Berita Viral

ASTAGA! Pengemis Pura-pura Buta Demi Belas Kasihan Warga, Saat Tas Digeledah Ditemukan SIM C

Editor: jonisetiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Yudha Alfiad, pengemis asal Sragen pura-pura buta, saat digeledah ditemukan SIM C.

TRIBUNTRENDS.COM - Di keadaan yang sulit ini, berbagai cara dihalalkan oknum tak bertanggung jawab untuk mendapatkan pundi-pundi uang.

Oknum-oknum tersebut menggunakan berbagai cara untuk menarik rasa iba orang lain, seperti berpura-pura sakit.

Namun, ada modus-modus lain yang sama maraknya digunakan.

Seperti yang dilakukan oleh pria bernama Yudha Alfiad asal Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah ini.

Dia ditangkap Petugas Satpol PP Jembrana karena berpura pura buta saat mengemis.

Baca juga: Aris Pengemis Viral Rangkul LC Karaoke Dihujat, Kades Prihatin : Saya Jamin Itu Bukan Hasil Ngemis

Yudha Alfiad, pengemis pura-pura buta asal Sragen.

Awalnya, Yudha Alfiad tetap bersikukuh kalau dirinya buta.

Namun saat Kasat Pol PP Jembrana memanggil dokter yang juga Kepala Dinas Sosial Jembrana, Yudha akhirnya mengakui dirinya tidak buta.

Yudha Alfiad sengaja berpura-pura buta dan mengamen di perempatan jalan agar warga iba dan memberikan uang kepadanya.

Petugas makin yakin ia berpura pura buta saat menggeledah tas yang dibawa.

Sebab di dalam tas Yudha ditemukan kaca mata, alat mengamen, uang tunai Rp 60 ribu, fotokopi KTP, dan SIM C miliknya.

Petugas juga menyita sepeda yang dipakainya untuk berkeliling meminta minta.

Baca juga: Lebih dari Cukup Kondisi Ekonomi Aris Pengemis Rangkul LC Karaoke, Keseharian Diungkap Pak Kades

Ilustrasi pengemis (freepik.com)

Yudha kemudian dikembalikan ke daerah asalnya Sragen, Jawa Tengah.

Namun pria yang diamankan satpol PP Jembrana ini disewakan travel dengan tujuan Surabaya, sesuai permintaannya.

Kasatpol PP Jembrana I Made Leo Agus Jaya mengatakan, pengamen ini awalanya menolak dikembalikan ke daerah asalnya.

Bahkan meminta agar diantar hanya ke Banyuwangi, Jawa Timur.

"Kalau hanya ke Banyuwangi, bisa balik lagi ke Bali. Jadi kami putuskan sampai Surabaya," ujarnya, Kamis (6/7/2023).

Menurutnya, selama tinggal di Jembrana, Yudha menumpang di rumah salah satu temannya.

Yudha juga meminta agar barang-barang yang ada di rumah temannya untuk diambilkan.

Barang berupa televisi dan sepeda yang digunakan untuk mengamen dibawa ke kantor Satpol PP.

"Karena tidak memungkinkan dibawa pulang, tivi dan sepeda mau dijual," ungkapnya.

Karena Yudha sudah dipesankan tiket travel, televisi dan sepeda masih ada di kantor satpol PP.

"Tiket dari dinas sosial yang tanggung. Barangnya dilelang.

Kalau laku nanti kita bantu kirim uangnya. Sudah minta juga nomor rekeningnya," tandasnya.

Baca juga: SOSOK Aris, Pengemis Viral Rangkul LC Karaoke, Ternyata Berasal dari Keluarga Berada, Rumahnya Mewah

Kasus Lain: Pengemis di Pati Rangkul LC Karaoke

Sosok Aris Munaji (40), yang merupakan seorang pengemis di Pati, Jawa Tengah, viral di media sosial usai terekam sedang berpesta di ruang karaoke sambil memeluk seorang wanita pemandu lagu alias (LC).

Video Aris memeluk LC karaoke diunggah oleh banyak akun di sosial media.

Uang yang dipakai Aris untuk berpesta itu diduga berasal dari uang hasil mengemis di jalan.

Tak hanya menghamburkan uang untuk hal tidak berguna, ternyata pengemis itu juga berpura-pura miskin.

Kelakuan AM, paginya ngemis, malamnya mangku mbak LC (Instagram)

Aris ternyata berasal dari keluarga yang tergolong mampu.

