TRIBUNTRENDS.COM - Duka mendalam menyelimuti keluarga besar TNI setelah tewasnya Prada Lucky Chepril Saputra Namo.
Di balik tragedi itu, suara paling lantang datang dari sang ayah, Serma Christian Namo, yang kini menjadi simbol perlawanan dan permintaan keadilan di tengah institusi militer yang ia sendiri bela selama puluhan tahun.
Puluhan Tahun Mengabdi, Kini Hanya Bisa Menangis
Serma Christian bukan sosok biasa. Ia adalah prajurit senior yang telah mengabdikan hidupnya di TNI sejak 1994.
Berasal dari Nusa Tenggara Timur, ia saat ini menjabat sebagai Plt Danramil 1627-02 Pantai Baru, Rote Ndao, di bawah Kodim 1627 Rote Ndao.
Namun pengabdiannya selama 31 tahun itu seolah tak berarti, ketika putra kesayangannya justru tewas secara tragis di tangan rekan-rekannya sendiri sesama prajurit.
Baca juga: Wajah Prada Lucky di NTT Dipukul & Berdarah, Wanita Ngaku Pacar Prajurit Dikirimi Foto Sekali Lihat
Tuntutan Keadilan dari Dalam Barisan
Sebagai anggota aktif TNI, Serma Christian berdiri di tengah barisan prajurit, bukan untuk memberi komando, tapi untuk menuntut keadilan.
"Saya masih sah jadi tentara, jiwa saya merah putih. Saya sudah 31 tahun berdinas TNI, baru pertama terjadi di diri saya. Apa ini balasan buat saya? saya hanya menuntut keadilan, negara tidak bisa bantu saya kah?" tutur Serma Christian Namo.
Kemarahan dan kekecewaannya memuncak, terutama ketika proses autopsi jenazah Prada Lucky mengalami hambatan administrasi.
Perjuangan Melawan Sistem yang Ia Dukung
Saat jenazah putranya dibawa ke RS Wira Sakti Kupang, tak ada dokter forensik yang tersedia. Ketika dipindahkan ke RS Bhayangkara, pihak rumah sakit meminta surat pengantar dari polisi agar autopsi bisa dilakukan.
Birokrasi itu menyulut emosi Serma Christian, yang merasa perjuangannya selama puluhan tahun dibalas dengan pengabaian.
"Nyawa saya taruhan. Percuma Indonesia, bubarkan Indonesia, merah putih saya pakai buat apa hah? biar tidak ada Lucky Lucky yang lain.
Anak tentara aja dibunuh kok, bagaimana mau yang lain? saya tidak punya kekuatan, tapi keadilan, Tuhan pasti mendukung kok, yang penting berani." kata Serma Christian Namo.
Air Mata dan Penyesalan Seorang Ayah
Serma Christian tak hanya marah. Di balik sorotan mata tajamnya sebagai tentara senior, ia hanyalah seorang ayah yang kehilangan anak.
"Anak ganteng, Lucky. Bapa salah, Bapak salah kasih lu kerja Lucky."
"Bapak sudah bilang, kenapa lu mau jadi tentara. Bapak minta maaf." tutur Serma Christian Namo.
Tangisnya pecah di pemakaman. Serma Christian menjadi sosok paling histeris, menolak diam meski situasi mengharuskannya bersabar.
"Jangankan Prabowo, dunia harus tahu!" ujar Serma Christian Namo.
Baca juga: Kematian Prada Lucky: 4 Prajurit TNI Jadi Tersangka, Apa Peran Masing-masing Pelaku?
Langkah Hukum Berjalan, Tapi Luka Tak Mudah Hilang
Setelah desakan publik dan tekanan keluarga korban, 24 prajurit TNI diperiksa oleh penyidik Polisi Militer terkait kasus ini.
Komandan Kompi C Yonif TP 834/WM, Lettu Inf Rahmat, menyampaikan:
"Setelah melakukan olah tempat kejadian perkara, tim menemukan empat orang terduga pelaku pemukulan terhadap almarhum Prada Lucky. Keempat terduga pelaku tersebut berpangkat Pratu."
Para tersangka kini telah diamankan di Sub Denpom Ende dan masih dalam proses pemeriksaan.
***
(TribunTrends/Disempurnakan oleh AI/Tribunbogor)