"Tidak bermaksud menyudutkan siapapun," tambahnya, mencoba menegaskan bahwa niatnya adalah mencari keadilan, bukan menyulut konflik.
Namun emosi kembali meletup saat ia menyerukan tuntutannya kepada para pelaku.
"Para pelaku harus bertanggungjawab dan dihukum seberat-beratnya bahkan hukuman mati, termasuk pemecatan. Pengamanan personil tidak beraturan."
Ia mendesak agar proses hukum dilaksanakan terbuka dan transparan, tanpa ada yang ditutupi.
"Ankum harus pertanggungjawabkan semua yang terjadi di dalam satuan yang dipimpin olehnya.
Proses pelaku secepatnya dengan transparan dan terbuka," katanya, kali ini nadanya bergetar antara amarah dan tangis.
Tak hanya sang ayah, Lusi Namo, kakak kandung almarhum Prada Lucky, juga menyampaikan suara hatinya.
Ia bicara dengan lirih namun penuh ketegasan.
Bagi Lusi, Lucky bukan hanya adik—ia adalah sandaran ibu mereka.
Tempat pelipur lara bagi Paulina yang kini hancur karena kehilangan.
"Saya berharap keadilan untuk adik saya, jangan ada yang ditutup-tutupi," katanya.
Kalimat itu meluncur seperti jeritan batin yang belum sempat terobati.
Menanggapi curahan luka dari keluarga Namo, Mayjen TNI Piek Budyakto mengambil sikap.
Ia menyimak, mencatat, dan menjanjikan satu hal yang dipegang teguh, yaitu keadilan akan ditegakkan.
"Permintaan keluarga, Sersan Mayor Kristian ingin keadilan ditegakkan dan proses hukum seadil-adilnya.
Tidak pandang bulu, seluruhnya kita periksa sesuai mekanisme," ucapnya dengan nada penuh tanggung jawab.
(TribunTrends.com/ Tribunflores.com/ Disempurnakan dengan bantuan AI)