Berita Kriminal

BEJAT Kerja Paruh Waktu, Mahasiswi di Mataram Nyaris Dirudapaksa Bosnya, 'Dia Terus Memaksa'

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pelecehan. Seorang mahasiswi di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) berinisial AP (20) mengaku nyaris diperkosa oleh bos tempatnya bekerja paruh waktu, AF.

TRIBUNTRENDS.COM - Nasib seorang mahasiswi di Mataram yang nyaris dirudapaksa bosnya sendiri.

Kejadian bermula saat mahasiswi ini masuk kerja sampai malam.

Korban mengaku selalu dipaksa pelaku untuk bertemu di luar jam kerja.

Baca juga: DIANCAM dengan Busur, Siswi SMP di Makassar Jadi Korban Rudapaksa, Pelaku Nangis Saya Nyesel Pak

Seorang mahasiswi di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) berinisial AP (20) mengaku nyaris diperkosa oleh bos tempatnya bekerja paruh waktu, AF.

Korban kemudian melaporkan kejadian yang dialaminya tersebut ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Satreskrim Polresta Mataram.

Ilustrasi pelecehan (Eva.vn)

Korban AP menceritakan kronologi dugaan pelecahan tersebut. Mulanya AF yang merupakan bosnya mengajak AP bertemu pada Selasa (3/10/2023) dini hari.

"Saya ingat saya masuk kerja itu hari Selasa sampai malam. Setelah saya pulang kerja sekitar setengah dua malam. AF itu menghubungi saya, katanya mau ditemani makan malam," kata AP melalui sambungan telepon, Kamis (19/10/2023).

AP awalnya tidak menerima tawaran bosnya.

"Waktu diajak itu, saya jawab, saya anak kos, masa diajak keluar malam masih kecil juga," kata AP.

AF tidak menyerah begitu saja. Paginya AF terus merayu memaksa korban untuk menemani makan pagi di sebuah rumah makan di Mataram. Sedangkan AP terus mencari alasan untuk menolaknya.

"Saya terus mencari alasan, saya bilang ada ujian di kampus, ada orangtua. Tapi dia (AF) terus kembali paksa saya keluar ajak sarapan di luar jam kerja," kata AP.

AF tiba-tiba mendatangi kos dan menjemput korban sekitar pukul 10.00 Wita dengan alasan mengajak makan. Namun sesampai di Taman Budaya NTB, bosnya malah membawanya ke sebuah hotel.

AP mengungkapkan, bosnya waktu itu berdalih akan melakukan cash on delivery (COD) makanan online melalui aplikasi. Namun korban malah diajak ke salah satu hotel melati di Wilayah Cakranegara Kota Mataram.

Baca juga: BEJAT! 7 Pemuda di Blora Rudapaksa Difabel hingga Hamil 7 Bulan, Keluarga Histeris, Korban Trauma

Ilustrasi pelecehan. (Tribunnews.com/Istimewa)

"Saya awalnya tidak mau masuk ke hotel. Saya berdiri di depan pintu. Dia tarik saya masuk. Di sana dia mulai beraksi memaksa saya melepas pakaian setelah itu saya dilecehkan dan saya menangis," tutur AP.

AP pun mengaku sempat dipaksa melakukan hubungan badan. Selain itu AF sempat mengancam korban untuk tidak membongkar perlakuannya pada siapa pun.

"Dia mau perkosa saya. Karena saya takut dan nangis akhirnya AF tidak jadi melakukan itu ke saya," kata AF.

Saat ini korban mangku trauma dengan perlakuan AF. Korban pun akhirnya melaporkan kejadian pelecehan tersebut ke Polresta Mataram pada Rabu sore (4/10).

"Saya sudah lapor dan diperiksa oleh polisi," kata AP.

Terpisah, Kasatreskrim Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama membenarkan laporan pelecehan tersebut.

"Iya ada laporan  tersebut masih kita dalami, masih kita lidik," kata Yogi.

Adapun surat tanda terima pengaduan korban yakni Nomor: STTP/502/X/2023/POLRESTA MATARAM/POLDA NTB terkait kasus dugaan pelecehan yang dilakukan AF. 

DIANCAM dengan Busur, Siswi SMP di Makassar Jadi Korban Rudapaksa, Pelaku Nangis 'Saya Nyesel Pak'

Nasib nahas seorang siswi SMP di Makassar yang menjadi korban rudapaksa.

Pelaku berusia 19 tahun nekat mengagahi gadis belia yang ia kenal lewat media sosial.

Sebelum melancarkan aksinya, pelaku sempat mengajak korban untuk makan malam di kosnya.

Baca juga: BEJAT! 7 Pemuda di Blora Rudapaksa Difabel hingga Hamil 7 Bulan, Keluarga Histeris, Korban Trauma

Pelaku pemerkosaan terhadap gadis belia yang masih di bawah umur yakni MK (19) terancam hukuman maksimal 12 tahun kurungan penjara.

Dihadapan polisi, pria pengangguran ini mengaku sangat menyesal atas aksi bejat itu.

