25 tahun untuk setiap korban sehingga totalnya mencapai 100 tahun.

“Hukuman mati tidak dijatuhkan karena usia terdakwa masih sangat muda ketika melakukan kejahatan ini,” jelas hakim dalam persidangan.

“Namun, perbuatannya jelas dipengaruhi kecanduan, di mana sebuah permainan bisa lebih kuat dari ikatan keluarga.”

Ilustrasi pembunuhan
REMAJA BUNUH KELUARGA - Ilustrasi pembunuhan, seorang remaja bernama Zain Ali dijatuhi hukuman 100 tahun penjara setelah terbukti bersalah membunuh ibu, kakak laki-laki, serta dua adik perempuannya.  (Kolase Tribunnews)

Remaja yang Terobsesi Game

Ali diketahui tinggal bersama keluarganya di kawasan padat Kahna, Lahore.

Disebut sebagai “pecandu berat PUBG,” ia menghabiskan sebagian besar waktunya terkunci di dalam kamar, tenggelam dalam dunia pertempuran virtual.

Sumber kepolisian mengatakan, perilaku agresif Ali sering muncul saat ia gagal mencapai target dalam permainan.

Sang ibu, Nahid Mubarak (45), berkali-kali menegur anaknya karena kecanduan itu, namun teguran tersebut justru menambah ketegangan dalam keluarga.

PUBG sendiri merupakan gim online multiplayer dengan format battle royale, di mana 100 pemain saling bertarung hingga tersisa satu pemenang terakhir.

Popularitasnya yang besar, terutama di Asia Selatan, juga dibarengi kontroversi terkait dampak negatif bagi kesehatan mental remaja.

Baca juga: Wanita Baru Menikah Dipukul Teflon Sampai Buta oleh Suami, Gegara Tolak Top-up Game Online

Malam Berdarah yang Menghancurkan Keluarga

Menurut laporan polisi, pada hari tragedi, Ali bermain gim selama berjam-jam dan gagal menyelesaikan salah satu misinya. Saat itu juga, ia ditegur oleh ibunya.

Emosi memuncak, ia kehilangan kendali, lalu mengambil pistol berlisensi milik sang ibu.

Dalam keadaan marah, Ali masuk ke kamar di mana ibunya tengah beristirahat bersama kedua adiknya. Tanpa ampun, ia melepaskan tembakan.

Sang ibu, kakak laki-laki Taimur (20), serta dua adik perempuannya, Mahnoor (15) dan Jannat (10), tewas seketika di tempat tidur mereka.

Peristiwa itu menyisakan luka mendalam, tidak hanya bagi kerabat dekat, tetapi juga bagi masyarakat Lahore yang terguncang melihat bagaimana sebuah gim bisa menyeret seorang anak membunuh darah dagingnya sendiri.

Analisis Psikolog: Lebih dari Sekadar Game

Kasus ini kemudian memicu diskusi serius di kalangan pakar kesehatan mental.

Psikolog Muhammad Ali Khan dari Islamabad menyebut kemungkinan adanya gangguan psikologis yang tidak terdiagnosis pada diri pelaku.

“Sulit memastikan apa yang dipikirkan pelaku tanpa asesmen langsung,” jelasnya kepada VICE World News.

“Namun, sejumlah diagnosis bisa dipertimbangkan, mulai dari gangguan psikotik, masalah pengelolaan amarah, depresi, gangguan bipolar, hingga impulse control disorder (gangguan kendali impuls).”

Menurutnya, kecanduan gim hanyalah pemicu permukaan. Ada kemungkinan faktor kejiwaan yang lebih dalam, yang tidak tertangani sejak dini.

Kecanduan yang Merenggut Nyawa

Pengadilan menekankan bahwa kasus ini harus menjadi peringatan serius.

“Inilah bukti ketika kecanduan lebih berkuasa daripada ikatan darah,” kata Hakim Riaz Ahmed dalam putusannya.

Vonis ini tidak hanya menutup lembaran hitam sebuah keluarga, tetapi juga membuka kembali perdebatan mengenai dampak permainan daring terhadap generasi muda.

Apakah gim semacam PUBG sekadar hiburan, atau justru dapat menjadi ancaman laten ketika tidak dikendalikan dengan baik?

Pertanyaan yang Masih Menggantung

Hingga kini, pihak pengembang PUBG, Krafton, belum memberikan komentar terkait kasus ini.

Namun publik di Pakistan menuntut regulasi lebih ketat mengenai akses gim daring, terutama untuk anak-anak dan remaja.

Kisah tragis Zain Ali menjadi gambaran pahit bahwa hiburan digital bisa berubah menjadi malapetaka bila kehilangan kendali.

Seorang remaja yang seharusnya masih berada di bawah bimbingan keluarga, justru menghabisi keluarga itu sendiri hanya karena tidak mampu keluar dari dunia maya yang ia anggap nyata.

***

(TribunTrends/Jonisetiawan)

Tags:
Zain Alipembunuhan keluarga di LahoreNahid Mubarak
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved