Kunci Jawaban

Penerapan Experiential Learning Siklus Kolb, yang Perlu Diperhatikan! Modul 2 Topik 3 PPG Terbaru

Editor: Sinta Darmastri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KUNCI JAWABAN - Simaklah dalam Modul 2 Topik 3 adalah pendekatan Experiential Learning, sebuah metode pembelajaran yang menekankan pada proses belajar langsung.

2. Libatkan Emosi dan Keterlibatan Aktif 

Pengalaman yang menyentuh emosi dan motivasi siswa cenderung lebih mudah diingat dan bermakna. 

Oleh karena itu: 

Gunakan simulasi, permainan peran, studi kasus, praktik lapangan, atau proyek nyata. 

Dorong siswa untuk berpikir kritis dan reflektif. 

3. Ciptakan Lingkungan Belajar yang Aman dan Mendukung 

Agar siswa berani mencoba, gagal, dan belajar dari kegagalan: Guru harus membangun suasana yang inklusif, terbuka, dan bebas.

Yang perlu diperhatikan dalam penerapan experiential learning: 

  • Mengikuti Siklus Belajar Kolb Secara Utuh 
  • Relevansi dengan Dunia Nyata 
  • Pecan Guru sebagai Fasilitator 
  • Kesiapan dan Keterlibatan Aktif Peserta Didik 
  • Kegiatan Reflektif yang Mendalam 
  • Penilaian Autentik 
  • Fleksibilitas dan Diferensiasi 

Penerapan experiential learning memerlukan perencanaan yang matang, kegiatan yang bermakna, dan fasilitasi refleksi yang mendalam. 

Jika dilakukan dengan baik, pendekatan ini akan membentuk pembelajaran aktif, kritis, dan berkelanjutan.

Baca juga: School Well-being Dalam Konteks Pendidikan Adalah? Jawaban Latihan Pemahaman Modul 2 PSE PPG 2025

Kunci Jawaban Alternatif: 

Dalam penerapan experiential learning berdasarkan siklus Kolb, beberapa hal krusial perlu diperhatikan:

Pertama, perencanaan aktivitas yang matang dan relevan (fase Concrete Experience). Pengalaman harus dirancang secara spesifik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan relevan dengan kehidupan siswa. Bukan sekadar "melakukan", tapi "melakukan sesuatu yang bermakna" untuk materi yang sedang dipelajari. Guru harus memastikan semua logistik (bahan, alat, waktu) siap dan lingkungan aman.

Kedua, fasilitasi refleksi yang mendalam (fase Reflective Observation). Ini adalah jantung dari experiential learning. Setelah pengalaman, siswa perlu waktu untuk memprosesnya. Guru harus memandu dengan pertanyaan terbuka seperti "Apa yang Anda amati?", "Apa yang Anda rasakan?", "Mengapa hal itu terjadi?". Ini membantu siswa menganalisis pengalaman dari berbagai sudut pandang, bukan sekadar menceritakan.

Ketiga, mendorong konseptualisasi dan pemahaman konsep (fase Abstract Conceptualization). Dari refleksi, siswa harus dibimbing untuk menemukan pola, merumuskan ide, atau menghubungkan pengalaman dengan teori atau konsep yang lebih luas. Ini bukan lagi tentang "apa yang terjadi", tapi "apa artinya itu" dan "prinsip apa yang berlaku". Guru dapat memberikan masukan atau materi pendukung untuk membantu siswa merangkai pemahaman ini.

Keempat, memberi kesempatan untuk eksperimentasi aktif dan aplikasi (fase Active Experimentation). Pengetahuan yang baru ditemukan harus diuji atau diterapkan dalam konteks baru. Ini bisa berupa proyek, pemecahan masalah, atau skenario baru. Tahap ini mengokohkan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk siklus belajar berikutnya.

Halaman
123