Warganet geram karena Aris kerap kali kedapatan tengah meminta-minta pada pengendara yang lewat di area perempatan lampu merah Puri, Pati.

Apalagi setelah videonya saat memeluk Lady Companion (LC) di tempat karaoke tersebar luas.

Dalam video yang viral di berbagai platform media sosial, tampak bahwa Aris bermodalkan gelas plastik meminta-minta pada pengendara mobil yang berhenti di lampu merah.

Video kemudian berpindah lokasi dalam sebuah room karaoke, di mana Aris tampak sedang asyik memeluk seorang perempuan pemandu karaoke.

Kediaman keluarga Aris di Desa Tegalharjo, Kecamatan Trangkil, bisa dibilang cukup bagus.

Bahkan lebih bagus dari kebanyakan rumah warga setempat.

Rumah keluarga Aris berbentuk joglo dengan atap genting yang tinggi.

Temboknya bercat warna krem dan lantainya berkeramik.

Kepala Desa Tegalharjo, Kecamatan Trangkil, Pandoyo, mengatakan bahwa Aris memang berasal dari keluarga yang tergolong berkecukupan.

"Saya dulu pernah jadi guru di madrasah. Dulu Aris termasuk murid saya.

Jadi sedikit banyak saya tahu tentang dia," kata Pandoyo.

Baca juga: KELAKUAN Pengemis di Pati, Pagi Minta-minta, Malamnya Foya-foya, Fotonya Mangku LC di Karaoke Viral

Menurut Pandoyo, orang tua Aris bekerja sebagai petani dan juga memiliki toko di rumah.

"Kalau kakaknya pengusaha peternakan.

Mas Aris ini setahu saya dulu ikut kerja kakaknya yang punya usaha peternakan ayam petelur dan ayam potong.

Kalau dari sisi ekonomi, untuk ukuran warga kami, kondisi keluarga Mas Aris ini lebih dari cukup," ujar dia.

Pandoyo menduga Aris salah pergaulan sampai mengemis di lampu merah.

Dia mengatakan, Aris memiliki kondisi "keterbatasan" fisik maupun mental yang mungkin mendorongnya mencari jati diri dengan cara yang salah.

"Sehingga jatuhnya malah karaokean di tempat hiburan malam itu.

Itu karena salah pergaulan dalam mencari jati diri saja," ucap dia.

Aris Munaji (kiri) bersama Kades Tegalharjo Pandoyo saat ditemui di rumah orang tua Aris di Desa Tegalharjo, Kecamatan Trangkil, Pati, Kamis (6/7/2023).

Pandoyo berani memastikan bahwa narasi yang mengatakan bahwa Aris selama ini mengemis hanya untuk berfoya-foya di tempat hiburan malam tidak tepat.

"Saya klarifikasi. Saya berani mengatakan itu (hasil mengemis) bukan untuk karaoke.

Baru kali ini juga saya dengar dia ke tempat karaoke," tandas dia.

Aris sendiri juga menegaskan bahwa dia baru kali pertama ke tempat karaoke.

Itu pun karena diajak teman.

"Baru pertama kali karaokean. Saya diajak teman.

Bukan dari hasil ngamen atau ngemis.

Itu uang pribadi teman saya. Saya tidak ikut keluar uang," ujar dia.

Namun, bagaimanapun Aris mengaku kapok dan menyesal.

Dia malu karena videonya tersebar di media sosial dan media massa.

"Saya nggak tahu siapa yang memfoto dan memvideo sampai beritanya tersebar seperti itu.

Saya juga tidak tahu yang merekam saat mengemis siapa," ungkap dia.

Aris mengaku sudah cukup lama mengemis di Pati.

Sekira dua tahun, katanya.

Setiap hari, dia berangkat mengemis pukul 09.00 WIB pagi dan pulang pukul 17.00 sore.

Dia mengaku mendapat penghasilan antara Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu per hari dari hasil mengemis.

Bahkan ketika ditangkap Aris sedang membawa Rp 50 ribu dari hasil mengemis selama satu jam.

"Terpaksa (mengemis) karena belum ada pekerjaan. Sudah tiga kali ditangkap Satpol PP.

Tapi saya kapok. Setelah ini mau cari pekerjaan meskipun belum tahu kerja apa," tutup Aris.

(*)

Sebagian artikel ini diolah dari Tribun-Medan.com