Siswa-siswi Wajahnya Pucat, Ada 350 Korban Keracunan Massal MBG Bandung, Padahal Baru Jalan 2 Minggu
Kisah di balik belum matangnya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang harus membuat anak-anak Indonesia merasakan sakit.
Editor: Sinta Manila
TRIBUNTRENDS.COM - Kisah di balik belum matangnya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang harus membuat anak-anak Indonesia merasakan sakit.
Seperti yang terjadi di Bandung Barat, sebanyak lebih dari 350 anak menjadi korban keracunan massal program MBG.
Posko dan ranjang darurat dipasang untuk merawat siswa-siswi yang jadi korban kurang siapnya program pemerintah ini.
Baca juga: Kisah Pilu di China, Balita yang Bertahan Hidup Sendirian Setelah Ibunya Meninggal Dunia

Suasana di posko kesehatan Kecamatan Cipongkor terlihat lengang pada Selasa (23/9/2025) siang.
Deretan ranjang darurat yang semalam dipenuhi siswa-siswi dengan wajah pucat kini hanya menyisakan enam pasien.
Dari lebih 350 korban keracunan massal, satu nama mencolok perhatian: Amalia Husna Khodijah, bocah perempuan berusia 5 tahun yang terbaring di ranjang darurat dengan selang infus terpasang di lengan kirinya.
“Mamah hayu uih (Mamah ayo pulang),” ucap Amalia lirih, kalimat sederhana yang menggugah perasaan sang ibu, Nining, hingga membuatnya meneteskan air mata.
Di posko, para relawan menyebut Amalia sebagai korban termuda.
Meski baru berusia lima tahun dan masih di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), bocah ini harus menanggung derita yang biasanya hanya diceritakan dalam novel-novel tentang kelalaian.
Nining, sang ibu, duduk termangu di sisi ranjang.

Matanya yang lelah berusaha mencari ketegaran di tengah suasana posko yang kusam.
“Gak ada muntah, cuma sakit perut dan demam. Demamnya sampai 36 derajat,” ungkap Nining.
Amalia adalah salah satu dari ribuan anak yang menyantap menu makan bergizi gratis (MBG) pada Senin sore.
Program yang diusung dengan niat baik pemerintah ini, berakhir tragis bagi Amalia.
“Isinya ada sayur, nasi, sama daging ayam. Yang dimakan daging ayamnya saja,” tutur Nining.
Nining masih mengingat jelas bagaimana ia menyuapi Amalia dengan lahap.
Tidak ada bau aneh, tidak ada tanda bahaya, hanya ayam kecap, lauk favorit anak-anak.
Namun, di balik kesedihan ini, Nining tidak ingin menyalahkan siapa pun.
“Berharap mah ada. Ya karena ini program pemerintah, dan masyarakat hanya sebagai penerima. Saya sih cuma minta diperbaiki saja. Enggak ada yang mau kena musibah seperti ini,” kata Nining.
MBG Baru Mulai 2 Minggu
Ironisnya, program makan bergizi ini baru berjalan dua minggu.
Dalam waktu singkat, program ini sudah menciptakan headline yang lebih pahit daripada kopi robusta tanpa gula.
Negeri ini tampaknya mahir dalam merancang program dengan niat baik, tetapi sering kali lupa memasang “rem darurat” ketika niat tersebut menyimpang.
Sungguh tragis, tidak ada ibu yang tega menyalahkan, namun negara seharusnya tidak bersembunyi di balik keteguhan seorang Nining.
Meskipun Nining bisa memaafkan, perut anak-anak tidak bisa berdamai dengan ayam kecap yang tercemar.
Amalia, dengan selang infus di tangan mungilnya, kini menjadi saksi hidup bahwa negeri ini terkadang tersedak oleh masakannya sendiri.
(TribunTrends.com/Kompas.com)
Sumber: Kompas.com
Bocah 13 Tahun di Amerika Meninggal Terinfeksi Amoeba Pemakan Otak, Punya Kebiasaan Pemicu Tertular |
![]() |
---|
Usai Disebut 'Buku Sampah', Publik Menanti Langkah Balasan Roy Suryo Cs soal Jokowi’s White Paper |
![]() |
---|
Boneka Barbie Tiba-tiba Lengannya Kekar Berotot, Atlet Ilona Maher Pamerkan Standar Kecantikan Baru |
![]() |
---|
Setelah Banjir Protes, Purbaya Janjikan Kabar Baik untuk Kepala Daerah: Dana Akan Pulih Tahun Depan |
![]() |
---|
Gadis Balita Dinobatkan Jadi Dewi Kehidupan Baru di Nepal, Disembah dan Memberkati Umat Hindu Buddha |
![]() |
---|