Berikut ini kunci jawaban Modul 3 Cerita Reflektif PPG 2025 dengan soal Bagaimana Kita sebagai Guru Dapat Mengakomodasi Mereka?
TRIBUNTRENDS.COM - Ini adalah jawaban untuk pertanyaan cerita reflektif "Peserta didik adalah individual yang unik dan memiliki gaya belajar tertentu.
Bagaimana kita sebagai guru dapat mengakomodasi mereka?".
Pertanyaan ini merupakan bagian dari Modul 2 Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) Experiential Learning dalam program Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025, dengan fokus pada materi Strategi Guru dalam Mengidentifikasi Gaya Belajar Peserta Didik.
Artikel ini dapat Anda jadikan contoh untuk menjawab Cerita Reflektif tersebut, lengkap dengan penjelasannya.
Baca juga: Apa Tanggung Jawab Guru Kepada Sesama Guru sesuai Permendikbudristek No 67 Tahun 2024? Modul 3 PPG
Peserta didik adalah individual yang unik dan memiliki gaya belajar tertentu. Bagaimana kita sebagai guru dapat mengakomodasi mereka?
Jawaban Cerita Reflektif (1):
Saat pertama kali mengajar di kelas VII, saya menyadari bahwa sebagian siswa terlihat tidak antusias saat saya menjelaskan materi secara verbal.
Beberapa tampak gelisah, ada yang mencoret-coret buku, dan ada pula yang tampak enggan mencatat.
Dari situ, saya mulai menduga bahwa gaya belajar mereka tidak semuanya bersifat auditori.
Saya kemudian mencoba membuat variasi metode belajar: menggunakan video, permainan interaktif, dan lembar praktik.
Hasilnya cukup signifikan, siswa yang tadinya pasif mulai aktif bertanya, sedangkan yang senang menggambar ternyata lebih cepat memahami saat saya minta mereka memvisualisasikan materi lewat mind map.
Dari pengalaman itu saya belajar, mengidentifikasi gaya belajar bukan hanya lewat tes formal, tapi juga melalui observasi perilaku dan komunikasi langsung dengan siswa.
Sebagai guru, saya merasa wajib menyediakan variasi strategi pembelajaran agar semua siswa merasa diakomodasi dan termotivasi.
Jawaban Cerita Reflektif (2):
Pada awal tahun ajaran, saya memutuskan mencoba menggunakan learning style inventory sederhana berbasis VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) kepada siswa kelas X.
Dari hasil tersebut, saya memetakan bahwa sebagian besar siswa saya cenderung kinestetik. Ini menjelaskan mengapa saat saya mengajar hanya lewat slide dan ceramah, kelas terasa pasif dan kurang hidup.
Dengan pemetaan itu, saya mulai mendesain pembelajaran yang lebih melibatkan gerak dan praktik langsung—misalnya simulasi, eksperimen, atau presentasi kelompok dengan alat bantu fisik.