Kunci Jawaban

Tantangan Apa yang Bapak/Ibu Hadapi dalam Mempromosikan Kode Etik Guru? Jawaban PPG 2025 Modul 3

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berikut ini kunci jawaban Modul 3 PPG 2025 dengan soal Tantangan Apa yang Bapak/Ibu Hadapi dalam Mempromosikan Kode Etik Guru?

Berikut ini kunci jawaban Modul 3 PPG 2025 dengan soal Tantangan Apa yang Bapak/Ibu Hadapi dalam Mempromosikan Kode Etik Guru?

TRIBUNTRENDS.COM - Ini adalah kunci jawaban untuk salah satu pertanyaan reflektif setelah Anda menyelesaikan Aksi Nyata - Kode Etik Guru pada Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) Topik 3: Kode Etik Guru, Apakah Perilaku Guru Sebagai Pendidik Perlu Diatur?

Pertanyaan spesifik yang akan dijawab di sini adalah: "Tantangan apa saja yang Bapak/Ibu hadapi dalam mempromosikan kode etik guru? Bagaimana Bapak/Ibu mengatasinya?" Ini adalah pertanyaan reflektif nomor 2 dari total tiga pertanyaan yang ada.

Kunci jawaban ini ditujukan bagi Bapak/Ibu guru peserta program Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2025 yang mungkin kesulitan dalam merumuskan jawaban untuk pertanyaan reflektif Aksi Nyata tersebut.

Anda bisa menggunakan contoh jawaban di bawah ini sebagai referensi.

Baca juga: Menurut Konu, Faktor Apa yang Paling Memengaruhi School Well-being? Kunci Jawaban Modul 3 PPG 2025

Aksi Nyata - Kode Etik Guru, Apakah Perilaku Guru Sebagai Pendidik Perlu Diatur? 

Tantangan apa saja yang Bapak/Ibu hadapi dalam mempromosikan kode etik guru? Bagaimana Bapak/Ibu mengatasinya?

Kunci Jawaban: 

Tantangan yang saya hadapi dalam mempromosikan kode etik guru adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang kode etik guru di kalangan guru dan staf. 

Saya mengatasi tantangan tersebut dengan mengusulkan kepada atasan untuk mengembangkan program pelatihan dan workshop tentang kode etik guru.

Kunci Jawaban Alternatif: 

Dalam mempromosikan kode etik guru, saya menghadapi beberapa tantangan yang cukup signifikan. Tantangan utama adalah kurangnya kesadaran dan minat sebagian guru terhadap pentingnya kode etik. 

Beberapa menganggap bahwa kode etik hanya formalitas administratif dan tidak terlalu relevan dengan praktik harian.  Hal ini membuat antusiasme dalam menyimak atau menerapkan isi promosi menjadi rendah.

Tantangan berikutnya adalah keterbatasan waktu dan kesempatan untuk menyampaikan materi secara menyeluruh.

Di tengah padatnya jadwal mengajar dan tugas administratif, sulit menemukan momen yang tepat untuk melakukan promosi secara intensif tanpa mengganggu kegiatan utama sekolah.

Selain itu, ada juga tantangan dalam penyusunan konten yang menarik dan tidak terkesan menggurui. 

Kode etik bersifat normatif dan serius, sehingga jika tidak dikemas dengan tepat, bisa terasa membosankan atau bahkan menimbulkan resistensi dari rekan sejawat.

Halaman
123