TRIBUNTRENDS.COM - Inisiator Aliansi Masyarakat Pati Bersatu (AMPB), Ahmad Husein, mendadak mengubah pendiriannya.
Hanya sehari setelah menyatakan akan menurunkan 50 ribu massa untuk mendesak pemakzulan Bupati Pati Sudewo, ia justru mengumumkan pembatalan aksi.
Perubahan sikap ini muncul setelah Husein melakukan komunikasi langsung dengan Bupati Sudewo melalui panggilan video, memunculkan tanda tanya besar: apa yang terjadi di balik “damai mendadak” ini?
Baca juga: Merasa Masih Layak Pimpin Pati, Bupati Sudewo Enggan Mundur Meski Didemo: Saya Dipilih Rakyat!
Sejarah dan Latar Belakang AMPB
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan kontroversial Bupati Pati, Sudewo, yang pada tahun 2025 menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) hingga 250 persen.
Awal Mula Gerakan
- Pemicu: kenaikan PBB-P2 yang dinilai sangat memberatkan warga, terutama pasca pandemi.
- Tokoh: Ahmad Husein, warga sipil yang kemudian menjadi inisiator sekaligus ketua AMPB.
- Gerakan awal: setelah aksi mahasiswa pada Juni 2025 gagal, Husein bersama sejumlah aktivis menggagas AMPB sebagai wadah perlawanan rakyat.
AMPB pun menjadi aliansi terbuka yang menaungi petani, pedagang kecil, buruh, hingga mahasiswa.
Tuntutan AMPB
- Membatalkan kenaikan PBB-P2 sebesar 250 persen.
- Meninjau ulang kebijakan fiskal yang dianggap tidak adil.
- Mendesak transparansi serta partisipasi publik dalam penetapan NJOP dan pajak daerah.
Aksi Pertama
Tanggal: 13 Agustus 2025
Lokasi: Kantor Bupati Pati
Massa: sekitar 15 ribu orang turun ke jalan
Fasilitas: Posko donasi di Simpang Lima Pati untuk menampung bantuan dari warga
Aksi ini sempat menjadikan AMPB simbol perlawanan rakyat Pati. Namun, menjelang aksi kedua yang dijadwalkan pada 25 Agustus 2025, perpecahan mulai terjadi di tubuh aliansi.
Ahmad Husein Membatalkan Aksi Lanjutan
Pada awalnya, Ahmad Husein bahkan berencana menggelar aksi lebih besar dengan target 50 ribu massa.
Tujuannya jelas: mendesak DPRD Kabupaten Pati menuntaskan Pansus Hak Angket untuk memakzulkan Bupati Sudewo.
Namun, hanya berselang sehari, Husein berubah sikap. Ia secara terbuka menyebut aksi 25 Agustus 2025 resmi batal, sekaligus menyatakan dirinya menarik diri dari sebagian kelompok yang masih bertahan di depan Gedung DPRD Pati.
“Sudah batal, saya sudah tidak berkecimpung di sana lagi dan masyarakat sudah saya kasih tahu, 25 batal.
Pertimbangannya, semakin saya lihat, orang-orang itu semakin melenceng jauh. Kayak-kayak ditunggangi politik. Kalau saya dari awal riil dari masyarakat,” jelas Husein kepada TribunJateng.com via sambungan telepon, Selasa (19/8/2025).
Menurut Husein, gerakan yang masih berlangsung sudah tidak murni lagi, melainkan dimanfaatkan oleh pihak berkepentingan politik.
Baca juga: Dosa Masa Lalu Bupati Pati Sudewo, Ternyata Pernah Terjerat Kasus Suap, JCW: Kok Bisa Ikut Pemilu?
Damai dengan Bupati Sudewo
Husein mengakui bahwa dirinya telah melakukan panggilan video dengan Bupati Sudewo. Dalam percakapan itu, ia menyampaikan aspirasi rakyat yang menurutnya langsung diterima oleh sang bupati.
“Betul, saya tadi video call-an sama Pak Bupati. Pertama, saya dulu yang menghubungi, kemudian saya ditelepon Pak Bupati.
Beliau posisi lagi di kantor. Aspirasi saya diterima Bupati dari bawah, ibaratnya Kepala Desa, saya suruh tekan Bupati agar pembangunannya maksimal,” ucapnya.
Atas dasar itu, Husein menyatakan sudah berdamai dengan Sudewo.
“Saya secara pribadi sudah tidak ada tuntutan Sudewo lengser. Kalau saya dari awal kan memang dari masyarakat, tidak ada tunggangan politik,” ujarnya.
Husein bahkan berencana mengurus legalitas nama AMPB sebagai organisasi resmi, meski ia menegaskan tidak lagi ikut dalam gerakan yang sedang berjalan.
Tuduhan Terima Suap dan Risiko Politik
Husein sadar bahwa sikapnya ini akan menimbulkan tudingan negatif, termasuk kemungkinan dianggap menerima suap. Namun, ia mengaku tidak peduli.
“Biarin saja, besok kelihatan (apakah saya disuap atau tidak). Wong omahku yo elek wae kok (rumahku juga jelek-jelek saja kok),” tandasnya.
Reaksi dari Rekan AMPB
Sementara itu, dua koordinator lain di AMPB, yakni Teguh Istiyanto dan Supriyono alias Botok, menegaskan bahwa mereka tetap konsisten memperjuangkan pemakzulan Bupati Sudewo.
“Bahwa AMPB bukan suatu organisasi, melainkan kumpulan pejuang yang sifatnya kolektif, tidak bertumpu pada satu tokoh atau satu orang saja.
Jika Mas Husein menyatakan keluar dari kelompok kami, sudah tidak satu gerbong perjuangan lagi, kami hormati,” kata Teguh.
Mereka menilai, langkah Husein hanyalah keputusan pribadi. Perjuangan akan terus dilanjutkan melalui pengawalan proses Pansus Hak Angket di DPRD Pati, bukan dengan demo susulan.
“Kami sepakat tetap menyampaikan aspirasi masyarakat Pati untuk segera melengserkan Sudewo,” tegas Supriyono.
Kasus ini menunjukkan dinamika gerakan rakyat yang kompleks. Dari semangat melawan kebijakan pajak yang dianggap memberatkan, kini AMPB menghadapi perpecahan internal.
Ahmad Husein memilih berdamai dengan bupati, sementara rekan-rekannya masih teguh memperjuangkan pemakzulan lewat jalur hukum dan politik.
Publik kini menunggu, apakah perjuangan ini akan tetap berjalan murni atau justru semakin keruh oleh kepentingan politik.
***
(TribunTrends/TribunJateng)