TRIBUNTRENDS.COM - Imam Budi Hartono mantap maju dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Depok 2024.
Imam akan berpasangan dengan kader dari Golkar, Ririn Farabi Arafiq.
Selain itu, Ketua DPD PKS Depok itu meyakini bahwa Partai Nasdem akan ikut bergabung dengan koalisinya.
Baca juga: Edy Rahmayadi Siap Lawan Ijeck dan Bobby di Pilkada Sumut 2024: Jangan Ada Intervensi Kekuasaan
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Depok, Imam Budi Hartono meyakini koalisi akan terbangun jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Usai mendapatkan sinyal dukungan dari Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Nasional Demokrat (NasDem) disinyalir akan bergabung dengan PKS.
Imam pun merasa bersyukur jika nantinya NasDem resmi berkoalisi dengan partainya pada Pilkada 2024 Depok yang akan datang.
Digadang-gadang, Imam akan maju sebagai Calon Wali Kota (Cawalkot) Depok bersama kader Golkar Ririn Farabi Arafiq
"Alhamdulillah saya bersyukur Nasdem mau gabung di koalisi kami Imam-Ririn, berarti sudah ada 21 kursi," kata Imam kepada awak media, Selasa (7/5/2024).
Menurut Imam, PKS sangat terbuka untuk berkoalisi dengan partai manapun untuk membangun Kota Depok semakin baik dan sejahtera.
Hingga saat ini, PKS dan Golkar sudah memiliki surat keputusan (SK) dari DPP masing-masing untuk sosok yang dicalonkan pada Pilkada 2024 Depok.
"Bahkan, DPD Golkar sudah melayangkan surat ke DPD PKS siap jadi calon wakil wali kota," ujarnya.
Imam menambahkan, partainya juga sudah mengeluarkan surat balasan ke DPD Golkar menyetujui pasangan Imam-Ririn jadi calon wali dan wakil wali kota.
"Secara lisan DPP PKS dan DPP Golkar siap, tinggal menunggu surat SK resminya dari DPP kami," ujarnya.
"Kami Imam Ririn oke untuk mengajak partai-partai lain berkoalisi bersama kita bangun Kota Depok. Kita Bangun Depok Sejahtera untuk semua," pungkasnya.
Maju Pilkada Sinjai 2024, Andi Mahyanto Akan Berpasangan dengan Haji Badris, Bocorkan Rencananya
Andi Mahyanto mantap maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sinjai 2024.
Kini ia telah membocorkan sosok pendampingnya di pesta demokrasi serentak tersebut.
Selain itu, Andi juga mengungkapkan rencananya ke depan setelah terpilih menjadi kepala daerah.
Baca juga: Siapa Lawan Bobby Nasution di Pilkada Sumut 2024? PDIP Sudah Siapkan Sosoknya, Bukan Ahok
Andi Mahyanto Massarappi (AMM) menyatakan sikap maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sinjai.
Keseriusan itu ditunjukkan saat pengambilan formulir calon bupati sinjai di Kantor PKB Sinjai, Senin (6/5/2024).
Selain PKB, AMM juga mengembalikan formulir di Kantor PAN, PBB dan Demokrat Sinjai.
AMM menegaskan siap bertarung dan memenangkan Pilkada 2024 ini.
Ia membocorkan pasangan yang akan mendampingi untuk maju nantinya adalah seorang pengusaha dibidang properti.
"Insyaallah, kemungkinan saya akan berpasangan Haji Badris," katanya.
AMM menuturkan banyak mimpinya untuk membangun Sinjai lebih baik.
Mulai secara geografis Sinjai yang diapit oleh gunung dan laut.
“Kita bisa menarik investor lebih banyak untuk berinvestasi di Sinjai dengan syarat kita harus membuat kawasan industri,” ujarnya.
Selain itu AMM juga sudah mendapat dukungan penuh kepada keluarga besarnya.
“Niat baik saya ingin membangun Sinjai lebih baik kedepannya,” katanya.
