"Katanya sesak dan alat pernapasan diganti lalu dipasang oksigen paling besar, pagi itu Mpok sudah gelisah banget, enggak bisa diam," jelas Aji.

Perilaku gelisah itu begitu kentara.

 Mpok Alpa terlihat resah, bahkan tidak nyaman dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Saya selimuti, selimutnya ditendang, sampai Mpok Alpa minta alat pernapasannya dicopot," lanjutnya.

Situasi kian menegangkan.

Baca juga: Kesaksian Tetangga Mpok Alpa, Sang Komedian Tinggalkan Warisan Kebaikan: Setiap Musala Dibantu

Sang suami menyaksikan langsung penderitaan istri tercintanya yang semakin sulit bernapas.

"Dia bilang napasnya sudah susah, kesakitan dan enggak kuat, sampai saya panik dan saya tidurin istri di pangkuan saya," kenang Aji, suaranya nyaris tak terdengar menahan emosi.

Di tengah kekalutan dan kecemasan yang tak bisa dihindari, Aji mencoba untuk tetap tegar.

Ia lalu membimbing istrinya untuk membaca kalimat syahadat, sebuah pengakuan iman yang diyakini umat Islam sebagai bekal terakhir menuju keabadian.

"Dia mengikuti sampai habis, dan enggak lama kemudian meninggal," kata Aji Darmaji dengan mata berkaca-kaca.

Tak kuasa menahan kesedihan, tubuh Aji akhirnya ambruk di sofa rumah sakit.

Rasa kehilangan yang begitu mendalam membuatnya sesak napas dan nyaris tak mampu berdiri.

Dalam sekejap, hidupnya berubah. Ia bukan lagi seorang suami yang mendampingi sang istri, melainkan seorang duda yang harus menguatkan diri demi anak-anak yang masih kecil.

(TribunTrends.com/WartaKotalive.com/ Disempurnakan dengan bantuan AI)