Baru Terungkap, Penyebab Partai Gelora Tolak PKS Gabung Kabinet Prabowo, Bukan Hanya Soal Pilpres

Editor: Suli Hanna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penyebab Partai Gelora menolak keras Partai Keadilan Sejahtera atau PKS gabung Kabinet Presiden dan Wapres Terpilih Prabowo - Gibran. 

Salah satu contohnya menurut dia, adalah cap pengkhianat kepada Prabowo karena bergabung dalam Kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Ma'ruf Amin pada 2019, yang menurutnya muncul dari PKS.

"Ketika pada 2019 Prabowo Subianto memutuskan rekonsiliasi dengan Jokowi, banyak cap sebagai pengkhianat kepada Prabowo Subianto. Umumnya datang dari basis pendukung PKS," ujarnya.

Dirinya menegaskan, bahwa selama ini Jokowi dan Prabowo telah mengingatkan untuk tidak menarasikan membelah politik dan ideologi.

"Narasi-narasi yang beresiko membelah lagi masyarakat secara politis dan ideologis. Padahal itu yang sering diingatkan oleh Presiden Jokowi dan capres Prabowo," kata Mahfuz. 

Pengamat: Lebih 'Berbahaya' Bagi Prabowo Jika PKS Beroposisi

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai jika Gelora dan PKS masuk kabinet Prabowo-Gibran tak akan jadi masalah. Tapi beda hal, jika PKS jadi oposisi pemerintahan Prabowo-Gibran.

Diketahui belakangan ini PKS dikabarkan akan masuk ke partai koalisi Prabowo-Gibran.

Sementara itu, Partai Gelora terang-terangan menolak hal itu. "Kalau misalnya Prabowo Subianto menarik keduanya baik PKS maupun Gelora untuk masuk ke kabinet. Tidak akan sampai mempengaruhi jalannya pemerintahan," kata Dedi saat dihubungi Jumat (3/5/2024).

"Kecuali PKS bisa mempengaruhi pemerintahan karena memang punya suara di parlemen. Itupun kalau PKS dalam posisi," lanjutnya seperti dikutip Tribunnews.com .

Tapi menurutnya kalau PKS kemudian dikondisikan untuk bergabung dengan pemerintah, semua tetap akan baik-baik saja.

Kemudian Dedi menyebutkan konflik yang mengemuka antara tokoh-tokoh di Gelora.

Ia menilai hanya untuk mendongkrak popularitas partai berlogo gelombang tersebut.

"Mereka ingin persepsi publik berubah bahwa Fahri Hamzah, Anis Matta, Mahfudz Siddiq bukan orang PKS tapi Gelora," kata Dedi.

"Padahal secara trah politik termasuk juga gen politik mereka adalah politik PKS. Gelora itu bagaimanapun juga tidak bisa dipisahkan dari PKS," jelasnya.

Atas hal itu ia juga menilai jika pertentangan Gelora semakin menguat terkait masuknya PKS di koalisi Prabowo-Gibran. Itu bukan tidak mungkin akan semakin membuat Gelora terpuruk.

"Kalau mereka bersikap kontraproduktif. Maka besar kemungkinan orang akan lebih bersimpati pada PKS dibandingkan pada Gelora," tegasnya. (*)