Siapa Lawan Bobby Nasution di Pilkada Sumut 2024? PDIP Sudah Siapkan Sosoknya, Bukan Ahok
Menantu Presiden Joko Widodo, Bobby Nasution mantap melaju di Pilkada Sumataera Utara (Sumut) 2024.
Sebelumnya, digadang-gadang Ahok menjadi jagoan kuat dari PDIP yang akan menjadi sangingan suami Kahiyang Ayu.
Namun ternyata bukan Ahok yang bakal maju, PDIP sudah menyiapkan lawan kuat menantang Bobby Nasution.
Baca juga: Jelang Pilkada Jakarta 2024, Anies Baswedan Diisukan Duet dengan Ahok, Elektabilitas Makin Tinggi
Dinamika Pilgub Sumut 2024 semakin menarik apalagi setelah Menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution menyatakan niatnya maju memperebutkan kursi 01.
Meski baru menjabat sebagai Wali Kota Medan selama 1 periode, namun Bobby Nasution disebut-sebut sebagai salah satu figur kuat maju di Pilgub Sumut 2024 mendatang.
Tentunya nama besar Jokowi yang melekat di diri Bobby Nasution menjadi magnet tersendiri.
Apalagi setelah terlibat aktif memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, kini sejumlah partai koalisi Prabowo-Gibran menyatakan minatnya mengusung Bobby Nasution.
Salah satunya yang sudah memberikan surat penugasan kepada Bobby Nasution yakni Partai Golkar.
Diketahui saat maju sebagai Calon Wali Kota Medan, Bobby Nasution diusung PDIP dan ia merupakan kader partai berlambang moncong putih kala itu.
Namun Bobby Nasution sudah mengundurkan diri sebagai kader PDIP bersamaan dengan dukungan terbukanya ke Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Alhasil, PDIP pun mengambil ancang-ancang untuk mengusung figur terbaik melawan Bobby Nasution yang berniat maju di Pilgub Sumut 2024.
Nama Ahok pun sempat mencuat sebagai figur yang digadang-gadang diusung PDIP maju di Pilgub Sumut 2024.
Dikabarkan jika PDIP tengah mendorong sosok kuat kadernya melawan menantu Jokowi yakni Bobby Nasution dan nama Ahok dianggap paling cocok sebagai penantang.
Dikabarkan tujuan mengusung Ahok di Pilgub Sumut untuk memutus politik dinasti.
PDIP telah membuka penjaringan pendaftaran calon bupati, walikota, dan gubernur mulai Senin (3/4/2024) hingga Senin (20/5/2024).
Kemungkinan Ahok diusung PDIP di Pilgub Sumut diungkap oleh Politisi PDI Perjuangan Sutrisno Pangaribuan.
Menurut Sutrisno Sumut sudah selayaknya dipimpin sosok yang berani melawan mafia.
Sejauh ini, kata Sutrisno telah mengambil formulir pendaftaran calon gubernur (Cagub) Nikson Nababan, Ketua DPC PDIP Tapanuli Utara, Bupati Tapanuli Utara (2014-2024), dan Edy Rahmayadi, Gubernur Sumatera Utara (2018-2023).
Menurut Sutrisno Pangaribuan, Rapidin Simbolon, Ketua DPD PDIP Sumut, Anggota DPR RI terpilih, Bupati Samosir (2015-2020), kandidat potensial sebagai Cagub, tetapi Rapidin tidak berkeinginan.
"Namun Rapidin Simbolon belum menyatakan keinginan, kesediaan maju, dan mendaftar. Rapidin Simbolon seperti tidak memiliki ambisi selain fokus mengurus partai menghadapi Pilkada,"kata Sutrisno, Sabtu (27/4/2024).
Karena itu, dirinya meyakini mantan Komisaris Utama Pertamina itu memiliki kans besar untuk menang di Pilgub Sumut 2024.