Ilustrasi Pelecehan Anak (TRIBUNFLORES.COM/HO-IST)

"Saya sangat menyesal Pak," kata MK sambil menangis meratapi nasibnya dihadapan awak media dan polisi di gedung Satreskrim Polrestabes Makassar, Minggu (15/10/2023) malam.

Saat ditanya, ihwal pengancaman dengan senjata busur panah terhadap korbannya, MK pun menyangkalnya.

"Tidak Pak. Tidak benar Pak, satu kali itu saya (perkosa)," bebernya.

MK menjelaskan bahwa awal mula mengenal korban yang berinisial SS (14) itu dari sebuah grup media sosial (Medsos). Setelah intens berkomunikasi dengan korban, MK pun mengajaknya untuk bertemu.

Tepat pada Jumat (13/10/2023) malam, korban pun dijemput oleh MK di sebuah pangkalan ojek dekat rumahnya di kawasan Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Sulsel.

MK awalnya mengajak korban untuk makan malam. Namun tak lama, korban pun dibawa oleh MK ke di indekos sekitar pukul 23:30 Wita.

"Saya jemput di Perintis, pertama saya ajak beli makan dulu terus ajak ke kos untuk makan bersama terus itu begitu," jelas MK.

Setelah melakukan aksi mesumnya, MK lantas membawa korban pulang sekitar pukul 00:45 Wita. Di situ, kecurigaan orangtua korban pun muncul.

Orangtua SS pun langsung memeriksa tubuh sang anak dan mendapati ada bercak darah pada bagian vital SS. Di situ SS pun menceritakan semua aksi bejat MK.

Baca juga: Bupati Maluku Tenggara Rudapaksa Pegawai Kafe Berujung Menikahi Mahar Rp 1 M, Ini Sosok Istri Sahnya

Ilustrasi pelecehan (ISTIMEWA)

Kasat Reskrim Polrestabes Makassar AKBP Ridwan JM Hutagaol menjelaskan, orangtua korban lantas membuat laporan polisi hingga pelaku dapat diamankan.

"Kita mendapatkan laporan dari orangtua korban, yang mana korban dipaksa, diancam menggunakan busur dan dilakukan pemerkosaan," kata Ridwan.

Kata Ridwan, untuk saat ini pelaku sementara masih menjalani pemeriksaan intensif di unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Makassar.

"Untuk sementara barang bukti masih kita cari, karena pelaku sudah tidak tau dibuang kemana," tandasnya.

BEJAT! 7 Pemuda di Blora Rudapaksa Difabel hingga Hamil 7 Bulan, Keluarga Histeris, Korban Trauma

Bejat! 7 pemuda nekat setubuhi seorang pelajar difabel di Blora, Jawa Tengah hingga hamil.

Menurut hasil identifikasi, korban tergolong difabel ringan.

Oleh karena itu, hingga saat ini dirinya tak merasa jika telah berbadan dua.

Padahal saat ini korban mengandung janin yang kini sudah berusia tujuh bulan.

Baca juga: FAKTA Siswi SD di Gowa Suapi Temannya yang Difabel, Sekolah Gratis, Banyak yang Beri Makan & Minum

Ilustrasi seorang difabel disetubuhi oleh 7 pemuda. (Tribunnews.com/Istimewa)

Diketahui, kasus tersebut tengah ditangani oleh Polres Blora dan Dinas terkait telah turun tangan dengan didampingi LBH.

Direktur LBH Kinasih, Agus Susanto mengatakan, peristiwa ini kali pertama diketahui tetangga korban yang curiga dengan kondisi tubuh pelajar tersebut.

"Korban telah dipanggil dan diperiksa. Untuk membuktikan kecurigaan tersebut, korban dibawa ke puskesmas untuk diperiksa bidan.

Keluarga korban syok dan sudah lapor September lalu.

Kini ditangani pihak berwajib," jelasnya kepada tribunmuria.com, Kamis (12/10/2023).

Dirinya juga mengatakan, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pihak kepolisian, ternyata terungkap sebanyak tujuh orang telah memerkosa korban.

Hal tersebut dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda.

"Bahkan ada satu orang yang tega melakukannya sebanyak sembilan kali.

Terkini, ada terduga pelaku kabur dan dalam pencarian,’’ ucapnya.

Ilustrasi pelaku yang setubuhi difabel di Blora ditangkap polisi. (Freepik)

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Blora, AKP Selamet mengatakan, memang kasus tersebut saat ini sedang ditangani oleh pihaknya.

"Statusnya sidik. Tunggu saja dalam minggu ini ada progres," jelas AKP Selamet.

Baca juga: SOSOK Arul, Driver Ojol Difabel Tanpa Tangan yang Jago Bahasa Inggris, Kisahnya Bikin WNA Menangis

Terpisah, Plt Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Blora, Luluk Kusuma mengatakan telah melakukan pendampingan terhadap korban.

Pihaknya telah menurunkan tim untuk setiap saat mendampingi korban.

‘’Kami sudah tangani psikologis korban dengan pihak RSUD,’’ ujar Luluk Kusuma.

Diolah dari artikel Kompas.com