2. Integrasi PSE dalam Konten Akademik (Kurikulum)
PSE tidak diajarkan terpisah, melainkan disisipkan dalam mata pelajaran.
- Diskusi Kritis: Dalam pelajaran Bahasa Indonesia atau IPS, kami menganalisis karakter dalam cerita atau peristiwa sejarah, fokus pada motivasi, perasaan, dan konsekuensi keputusan mereka. Ini melatih kesadaran sosial (empati) dan pengambilan keputusan bertanggung jawab.
- Proyek Kolaboratif: Untuk tugas kelompok, kami secara eksplisit membahas strategi kerjasama, pembagian tugas yang adil, penyelesaian konflik, dan komunikasi efektif. Saya akan menjadi fasilitator, bukan pemecah masalah, saat konflik muncul, membimbing mereka menemukan solusi sendiri (keterampilan berelasi, manajemen diri).
- Refleksi Diri dalam Penugasan: Setelah mengerjakan tugas, siswa diminta merefleksikan tidak hanya hasil akademiknya, tetapi juga prosesnya. "Apa yang membuatmu frustrasi?" "Bagaimana kamu mengatasi kesulitan itu?" "Apa yang kamu pelajari tentang dirimu saat bekerja dalam kelompok ini?" Ini mengembangkan kesadaran diri dan manajemen diri.
3. Pengajaran PSE Secara Eksplisit (Sesi Terfokus)
Meskipun terintegrasi, terkadang diperlukan sesi khusus untuk mendalami kompetensi tertentu.
- "Kotak Alat Emosi": Kami membahas berbagai strategi sehat untuk mengelola emosi sulit (misalnya, mengambil napas dalam, menulis jurnal, berbicara dengan orang dewasa). Ini membangun manajemen diri.
- Permainan Peran (Role Play): Kami mempraktikkan skenario sosial, seperti menolak ajakan yang tidak baik, meminta maaf, atau menyelesaikan perselisihan dengan teman. Ini melatih keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan bertanggung jawab.
- Menetapkan Tujuan: Siswa belajar menetapkan tujuan akademik atau pribadi yang SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound) dan merencanakan langkah-langkah untuk mencapainya, termasuk antisipasi hambatan (manajemen diri, kesadaran diri).
4. Budaya Kelas yang Mendukung PSE (Lingkungan)
Cara guru bersikap dan norma yang dibangun di kelas sangat memengaruhi penerapan CASEL.
- Modeling (Teladan): Saya berusaha menjadi contoh dalam mengelola emosi saya sendiri, mengakui kesalahan, dan menunjukkan empati.
- "Keyakinan Kelas": Kami membuat seperangkat norma atau "keyakinan kelas" bersama yang berfokus pada rasa hormat, tanggung jawab, dan saling mendukung. Siswa ikut berkontribusi dalam menyusunnya.
- Umpan Balik Holistik: Umpan balik yang saya berikan tidak hanya mencakup nilai akademik, tetapi juga upaya dalam kolaborasi, ketekunan, atau cara mereka mengelola emosi.
Secara keseluruhan, bentuk pembelajaran yang menerapkan CASEL di kelas saya adalah sebuah ekosistem yang dirancang untuk mendukung siswa tidak hanya menjadi pintar secara akademik.
Namun juga menjadi individu yang utuh, tangguh secara emosional, dan bertanggung jawab secara sosial. Ini adalah investasi jangka panjang untuk kesuksesan hidup mereka.
Kunci Jawaban Alternatif:
Saat siswa menunjukkan emosi negatif seperti marah, kecewa, dan gelisah saat itulah guru hadir memberi ruang waktu tenang sebelum melanjutkan aktivitas pembelajaran.
Saya juga mencontohkan cara menelola stres saat ujian seperti daengan teknik pernapasan dan juga siswa diberi dilema moral sederhana.
Seperti pertanyaan 'jika kamu melihat teman menyontek, apa yang akan kamu lakukan?' lalu didiskusikan dalam kelompok.
*) Disclaimer: kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 2 PSE Topik 1 Pentingnya CASEL materi Aksi Nyata Pentingnya CASEL dalam artikel ini hanya sebagai referensi bagi guru yang mengikuti PPG 2025 untuk mengerjakan di Ruang GTK.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/TribunTrends.com/Syifaul Azizah)