“Nama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi salah satu nama cagub yang berpeluang besar untuk menang. Pengalaman sebagai Bupati Belitung Timur (2005-2010). Lalu pada Tahun 2006, Ahok mengundurkan diri sebagai Bupati karena maju sebagai calon gubernur Bangka Belitung,” terangnya.
“Kemudian Ahok maju dan duduk sebagai Anggota DPR RI, dari partai Golkar (2009-2014). Ahok kemudian menjadi Wakil Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta (2012-2017). Terakhir Ahok diberi amanah sebagai Komisaris Utama PT Pertamina, dan mengundurkan diri (2024),” sambungnya.
Terlebih, dirinya juga melihat daftar kandidat dalam bursa cagub Sumut 2024, ia meyakini Ahok bisa menciptakan sejarah dengan memenangkannya.
"Terutama jika Pilkada Sumut akan diikuti oleh 4 pasangan calon (Paslon), yakni menantu Jokowi, Edy Rahmayadi, dan Musa Rajekshah (Ijeck), maka Ahok akan memenangkan Pilkada Sumut. PDIP akan menciptakan sejarah baru dengan Gubernur baru di Pemilu 2024."
PDIP Kini Condong ke Edy Rahmayadi
Pilgub Sumut 2024 diprediksi akan menjadi arena pertarungan petahana Edy Rahmayadi dan menantu Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Bobby Nasution.
Diketahui Edy Rahmayadi yang juga Ketua Timnas Anies-Muhaimin di Sumut menyambangi kantor DPD PDIP Sumut untuk mengembalikan formulir pendaftaran calon Gubernur Sumut, Senin (6/5/2024).
Kantor PDIP menjadi partai pertama yang disambangi Edy Rahmayadi dalam mengembalikan formulir pendaftaran untuk mendapatkan tiket maju Pilkada Sumut 2024.
Selain PDIP, Edy Rahmayadi sebelumnya mengambil formulir pendaftaran Calon Gubernur Sumut 2024 dari Partai NasDem, Demokrat, PKS, dan PKB.
Ia pun berupaya mengembalikan semua formulir pendaftaran tersebut.
Edy Rahmayadi mengatakan dirinya sengaja mendatangi markas PDIP terlebih dahulu, karena saat proses pengambilan formulir, pertama kali dilakukan di DPD PDIP.
Alasan lainnya, karena mantan Pangkostrad ini menganggap PDIP sebagai partai besar.
"Karena kan urutannya, partai-partai besar, yang kecil perlu? tidak akan bisa besar tanpa ada yang kecil, untuk itu siapapun yang pantas yang satu dengan visi dan misi saya akan melamar ke partai," ujar Edy Rahmayadi di DPD PDIP di Jalan Jamin Ginting, Kota Medan, Senin (6/5/2024).
Edy Rahmayadi pun mengenang Pilkada Sumut 2018. Saat itu namanya dicoret dari daftar nama calon gubernur PDIP.
Sekadar informasi, pada Pilgub Sumut 2018, Edy Rahmayadi berpasangan dengan Musa Rajekshah alias Ijeck yang diusung Golkar, Gerindra, NasDem, PKS, dan PKB.
Dalam Pilkada Sumut 2024, Edy Rahmayadi bertarung dengan pasangan yang diusung PDIP Djarot saiful Hidayat-Sihar Sitorus.
Edy-Ijeck pada Pilkada Sumut 2024 menjadi pemenang dengan mengantongi 2.986.648 suara, sementara Djarot-Sihar mendapat 2.192.649.
"Yang lalu kenapa saya mendaftar tidak pada partai ini, saya daftar juga pada partai ini, saya dipanggil pada saat itu, tapi dipanggil habis itu dicoret nama saya," kata Edy.
Menurutnya PDIP adalah partai yang besar yang sudah melahirkan banyak pemimpin di Indonesia. Itulah alasan Edy mengunjungi PDIP sebagai partai yang pertama.
"Partai besar ini pasti saya lamar, hebat kah partai ini? Paling hebat partai ini. Kalau tak hebat, tak melamar saya ke sini. Saya tunaikan hak saya untuk mendaftar ke partai PDI Perjuangan berlogo Banteng, kewajiban saya memenuhi semua berkas yang ada, saya antar kemari. Menjalankan hak dan kewajiban saya ke partai ini, partai besar, partai yang sudah melahirkan bangsa ini membesarkan bangsa ini," kata Edy.
Edy mengaku baru pendaftaran yang kedua ini PDIP menerima berkas pencalonannya. Edy pun mengaku siap untuk mengikuti mekanisme di PDIP sebagai calon Gubernur Sumut.
"Baru periode kedua ini saya diterima, diterima untuk penyerahan berkas, selesai ini masukin tong sampah itu kewajiban beliau, hak beliau, kalau tak takut sama Tuhan," kata Edy.
"Namanya kontestasi diawali seperti ini, seperti tadi yang disampaikan nanti dicek, ditimbang, kalau perlu diuji, siapa yang diusung nantinya oleh partai saya serahkan mekanisme, yang penting saya sudah mendaftarkan diri saya untuk ikut kontestasi dengan segala kekurangan pada diri saya," tutur Edy.
Sementara itu, Ketua DPD PDIP Sumut Rapidin Simbolon mengatakan, Edy Rahmayadi menjadi mitra bagi PDIP untuk membangun Sumatera Utara.
"Pengalaman yang menarik selama pemerintah Edy Rahmayadi, bahwa PDIP yang punya fraksi di DPRD Sumut saya rasa jadi mitra yang baik berjalan bersinergi antara pemerintah Edy dan PDIP," kata Rapidin.
Meski bukan partai pendukung Edy saat itu, Rapidin menilai sinergitas PDIP dengan mantan Pangkostrad itu terus terjalin dengan baik.
"Saya selaku Ketua PDIP Sumut, kami menilai bahwa sinergitas itu berjalan dengan baik, walau pada saat itu kami bukan pendukung Edy," ujar Rapidin.
Rapidin pun mengaku merasa terhormat kepada Edy yang mau mendaftar sebagai calon Gubernur dari PDIP.
Meski belum final akan mendukung Edy, namun mantan Bupati Samosir itu memastikan PDIP akan benar-benar memenangkan Edy Rahmayadi jika ditunjuk sebagai calon Gubernur DPP PDIP.
"Kami kader PDIP Sumut nanti jika keputusan PDIP menjadikan calon tetap sebagai calon Gubernur Sumut, terus terang kami akan all out, kami akan menjalankan seluruh kekuatan partai ini untuk memenangkan bapak, itu doa kita bersama," katanya.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP, Said Abdullah mengatakan, partainya kemungkinan akan mengusung kader sendiri dalam Pilkada Sumut 2024.
"Nampaknya, aspirasi dari bawah akan memunculkan kader atau tokoh sendiri dari PDIP," kata Said kepada wartawan, Rabu (17/4/2024).
Said mengapresiasi keinginan menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Bobby Nasution untuk mendaftar sebagai bakal calon gubernur di DPD PDIP Sumatera Utara.
"Ya kalau memang Bobby berkehendak dan berkeinginan tetap izin masuk lewat pintu PDIP, saya apresiasi. Karena kita tidak bisa melarang keinginan orang per orang," ujarnya.
Namun, dia menyebut bahwa arus bawah PDIP sepertinya menolak untuk mengusung Bobby seperti yang disampaikan Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto.
"Artinya, dari Internal PDIP akan memajukan calon sendiri," ucap Said.
Said menjelaskan, berbeda pilihan atau sikap merupakan hal yang biasa dalam dunia politik.
"Kan tidak perlu juga kalau chemistry-nya tidak nyambung katakanlah disatukan juga tidak baik," ucapnya.
"Tapi tetap, dalam konteks hubungan kita sesama anak bangsa apresiasi saya kepada mas Bobby yang berikhtiar untuk terus lewat pintu PDIP," tutur Said menambahkan.